Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta

(1)

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA

JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA

PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA

Oleh :

RIDHO DWIANTO A34204013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(2)

Judul : Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Nama Mahasiswa : Ridho Dwianto NRP : A 342 04013

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir Hadi Susilo Arifin, MS NIP 131 430 805

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP 131 124 019


(3)

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN

JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS

PERTAMANAN DKI JAKARTA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Ridho Dwianto A34204013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(4)

RINGKASAN

RIDHO DWIANTO. Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta (Di bawah bimbingan

HADI SUSILO ARIFIN).

Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk, seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.

Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, maupun unsur lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan.

Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan lainnya. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota.

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk


(5)

Sedangkan secara khusus tujuan dari kegiatan magang ini antara lain mempelajari dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau kota dalam aspek pengelolaan, mengevaluasi dan menganalisis permasalahan-permasalahan di lapangan, dan memberikan berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.

Ruang lingkup kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi (studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas struktur organisasi Dinas Pertamanan, peraturan dan sistem pembagian kerja yang ada di dalam Dinas Pertamanan, serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja di lapangan.

Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat, ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat, sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut.

Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi udara di mana kota menjadi tidak nyaman.

Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970 melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan.

Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau. Sub-dinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan, pemeliharaan, pengendalian, dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan, jalur hijau tepian air, dan jalur hijau penyempurna.


(6)

Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal sehingga aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum,

pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material)

seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air

mancur, dan pagar jalan busway. Pemeliharaan fisik elemen lunak tanaman yang

dilakukan terdiri dari pembabatan rumput, pengetrikan rumput,

penyapuan/pembersihan sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon, tanaman hias, dan tanaman perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman perdu, pemangkasan tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau bersifat insidential yaitu jika terdapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau jalan tersebut seperti pergantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak dan lain sebagainya. Selain itu pemeliharaan ini ada juga yang terjadwal baik itu bulanan, semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang kanstin, pembersihan kolam air mancur, patung, dan pengecetan ulang pagar. Penampilan yang baik, bersih pada elemen keras akan menambah nilai keindahan jalur hijau jalan tersebut.

Efektivitas kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal berikut: motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja pemeliharaan, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersedian alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan pekerjaan di lapang, kelancaran komunikasi antara pimpinan dan para pengawas lapang, dan antara pengawas lapang dan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan.

Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu

program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang

dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin telah dimulai sejak Desember


(7)

bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging, jalan santai, foto-foto yang diselingi dengan beraneka macam hiburan.

Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya. Wawancara dilakukan terhadap 30 responden yang melewati Jalan Jenderal Sudirman. Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.

Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap. Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi, tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan rencana anggaran biaya.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan magang dengan judul Pengelolaan

Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta ini dapat terselesaikan. Laporan yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini merupakan hasil kegiatan magang yang dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2008 sampai dengan 13 Juni 2008 di Dinas Pertamanan DKI Jakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing skripsi

2. Dinas Pertamanan DKI Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan

3. Kepala Dinas Pertamanan, Kepala Sub-dinas Jalur Hijau, dan Kepala Seksi

Jalur Hijau Jalan atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan

4. Bapak Sukriah, selaku pengawas lapang Jalur Hijau Jalan Jendral

Sudirman atas bantuannya selama pelaksanaan magang

5. seluruh rekan-rekan Arsitektur Lanskap-41 atas semua keceriaan dan

kebersamaan selama ini

6. seluruh sahabat mahasiswa/mahasiswi dari Kabupaten Kuantan Singingi

atas doa dan kebersamaannya selama ini

7. semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu

8. ketiga saudara/saudari penulis tercinta Dedi Marta Mujiana, Siska Aryanti,

dan Rahmat Kurniawan serta seluruh keluarga, atas doa, kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaannya

9. kedua orang tua tercinta, atas doa dan kasih sayang yang selalu diberikan


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang dilahirkan di Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau pada tanggal 31 Maret 1986 merupakan anak ke dua dari empat bersaudara pasangan keluarga Bapak Hamyanis Mukminin dan Rosmanidar.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kuantan Hilir, kemudian melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 12 Pasar Usang Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir pada tahun 1992. Pada tahun 1998, penulis menamatkan sekolah dasar dan meneruskan ke jenjang sekolah menengah pertama di SLTPN 1 Kuantan Hilir. Setelah menamatkan sekolah menengah pertamanya, penulis meneruskan ke jenjang Sekolah Menegah Umum Negeri (SMUN) 1 Kuantan Hilir dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

. 1.2 Tujuan Magang ... 2

1.3 Kegunaan Magang ... 3

1.4 Kerangka Pikir ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Lanskap dan Lanskap Kota ... 5

2.2 Ruang Terbuka Hijau ... 5

2.3 Jalur Hijau Jalan ... 7

2.4 Pengelolaan Lanskap ... 8

2.5 Pemeliharaan ... 9

2.5 Pemeliharaan Ideal ... 9

2.6 Pemeliharaan Fisik ... 11

BAB III. METODOLOGI ... 12

3.1 Lokasi dan Waktu Magang ... 12

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.3 Metode Pelaksanaan ... 13

