81 polusi udara, kemacetan, dan efisiensi energi. Namun, nilai total WTP
tersebut tidak dapat dijadikan acuan karena nilainya yang tidak seragam. 6
Mengevaluasi Penggunaan CVM Penggunaan CVM dalam penelitian ini dievaluasi dengan melihat nilai R
2
yang diperoleh dari hasil analisis regresi linier berganda. Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R
2
sampai dengan 15, hal ini karena penelitian tentang lingkungan berhubungan
dengan perilaku manusia sehingga nilai R
2
tidak harus besar. Nilia R
2
yang diperoleh dari hasil analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini
sebesar 62,7 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini dapat diyakini kebenaran dan keandalannya.
6.3. Estimasi Jumlah Kendaraan dan Emisi yang Berkurang
Kebijakan Electronic Road Pricing ERP merupakan suatu kebijakan berupa pengenaan biaya secara langsung terhadap pengguna jalan karena
melewati ruas jalan tertentu untuk mengendalikan laju penggunaan kendaraan pribadi. Mekanismenya adalah setiap kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu
akan dikenai biaya dengan harga yang tidak murah. Hal ini dimaksudkan agar para pengguna kendaraan pribadi mau beralih untuk menggunakan transportasi
masal. Manfaat yang bisa diperoleh dari pemberlakuan ERP antara lain
mengurangi kemacetan, sumber pendapatan baru dari lalu lintas, mempermudah penerapan pembatasan lalu lintas, peralihan moda kendaraan pribadi ke angkutan
umum, mengurangi kebisingan yang dihasilkan kendaraan, menurunkan tingkat
82 polusi udara yang berasal dari asap kendaraan, dan minimalisasi kerugian
ekonomi akibat kemacetan lalu lintas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kebijakan ERP dapat
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi karena ketidakmampuan pengguna jalan untuk membayar tarif yang diberlakukan dalam ERP. Dalam penelitian ini
diasumsikan bahwa nilai mean WTP mencerminkan harga ERP yang sesuai untuk diberlakukan sehingga responden pengguna jalan yang memiliki nilai WTP
dibawah nilai mean WTP tidak dapat memasuki zona ERP agar tujuan untuk mengurangi laju penggunaan kendaraan pribadi dapat tercapai. Hasil perhitungan
jumlah kendaraan yang dapat berkurang akibat pemberlakuan ERP dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Total Kendaraan yang Berkurang Akibat Pemberlakuan ERP No
Kelas WTP Frekuensi
Frekuensi Relatif
Populasi
1 15.000
30 0,30
2.760.828 2
20.000 29
0,29 2.668.800
Jumlah Kendaraan yang Tidak Dapat Memasuki Zona ERP 5.429.628
Sumber : Data Primer setelah diolah 2011
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 9 tarif ERP yang sesuai untuk diberlakukan adalah sebesar nilai mean WTP yaitu Rp 23.100. Apabila tarif
sebesar Rp 23.100 ini diberlakukan maka responden pengguna jalan yang tidak mampu membayar nilai tersebut adalah responden dengan kelas WTP sebesar Rp
15.000 dan Rp 20.000. Jumlah frekuensi relatif responden yang tidak dapat memasuki zona ERP sebesar 0,59 59 artinya pemberlakuan ERP dengan tarif
Rp 23.100 akan mengurangi jumlah kendaraan sebesar 59 dari total jumlah kendaraan yang menggunakan Jalan Jenderal Sudirman. Total populasi yang
digunakan dalam penelitian ini sebesar 9.202.760 unit kendaraantahun Tabel 8.
83 Dengan demikian, jumlah kendaraan yang dapat berkurang akibat pemberlakuan
ERP adalah sebesar 5.429.628 unit kendaraantahun atau 59 dari total populasi Tabel 9.
Dampak lain yang bisa diperoleh dari penerapan ERP adalah peningkatan kualitas lingkungan karena dapat mengurangi polusi udara, dan mengurangi polusi
bunyi dan getaran. Apabila jumlah kendaraan berkurang maka polusi udara pun akan berkurang. Berdasarkan data car free day hari bebas kendaraan bermotor
yang diperoleh dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta diketahui bahwa terjadi pengurangan kadar polusi udara yang sangat
signifikan antara hari kerja dan hari bebas kendaraan bermotor. Hari Bebas Kendaraan Bermotor HBKB merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Kegiatan ini juga menjadi ajang promosi sarana transportasi alternatif selain kendaraan pribadi dan promosi upaya-
upaya perbaikan dan peningkatan kualitas sarana –sarana alternatif tersebut.
Pelaksanaan HBKB ini dapat mengurangi pencemaran udara di lokasi pelaksanaan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
membatasi penggunaan kendaraan pribadi untuk memperoleh kualitas udara yang lebih baik. Tujuan HBKB ialah memberikan pendidikan pada masyarakat terkait
pentingnya manfaat udara segar dan bersih. Tujuan lainnya adalah untuk mengubah ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor sehingga
masyarakat dapat beralih ke angkutan umum, bersepeda, atau bahkan berjalan kaki. Berikut ini merupakan data perbandingan konsentrasi pencemar untuk
parameter PM
10
, CO, NO dan THC pada hari bebas kendaraan bermotor dan hari kerja tahun 2010.
84
Tabel 10. Data Car Free Day tahun 2010
Parameter HBKB
Hari Kerja
Penurunan Satuan
Debu PM
10
62,42 103,77
41,35 40
µgm3 Carbon monoksida CO
1,37 4,28
2,90 68 mgm3
Nitrogen monoksida NO 19,16
88,91 69,74
78 µgm3
Total Hidrokarbon THC 3,89
5,20 1,31
25 µgm3
Sumber : Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta
Tabel 10 menunjukkan bahwa penerapan hari bebas kendaraan bermotor dapat mengurangi konsentrasi pencemar untuk parameter PM
10
, CO, NO, dan THC apabila dibandingkan dengan hari kerja. Penurunan konsentrasi pencemar
rata-rata untuk parameter PM
10
, CO, NO, dan THC pada tahun 2010 masing- masing sebesar 41,35 µgm3 40, 2,90 µgm3 68, 69,74 µgm3 78, dan
1,31 µgm3 25. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa pengurangan jumlah kendaraan bermotor dapat mengurangi tingkat polusi udara
yang berasal dari kendaraan bermotor. Penerapan kebijakan ERP dapat menyebabkan pengurangan jumlah
kendaraan yang dapat memasuki zona ERP, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengurangan jumlah kendaraan bermotor dapat mengurangi konsentrasi
emisi di sekitar wilayah Sudirman. Asumsinya apabila ERP diterapkan maka kondisi pengurangan emisinya akan mendekati rata-rata HBKB, sehingga semakin
berkurang jumlah kendaraan yang dapat memasuki zona ERP, maka kondisi lingkungan akan semakin baik. Namun perlu ditunjang dengan pembatasan emisi
yang ketat.
6.4. Analisis Dampak Lingkungan dari Pemberlakuan ERP