Kebijakan Pengelolaann Sistem Pemanfaatan Keuangan dari

90 Berdasarkan hasil estimasi pada model regresi linear berganda, variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP yang digunakan sebagai dasar penetapan nilai ERP. Peningkatan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan, sehingga apabila pendapatan meningkat maka nilai ERP dapat dinaikkan hingga ke tingkat maksimal. Apabila pendapatan meningkat namun nilai ERP tetap maka kebijakan tersebut akan gagal untuk menekan laju penggunaan kendaraan pribadi. Selain itu, dana yang dihasilkan dapat digunakan untuk pengembangan moda transportasi massal yang lebih baik dan sesuai dengan harapan masyarakat selaku pengguna jalan.

6.5. Kebijakan Pengelolaann Sistem Pemanfaatan Keuangan dari

Pemberlakuan ERP Kebijakan ERP berpotensi besar dalam membatasi laju penggunaan kendaraan pribadi, sehingga dapat mengurangi polusi udara di Jakarta dan menjadikan kualitas lingkungan perkotaan yang lebih baik dan sehat. Kebijakan Electronic Road Pricing ERP merupakan kebijakan pembatasan jumlah kendaraan melalui sistem jalan berbayar, dimana setiap kendaraan yang melintasi ruas jalan tertentu akan dikenakan biaya. Mekanisme penerapan ERP adalah setiap kendaraan yang melintasi zona ERP akan dikenakan sejumlah biaya tertentu. Pintu gerbang zona ERP akan dilengkapi teknologi OBU on board unit. Biaya yang dikenakan juga bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada pengguna kendaraan pribadi bahwa perjalanan mereka dengan kendaraan pribadi mempunyai kontribusi terhadap kerusakan lingkungan dan kerugian kepada masyarakat yang tidak mengunakan kendaraan pribadi. 91 Pengenaan biaya kepada pengguna jalan road pricing ini tentunya akan menjadi salah satu sumber pendapatan bagi negara maupun daerah. Namun, pendapatan yang diperoleh dari penerapan kebijakan ini harus dapat kembali kepada masyarakat dengan pembangunan infrastruktur transportasi yang lebih aman, nyaman, cepat, dan tepat waktu sehingga pengguna kendaraan pribadi dapat beralih untuk memanfaatkan transportasi massal yang ada sehingga kemacetan dan peningkatan polusi udara dapat diatasi. Tujuan utama dari road pricing, yaitu mengurangi kemacetan, menjadi sumber pendapatan daerah, mengurangi dampak lingkungan, mendorong penggunaan angkutan umum massal. Kebijakan yang dapat diterapkan dalam pengelolaan sistem pemanfaatan keuangan dari pemberlakuan ERP adalah sebagai berikut : 1 Pembangunan dan pengembangan transportasi massal Dana yang terkumpul dari pelaksanaan kebijakan ERP ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembiayaan untuk mendukung beroperasinya transportasi massal yang lebih efektif, nyaman, aman, dan ramah lingkungan. Hal tersebut dikarenakan untuk melakukan perbaikan, pemeliharaan, dan penambahan armada angkutan umum serta fasilitas transportasi pendukung lainnya diperlukan dana yang cukup besar. Sebelum kebijakan ERP ini dilaksanakan sebaiknya pemerintah membangun terlebih dahulu transportasi masal yang dapat menjamin masyarakat aman dan nyaman dalam menggunakan angkutan umum tersebut, sehingga masyarakat mau beralih dan memanfaatkan transportasi massal yang ada dan tujuan untuk mengurangi polusi dan kemacetan bisa tercapai. 92 2 Pembangunan lahan parkir Ketersediaan lahan parkir masih sangat kurang, sehingga penumpang yang menggunakan moda transportasi massal seperti kereta api belum dilengkapi dengan fasilitas parkir yang memadai. Kondisi seperti ini menjadikan masyarakat semakin enggan menggunakan transportasi massal. Selain itu lahan parkir ini juga dapat digunakan untuk kendaraan-kendaraan yang tidak dapat memsuki zona ERP, tetapi harus dapat menjamin keamanan bagi para pengguna jalan untuk menitipkan kendaraannya di tempat parkir tersebut. Dengan demikian kemacetan di ibu kota dapat diatasi dan polusi dapat dikurangi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah sebagai berikut: 1 Tarif yang diberlakukan untuk transportasi massal sebaiknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan rata-rata pengguna jalan tidak mahal. 2 Apabila kebijakan ERP ini diterapkan namun strategi transportasi massal tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka aktivitas ekonomi akan menurun sehingga gejolak sosial dan keresahan masyarakat akan meningkat. Prinsip penerapan ERP ini adalah kendaraan masih tetap bisa masuk artinya aktivitas ekonomi pun masih bisa berjalan dengan baik dan diperoleh pula kualitas lingkungan yang lebih baik serta dana yang dihasilkan dari penerapan ERP ini bisa digunakan sebaik mungkin untuk pengembangan transportasi massal, seperti kereta api, busway, dan lain-lain. Kualitas udara yang bersih sangat diperlukan di kota-kota besar seperti Jakarta yang menjadi pusat bisnis dan kegiatan perekonomian. Hal tersebut untuk 93 menunjang kegiatan ekonomi masyarakat agar tetap bisa berjalan dan tumbuh dengan baik tanpa harus diganggu oleh produktivitas yang menurun karena lingkungan yang tidak sehat dan tercemar polusi yang tinggi. Dalam menjaga kualitas udara agar tetap bersih diperlukan juga kebijakan pendukung diantaranya : 1 Memberlakukan secara ketat batas emisi kendaraan bermotor dengan penerapan Peraturan Daerah yang mengatur kewajiban lolos uji emisi bagi setiap kendaraan bermotor. Perawatan kendaraan secara baik dan benar akan menghasilkan gas buang yang masih dapat ditolerir oleh lingkungan dan dapat memperpanjang usia pemakaian kendaraan itu sendiri, sehingga masyarakat pun dapat berkontribusi besar dalam pengurangan polusi udara. 2 Melakukan pembatasan kendaraan bermotor berdasarkan umur kendaraan. Hal tersebut karena kendaraan yang umurnya lebih tua mengeluarkan emisi yang lebih besar dibanding kendaraan yang umur pemakaiannya relatif lebih pendek. 3 Penerapan pajak progresif kendaraan agar masyarakat membatasi jumlah kepemilikan kendaraannya. Sistem pajak progresif dikenakan bagi masyarakat yang memiliki kendaraan lebih dari satu, baik kendaraan pribadi roda dua maupun roda empat. Dengan demikian masyarakat akan berpikir kembali untuk memiliki kendaraan lebih dari satu. Hal ini dapat mengatasi kemacetan, polusi udara, dan inefisiensi bahan bakar minyak. 94

VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1.

Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1 Berdasarkan hasil estimasi pada model regresi linier berganda diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya nilai ERP dilihat dari Willingness To Pay WTP pengguna jalan adalah tingkat pendidikan, rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar, tingkat pendapatan, dan durasi terkena kemacetan. Sementara variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP responden adalah keinginan untuk memperbaiki kualitas udara, jumlah tanggungan, dan jenis pekerjaan. 2 Nilai rata-rata WTP EWTP sebesar Rp 23.100. Nilai tersebut dapat dijadikan acuan dalam penetapan tarif ERP sehingga tujuan untuk mengendalikan laju penggunaan kendaraan pribadi sebagai penyebab kemacetan lalu lintas, inefisiesi energi, dan peningkatan polusi dapat tercapai. Nilai total WTP responden pengguna Jalan Jenderal Sudirman sebesar Rp 212.583.756.000tahun. 3 Tarif ERP yang sesuai untuk diberlakukan adalah sebesar nilai mean WTP yaitu Rp 23.100, sehingga jumlah kendaraan yang dapat berkurang akibat pemberlakuan ERP dengan tarif Rp 23.100 akan mengurangi jumlah kendaraan sebesar 5.429.628 unit kendaraantahun atau 59 dari total populasi. Pengurangan jumlah kendaraan bermotor dapat mengurangi konsentrasi emisi di sekitar wilayah Sudirman. Asumsinya apabila ERP