3.4 Pengumpulan Data ... 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta ... 15

4.1.1. Letak Geografis dan Administrati ... 15

4.1.2. Iklim ... 16


(11)

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA

JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA

PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA

Oleh :

RIDHO DWIANTO A34204013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(12)

Judul : Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Nama Mahasiswa : Ridho Dwianto NRP : A 342 04013

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir Hadi Susilo Arifin, MS NIP 131 430 805

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP 131 124 019


(13)

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN

JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS

PERTAMANAN DKI JAKARTA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Ridho Dwianto A34204013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(14)

RINGKASAN

RIDHO DWIANTO. Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta (Di bawah bimbingan

HADI SUSILO ARIFIN).

Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk, seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.

Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, maupun unsur lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan.

Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan lainnya. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota.

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk


(15)

Sedangkan secara khusus tujuan dari kegiatan magang ini antara lain mempelajari dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau kota dalam aspek pengelolaan, mengevaluasi dan menganalisis permasalahan-permasalahan di lapangan, dan memberikan berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.

Ruang lingkup kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi (studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas struktur organisasi Dinas Pertamanan, peraturan dan sistem pembagian kerja yang ada di dalam Dinas Pertamanan, serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja di lapangan.

Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat, ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat, sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut.

Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi udara di mana kota menjadi tidak nyaman.

Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970 melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan.

Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau. Sub-dinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan, pemeliharaan, pengendalian, dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan, jalur hijau tepian air, dan jalur hijau penyempurna.


(16)

Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal sehingga aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum,

pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material)

seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air

mancur, dan pagar jalan busway. Pemeliharaan fisik elemen lunak tanaman yang

dilakukan terdiri dari pembabatan rumput, pengetrikan rumput,

penyapuan/pembersihan sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon, tanaman hias, dan tanaman perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman perdu, pemangkasan tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau bersifat insidential yaitu jika terdapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau jalan tersebut seperti pergantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak dan lain sebagainya. Selain itu pemeliharaan ini ada juga yang terjadwal baik itu bulanan, semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang kanstin, pembersihan kolam air mancur, patung, dan pengecetan ulang pagar. Penampilan yang baik, bersih pada elemen keras akan menambah nilai keindahan jalur hijau jalan tersebut.

Efektivitas kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal berikut: motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja pemeliharaan, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersedian alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan pekerjaan di lapang, kelancaran komunikasi antara pimpinan dan para pengawas lapang, dan antara pengawas lapang dan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan.

Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu

program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang

dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin telah dimulai sejak Desember


(17)

bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging, jalan santai, foto-foto yang diselingi dengan beraneka macam hiburan.

Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya. Wawancara dilakukan terhadap 30 responden yang melewati Jalan Jenderal Sudirman. Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.

Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap. Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi, tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan rencana anggaran biaya.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan magang dengan judul Pengelolaan

Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta ini dapat terselesaikan. Laporan yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini merupakan hasil kegiatan magang yang dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2008 sampai dengan 13 Juni 2008 di Dinas Pertamanan DKI Jakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing skripsi

2. Dinas Pertamanan DKI Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan

3. Kepala Dinas Pertamanan, Kepala Sub-dinas Jalur Hijau, dan Kepala Seksi

Jalur Hijau Jalan atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan

4. Bapak Sukriah, selaku pengawas lapang Jalur Hijau Jalan Jendral

Sudirman atas bantuannya selama pelaksanaan magang

5. seluruh rekan-rekan Arsitektur Lanskap-41 atas semua keceriaan dan

kebersamaan selama ini

6. seluruh sahabat mahasiswa/mahasiswi dari Kabupaten Kuantan Singingi

atas doa dan kebersamaannya selama ini

7. semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu

8. ketiga saudara/saudari penulis tercinta Dedi Marta Mujiana, Siska Aryanti,

dan Rahmat Kurniawan serta seluruh keluarga, atas doa, kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaannya

9. kedua orang tua tercinta, atas doa dan kasih sayang yang selalu diberikan


(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang dilahirkan di Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau pada tanggal 31 Maret 1986 merupakan anak ke dua dari empat bersaudara pasangan keluarga Bapak Hamyanis Mukminin dan Rosmanidar.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kuantan Hilir, kemudian melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 12 Pasar Usang Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir pada tahun 1992. Pada tahun 1998, penulis menamatkan sekolah dasar dan meneruskan ke jenjang sekolah menengah pertama di SLTPN 1 Kuantan Hilir. Setelah menamatkan sekolah menengah pertamanya, penulis meneruskan ke jenjang Sekolah Menegah Umum Negeri (SMUN) 1 Kuantan Hilir dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

. 1.2 Tujuan Magang ... 2

1.3 Kegunaan Magang ... 3

1.4 Kerangka Pikir ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Lanskap dan Lanskap Kota ... 5

2.2 Ruang Terbuka Hijau ... 5

2.3 Jalur Hijau Jalan ... 7

2.4 Pengelolaan Lanskap ... 8

2.5 Pemeliharaan ... 9

2.5 Pemeliharaan Ideal ... 9

2.6 Pemeliharaan Fisik ... 11

BAB III. METODOLOGI ... 12

3.1 Lokasi dan Waktu Magang ... 12

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.3 Metode Pelaksanaan ... 13

3.4 Pengumpulan Data ... 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta ... 15

4.1.1. Letak Geografis dan Administrati ... 15

4.1.2. Iklim ... 16


(21)

4.1.7. Vegetasi ... 19

4.1.8. Sosial Ekonomi dan Demografi ... 21

4.2. Organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta ... 22

4.2.1. Tugas Pokok ... 23

4.2.2. Fungsi ... 23

4.2.3. Visi ... 23

4.2.4. Misi... 23

4.2.5. Sasaran Program ... 24

4.2.6. Program Unggulan ... 24

4.3. Subdinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan ... 24

4.4. Zona Pemeliharaan ... ... 26

4.5. Sistem Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman 27 4.6. Pengelolaan Jadwal Pemeliharaan ... 28

4.7. Pengelolaan Tenaga Kerja ... 29

4.8. Pengelolaan Biaya Pemeliharaan ... 30

4.9. Pengelolaan Peralatan dan Bahan .... ... 32

4.10. Pengelolaan Administrasi ... ... 33

4.11. Pemeliharaan Fisik Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman . 34 4.11.1. Pemeliharaan Elemen Lunak (Soft Material) .... 34

4.11.1.1. Pembabatan/Pemangkasan Rumput .... 34

4.11.1.2. Pengetrikan Rumput ... 36

4.11.1.3. Penyapuan/Pembersihan Sampah atau Rumput ... 36

4.11.1.4. Pemangkasan Nonrumput ... 37

4.11.1.5. Pemeliharaan Pohon Pelindung ... 39

4.11.1.6. Penyiraman Tanaman ... 41

4.11.1.7. Pemupukan ... 43

4.11.1.8. Pendangiran dan Penyiangan Gulma ... 46

4.11.1.9. Penyulaman dan Penggantian Tanaman 47 4.11.1.10. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman... 48

4.11.2. Pemeliharaan Elemen Keras (Hard Material).... 50


(22)

4.13. Hari Bebas Kendaraan Bermotor ... 52

4.14. Wawancara Pengguna Jalan ... 53

4.15. Rencana Pengelolaan Lanskap ... 61

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1. Simpulan ... 64

5.2. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(23)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta ... 17 Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ... 19 Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008 ... 21 Tabel 4. Jadwal kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman ... 29 Tabel 5. Uraian kegiatan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja ... 30 Tabel 6. Jenis, jumlah, kondisi, dan masa efektif peralatan

pemeliharan ... 33 Tabel 7. Jenis kegiatan, frekuensi, alat, dan jumlah tenaga kerja ... 34 Tabel 8. Perbandingan kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan ... 52


(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka pikir magang ... 4 Gambar 2. Peta lokasi Jalan Jenderal Sudirman……….... 12 Gambar 3. Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal

Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan

Semanggi ... 15 Gambar 4. Struktur organisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman ... 26 Gambar 5. Zonasi kegiatan pemeliharaan, (a) Jalan sekitar Air

Mancur Patung Pemuda, (b) Jalur Jalan Jenderal Sudirman, (c) Pulau Jalan depan BNI 45, (d) Pulau Jalan sekitar

FO. Karet, (e) pulau Jalan segitiga ex Bakin ... 27 Gambar 6. Kegiatan pemangkasan rumput pada jalur separator Jalan

Jenderal Sudirman ... 35 Gambar 7. Hasil kegiatan pengetrikan rumput, (a) pinggir kanstin,

(b) pinggir tanaman di Jalan sekitar Air Mancur Patung

Pemuda ... 36 Gambar 8. Kegiatan pembersihan sampah diarea rumput di jalur

separotor Jalan Jenderal Sudirman ... 38 Gambar 9. Hasil pemangkasan tanaman semak di Jalan sekitar Air

Mancur Patung Pemuda... 39 Gambar 10. Pohon Pelindung jalur separator Jalan Jenderal Sudirman. 41 Gambar 11. Sprinkel untuk penyiraman tanaman rumput di jalur

separator Jalan Jenderal Sudirman... 43 Gambar 12. Kegiatan Pendangiran dan penyiangan gulma tanaman

semak pada jalur median Jalan Jenderal Sudirman... 47 Gambar 13. (a) Perkerasan/paving yang rusak di Jalan sekitar Air

Mancur Patung Pemuda, (b) kanstin yang rusak dan cat

yang terkelupas di jalur median Jalan Jenderal Sudirman. 51 Gambar 14. Aktifitas pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor,

(a) aktifitas jogging, (b) kegiatan bersepeda pada jalur

(b) cepat Jalan Jenderal Sudirman ... 53

Gambar 15. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

untuk kenyamanan ... 56 Gambar 16. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk


(25)

vi Gambar 17. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk

keindahan ... 56

Gambar 18. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kebersihan ... 57 Gambar 19. Diagram tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, perdu, herba, tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman ... 58 Gambar 20. Diagram penggunaan tanaman semak, tanaman perdu,

tanaman herba, dan rumput yang disukai pada Jalur

Hijau Jalan Jenderal Sudirman ... 59 Gambar 21. Diagram mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman... 59 Gambar 22. Diagram kondisi perkerasan pada Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman ... 60 Gambar 23. Diagram kualitas pengelolaan pemeliharaan pada Jalur


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data iklim DKI Jakarta tahun 2007………. 68 Lampiran 2. Struktur organisasi Dinas Pertamanan ……….... 69 Lampiran 3. Kondisi pegawai Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2007 Menurut Golongan Dan Tingkat Pendidikan ... 70 Lampiran 4. Bagan pembagian tugas personil/karyawan Subdinas Jalur

Hijau Seksi Jalur Hijau Jalan tahun 2008 …... 71 Lampiran 5. Gambar bagian-bagian jalan dan jalur hijau Jalan Jenderal

Sudirman ... 72 Lampiran 6. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Tahap I ……… ... 73 Lampiran 7. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II ………..….... 92 Lampiran 8. Lembar Kuisioner ……… 114


(27)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, serta unsur lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan. Untuk itu segala aspek yang saling terkait pelu dijaga dan dipelihara agar tetap terjaga fungsinya, saling bermanfaat dan tetap terjaga kelestariannya secara berkelanjutan.

Jakarta merupakan kota yang pembangunannya semakin meningkat setiap tahun sehingga ruang terbuka hijau yang tersedia semakin sedikit. Pembangunan dan penggunaan sumber polusi yang semakin meningkat menyebabkan keamanan, kenyamanan dan keindahan kota semakin berkurang. Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan lainnya.

Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang


(28)

dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Begitu juga kota Jakarta yang juga memiliki jalur hijau kota yang cukup luas sebagai ruang terbuka hijau yang dapat meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan kota.

Jalur hijau jalan kota merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang cukup luas di Jakarta sehingga perlu dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan yang baik agar tetap terjaga kelestariannya. Jalur hijau jalan Jakarta dapat berfungsi untuk keindahan kota yang dapat dinikmati oleh pengguna jalan yang melewati jalur tersebut, baik yang menggunakan kendaraan maupun pejalan kaki. Jalur hijau jalan yang indah dapat digunakan pengguna jalan sebagai sarana untuk menghilangkan stres, rasa jenuh setelah bekerja, dan rasa lelah dengan menikmati keindahan jalur hijau jalan ketika melewatinya. Selain itu secara fungsional, jalur hijau jalan kota Jakarta dapat mengurangi polusi kota, memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan, dan memperbaiki ekosistem lingkungan kota.

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota. Selain itu, Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga dapat dimanfaat sebagai sarana rekreasi bagi pengguna jalan seperti menghilangkan stres, rasa jenuh dan lelah setelah bekerja dengan menikmati keindahan jalur hijau tersebut.

1.2 Tujuan Magang

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian di bidang arsitektur lanskap. Secara khusus tujuan dari kegiatan magang adalah :

1) mempelajari dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang


(29)

3 keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan dan kendala, dan pemanfaatan potensi yang ada.

2) menganalisis permasalahan-permasalahan di lapangan, baik yang bersifat

umum maupun yang khusus serta memberikan berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.

1.3 Kegunaan Magang

Kegunaan magang di Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah :

1) peningkatan pemantapan sikap akademik mahasiswa dalam menghadapi

persoalan dan tantangan di lapangan.

2) pengembangan sikap profesionalisme mahasiswa dalam menghadapi

kondisi lapangan kerja sesungguhnya.

1.4. Kerangka Pikir

Proses magang dilakukan di Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman di bawah Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Proses magang ini meliputi aspek pengelolaan lanskap. Seluruh hasil analisis dan sintesis yang diperoleh kemudian dirangkum secara deskriptif dan menghasilkan produk berupa rencana pengelolaan lanskap jalur hijau kota yang berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsonal Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman (Gambar 1).


(30)

Gambar 1. Kerangka Pikir Magang

Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta

Jalur Hijau Kota yang Tetap Terjaga Secara Estetik dan Fungsional

Proses Magang

Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan

Ideal

Permasalahan

Solusi

Rekomendasi

Rencana Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota yang Berkelanjutan untuk Menjaga Kualitas Estetika dan

Fungsional

Fisik Biofisik

Sosial Ekonomi

Budaya

Potensi Analisis


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap dan Lanskap Kota

Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu dengan apa yang ada di dalamnya baik bersifat alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan yang memiliki keindahan secara estetika dan berdaya guna secara fungsional. Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia (Simonds dan Starke, 2006).

Ada bentukan-bentukan elemen lanskap yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Elemen-elemen lanskap alami yang dapat diubah yaitu bukit-bukit, semak belukar dan lainnya. Sedangkan elemen-elemen lanskap yang tidak dapat diubah antara lain bentukan topografi seperti gunung, lembah, sungai, pantai dan lain sebagainya.

Lanskap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam mengelolah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Simonds dan Starke, 2006). Lanskap kota terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari. Lanskap kota merupakan wajah bentang alam kota, tidak semata-mata lingkungan

pertamanan dalam arti sempit, tetapi mencakup segala hal ruang luar (exterior, out

door) baik yang alami maupun yang buatan dengan segala elemennya, baik yang

keras (hardscape) maupun yang lunak (softscape).

2.2 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka mencakup keseluruhan lanskap, perkerasan, taman dan tempat rekreasi di dalam kota. Elemen-elemennya meliputi taman-taman, ruang terbuka hijau kota, tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Ruang terbuka dapat membentuk man-made atau natural, yang pada dasarnya adalah total kesatuan


(32)

yang terbentuk dalam kota yang digunakan sebagai wadah untuk istirahat dan tempat kegiatan yang memiliki keterkaitan, diantaranya sebagai sistem orientasi.

Ruang terbuka kota adalah ruang kota yang tidak terbangun, yang berfungsi untuk menunjang tuntutan kenyamanan, kesejahteraan, keamanan, peningkatan kualitas lingkungan, dan pelestarian alam. Ruang terbuka terdiri dari ruang pergerakan linear dan ruang pulau sebagai tempat pemberhentian.

Ruang Terbuka Hijau adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu). Ruang Terbuka Hijau merupakan sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan hijau berkayu dan tahunan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta penunjang fungsi RTH yang bersangkutan.

Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang, ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh alamiah maupun yang sengaja ditanam. Untuk proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota.

Sementara menurut Simonds dan Starke (2006), bahwa ruang terbuka

dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau, maupun tepian lairan

sungai), blueways (aliran sungai, aliran air lainnya, serta hamparan banjir,

greenways (jalan bebas hambatan, jalan di taman, koridor transportasi,

jalan-jalan setapak, jalan-jalan sepeda, serta jogging track), taman-taman kota serta areal

rekreasi, serta ruang terbuka penunjang lainnya (hutan kota, reservoir, lapangan golf, kolam renang, lapangan tennis, anstalasi militer dan lainnya).

Ruang terbuka suatu ruang yang tidak ditutupi bagian atas lahannya dengan berbagai tutupan dan mempunyai fungsi alami yang dominan. Bentuk ruang terbuka tersebut antara lain pertamanan, ruang terbuka hijau, sungai, plaza kota dan lainnya. Adapun peran ruang terbuka dalam suatu perkotaan, yaitu :


(33)

7

2) Menyediakan ruang terbuka hijau yaitu berupa tanaman yang dapat

mengurangi pencemaran,

3) Memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang membutuhkanya.

Selain itu berdasarkan fungsi dan luasan, ruang terbuka hijau dibedakan atas:

1) Ruang terbuka makro, mencakup daerah pertanian, perikanan, hutan

lindung, hutan kota, dan pengaman di ujung landasan Bandar Udara.

2) Ruang terbuka medium, mencakup pertamanan kota, lapangan olah raga,

Tempat Pemakaman Umum (TPU).

3) Ruang terbuka mikro, mencakup taman bermain (playground) dan taman

lingkungan (community park).

Fungsi dari ruang terbuka hijau antara lain fungsi arsitektural, fungsi teknik, fungsi kenyamanan, fungsi ekologi dan fungsi sosial ekonomi. Fungsi arsitektural seperti membingkai ruang, menciptakan batasan-batasan dan lainnya. Fungsi teknik seperti mengatasi bahaya erosi, memperbaiki struktur tanah dan lainnya. Fungsi kenyamanan seperti menurunkan suhu kota, menyediakan udara segar dan lainnya. Fungsi ekologis yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan vegetasi meningkatkan kualitas ekosistem kota. Fungsi sosial ekonomi seperti sebagai wadah kegiatan sosial bagi masyarakat kota, sebagai wadah kegiatan ekonomi dan lainnya.

Manfaat dari ruang terbuka hijau adalah kesan estetis, orologis, protektif, higinis dan manfaat edukatif. Manfaat estetika di mana ruang terbuka hijau dapat meningkatkan keindahan suatu lanskap. Manfaat orologis di mana ruang terbuka hijau bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi, banjir. Manfaat protektif di mana ruang terbuka hijau bermanfaat sebagai pelindung seperti sinar matahari, angin kencang dan juga menyerap debu. Manfaat higinis di mana ruang terbuka

hijau menghasilkan Oksigen yang dibutuhkan manusia dan menyerap CO2 yang

berbahaya bagi manusia. Manfaat edukatif di mana ruang terbuka hijau dapat bermanfaat sebagai sarana untuk belajar mengenal tanaman.

2.3 Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan merupakan suatu area di sepanjang jalan yang ditanami oleh berbagai tanaman dengan tujuan untuk peneduh, membantu mengurangi


(34)

polusi, peresapan air, serta tujuan estetika. Di sepanjang tepian jalan dapat ditanami tanaman sesuai dengan luas dan lebar jalur yang digunakan. Adapun Jalur hijau jalan tersebut antara lain jalur hijau jalan raya, jalan tol, jalan protocol, jalur rel kereta api dan lainnya.

Jalur hijau dan lingkungan alami banyak dibutuhkan di area kota dan pinggiran kota. Jalur hijau banyak dimanfaatkan penduduk kota untuk rekreasi, transportasi, dan pendidikan alam. Jalur hijau di daerah kota memiliki potensi untuk menyediakan suatu kombinasi yang unik dari segi ekologis dan sosial untuk wilayah metropolitan.

Keuntungan ekologis dari jalur hijau ini antara lain sebagai kualitas arus dan perlindungan lahan basah, perlindungan erosi dan banjir, habitat dan plasma nutfah flora dan fauna, serta kualitas udara dan perbaikan iklim mikro. Keuntungan sosial dari jalur hijau ini antara lain sebagai rekreasi, pendidikan alam, kesempatan-kesempatan untuk berapresiasi penduduk kota, rute transportasi non-konstrumtif seperti berjalan dan bersepeda, serta menyatukan bagian-bagian yang terpisah dari wilayah metropolitan yang luas.

2.4 Pengelolaan Lanskap

Pengelolaan merupakan upaya manusia untuk mendayagunakan, memelihara dan melestarikan lanskap/lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinyuitas kelestariannya. Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005).

Menurut Arifin dan Arifin (2005) lagi, pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk merawat dan menjaga areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada didalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancang atau disain semula.

Menurut Corder (1996), Pekerjaan pemeliharaan terdiri atas pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana. Pemeliharaan terencana terdiri dari


(35)

9 aktivitas pencegahan, sedangkan pemeliharaan yang tidak terencana merupakan pemeliharaan yang bersifat insidential.

Menurut Sternloff dan Warren (1984), terdapat tiga tipe organisasi pemeliharaan, yaitu:

1) Sistem pemelihaan Unit (Unit Maintenance) yaitu pemeliharaan yang

didasarkan pada unit-unit taman yang ada, sehingga setiap unit taman mempunyai tim pemeliharaan sendiri

2) Sistem Tim Pemeliharaan Khusus (Specialized Maintenance Crew), yaitu

pemeliharaan didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, seperti pegawai khusus potong rumput atau pekerja khusus lainnya, pegawai berdasarkan jadwal pindah dari unit satu ke unit lainnya.

3) Sistem Pemeliharaan secara Kontrak (Maintenance by Contract), yaitu

pemeliharaan diserahkan pada kontraktor, sehingga seluruh pekerjaan pemeliharaan dikerjakan oleh kontraktor.

Menurut Sternloff dan Warren (1984), tujuan kegiatan pemeliharaan adalah untuk menjaga tapak beserta fasilitasnya supaya tetap dalam keadaan awal atau desain semula. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Menetapkan prinsip-prinsip operasi

2) Memelihara fasilitas dengan standar yang telah ditentukan

3) Melakukan pengawasa dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan

2.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi awal. Selain itu kegiatan pemeliharaan ini bertujuan agar suatu areal lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman.

2.6. Pemeliharaan Ideal

Pemeliharaan ideal merupakan kegiatan pemeliharaan elemen-elemen


(36)

dan fungsi semula. Dalam kegiatan pemeliharaan ini diharapkan jalur hijau jalan ini memberikan keindahan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dengan tetap mempertahankan disain awal yang telah dibentuk.

Untuk mempertahankan agar tujuan dan fungsi semula dalam pemeliharaan ideal tetap terjaga maka usaha yang dilakukan untuk menunjang pemeliharaan fisik antara lain :

1) Pembuatan jadwal pemeliharaan fisik elemen-elemen tanaman dan elemen

keras

2) Pada renovasi tata hijau penggunaan tanaman lokal dilakukan untuk

memudahkan penggantian/penyulaman.

Pemeliharaan dapat dikurangi jika didukung oleh upaya-upaya sebagai

berikut (Carpenter et al.,1975) :

1) Perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana

sehingga memudahkan untuk melakukan pemeliharaan

2) Pemilihan elemen tanaman merupakan salah satu pertimbangan terpenting,

karena biasanya semakin eksotis suatu tanaman semakin sulit pemeliharaannya.

3) Perancangan dengan pendekatan terhadap alam.

Sedangkan menurut Sulistyantara (2006), beberapa upaya untuk mempermudah ataupun mendukung pemeliharaan ideal antara lain:

1) Merencanakan taman dengan pola-pola yang sederhana sehingga

pemeliharaan fisik mudah dilakukan.

2) Membuat pola lalu lintas atau sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga

alur kegiatan di dalamnya akan selalu lancar.

3) Memilih sistem struktur yang kuat dan awet serta memilih bahan-bahan

perkerasan yang sesuai.

4) Melengkapi taman dengan fasilitas yang memadai, misalnya lampu

penerangan, jaringan utilitas dan lain sebagainya.

Kriteria tanaman untuk ruang terbuka hijau kota seperti di jalur hijau jalan adalah mampu beradaptasi dengan lingkungan, toleran terhadap stres lingkungan, tahan terhadap hama dan penyakit dan memiliki sifat fisik yang memenuhi


(37)

11

2.7. Pemeliharaan Fisik

Pemeliharaan fisik adalah kegiatan pemeliharaan terhadap elemen-elemen

lanskap baik hard material maupun soft material. Adapun yang termasuk ke

dalam elemen hard material misalnya perkerasan/paving, bangku, shelter, lampu

jalan, dan lainnya, dan yang termasuk ke dalam elemen soft material yaitu

tanaman. Kegiatan pemeliharaan fisik ini bertujuan untuk menjaga kondisi fisik

baik elemen hard material maupun soft material tetap berfungsi dengan baik,


(38)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang

Lokasi kegiatan magang bertempat di Dinas Pertamanan DKI Jakarta di bawah Subdinas Jalur Hijau bagian Seksi Jalur Hijau Jalan yang terletak di Jakarta Pusat. Kegiatan magang ini mengambil lokasi di jalan Jenderal Sudirman yaitu mengenai pengelolaan jalur hijau kota di jalan tersebut. Kegiatan magang berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2008.


(39)

13

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan magang antara lain: Peta, kamera, alat tulis dan peralatan teknis lainnya. Sedangkan bahan yang digunakan berupa kuisioner pengamatan langsung ke lapangan dan survei serta studi pustaka.

3.3 Metode Magang

Ruang lingkup yang telah dilaksanakan pada kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi (studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas struktur organisasi Dinas, peraturan dan sistem pembagian kerja yang ada di dalam Dinas serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja di lapangan.

Kegiatan magang yang telah dilaksanakan menggunakan metode survei, wawancara, partisipasi aktif baik di studio maupun di lapangan, dan mencari berbagai sumber pustaka. Untuk metode survei dan wawancara digunakan angket untuk menanyakan kepada responden apakah jalur hijau jalan ini telah sesuai dengan fungsinya dan bernilai estetika. Adapun responden yang akan ditanya yaitu pengguna jalur hijau jalan tersebut seperti pejalan kaki, pengendara

kendaraan bermotor di jalur hijau tersebut. Pada kegiatan magang yang telah

dilaksanakan, aspek pengelolaan jalur hijau jalan kota menjadi kasus yang diminati secara khusus untuk dipelajari dan dibahas. Sedangkan sebagai kegiatan pendukung atau partisipasi yang merupakan bagian dari kegiatan magang secara keseluruhan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja praktis, dan dikaitkan dengan pengelolaan dilaksanakan di studio dan di lapangan.

3.4 Pengumpulan Data

Pengambilan data dan imformasi dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, survei, wawancara dan studi pustaka. Data dan informasi yang diperlukan meliputi data fisik, sosial ekonomi dan kelembagaan. Adapun data yang dibutuhkan antara lain:

1) Sumberdaya


(40)

2) Konsep dan Pelaksanaan Pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

a. Tujuan umum kegiatan pengelolaan,

b. Kegiatan pengelolaan ideal dan fisik,

c. Indikator dan standar kegiatan pengelolaan,

d. Kegiatan pengelolaan untuk menciptakan keseimbangan ekologis.

3) Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta

a. Inventarisasi fasilitas dan peralatan untuk kegiatan pemeliharaan,

b. Rencana jadwal dan cara pemeliharaan

c. Jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan

(perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas pada kontraktor),

d. Anggaran biaya kegiatan pengelolaan, digunakan untuk

menganalisis :

1. Jenis kegiatan,

2. Biaya pembeliaan / penyewaan peralatan dan bahan,

3. Luas area yang dikelola,

4. Jumlah tenaga kerja,

5. Upah tenaga kerja,

6. Kapasitas kerja,

7. Frekuensi kegiatan pemeliharaan (harian, mingguan, bulanan,

triwulan, semesteran, tahunan insidential).

e. Kegiatan pemeliharaan Jalar Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta

1. Pemupukan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),

2. Pemangkasan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),

3. Penyiraman (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),

4. Penyiangan gulma,

5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

6. Penyulaman dan pemindahan tanaman serta pengadaan bibit

tanaman.

4) Lembaga Pengelola

a. Struktur Organisasi,


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta

Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat, ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat,

sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut.

Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi udara di mana kota menjadi tidak nyaman. Selain untuk mengurangi tingkat polusi kota Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga dapat menambah dan meningkatkan keindahan kota. Untuk itu perlu diperhatikan pengelolaan pemeliharaan yang baik terhadap jalur hijau jalan tersebut sehingga keindahan jalur tersebut dapat dipertahankan (Gambar 3).

Gambar 3: Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi

4.1.1. Letak Geografis dan Administratif

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta terdiri atas daratan dan lautan, sesuai SK

Gubernur DKI Jakarta No. 1227 tahun 1989 di mana luas daratan 664,12 km2

dengan tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan


(42)

106058’ BT dengan ketinggian rata-rata kurang lebih 7 m di atas permukaan laut. Batas administrasi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa,

Sebelah Selatan dan Timur : Provinsi Jawa Barat,

Sebelah Barat : Provinsi Banten.

DKI Jakarta terbagi atas lima wilayah kota yang berkedudukan sebagai daerah tingkat dua di bawah pengawasan kantor Gubernur. Kelima walayah ini masing-masing dipimpin oleh walikota. Kelima kota tersebut yaitu kota Jakarta

Pusat (50,4 km2), kota Jakarta Utara (154,01 km2), kota Jakarta Selatan (145,73

km2), kota Jakarta Barat (126,25 km2), dan kota Jakarta Timur (187,73 km2).

Lokasi magang adalah pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta yang terdapat di Jakarta Pusat dengan panjang 3,05 km. Jalan Jenderal Sudirman yang merupakan salah satu jalan protokol di wilayah Jakarta dan juga sebagai ruang terbuka hijau kota sehingga perlu dijaga dan dilakukan pemeliharaan yang baik dan teratur. Luas jalur hijau pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta adalah

184.595,89 m2.

4.1.2. Iklim

Untuk data iklim DKI Jakarta diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) wilayah DKI Jakarta. Data iklim yang dipakai adalah data iklim tahun 2007 dan dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data iklim tahun

2007, Jakarta beriklim cukup panas di mana suhu rata-rata dalam 1 tahun 28,50C,

dengan suhu rata-rata maksimum kota Jakarta adalah 290C terjadi pada bulan

Oktober dan suhu rata-rata minimum 27,50C pada bulan Februari. Kelembaban

udara rata-rata dalam satu tahun sebesar 73,9%, kecepatan angin rata-rata 3,0 knot dan curah hujan rata-rata 11,1 mm/hari dalam satu tahun.

4.1.3. Geologi dan Tanah

Jenis tanah di DKI Jakarta termasuk tanah mediteran merah sampai kuning jenis grumosol dari batu endapan berkapur pada daerah berbukit dan sebagian lagi jenis latosol, podzolik merah kuning dari batu endapan bekuan. Apabila dilihat


(43)

17 dari bentuk fisiografinya, wilayah DKI Jakarta terdiri dari dataran alluvial, jalur aliran dataran, dan perbukitan.

Pada umumnya keadaan tanah di DKI Jakarta banyak yang telah

mengalami penggalian dan penimbunan (cut and fill). Begitu juga pada jalur hijau

jalan kota Jakarta sebagian besar tanahnya telah mengalami penggalian dan penimbunan. Jenis tanah yang ada di lokasi magang Jalan Jenderal Sudirman merupakan tanah urugan tanah latosol merah.

4.1.4. Tata Guna Lahan

Akibat pertumbuhan dan perkembangan aktivitas sosial yang sangat pesat sedangkan lahan yang tersedia di Jakarta terbatas, sehingga perlu penggunaan lahan yang efisien. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota terhadap ruang terbuka hijau kota maka pemerintah menetapkan rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta tahun 2010. Selain itu Dinas Pertamanan memiliki rencana strategis program-program unggulan tiap tahunnya seperti peningkatan kuantitas taman, peningkatan kualitas taman, peningkatan kualitas jalur hijau, dan lainnya. Penggunaan ruang terbuka hijau pertamanan di seluruh DKI Jakarta adalah untuk taman kota, jalur hijau jalan, taman bangunan umum, jalur tepian air, dan taman rekreasi (Tabel 1). Taman kota merupakan taman umum pada skala kota yang diperuntukan sebagai fasilitas untuk rekreasi, olah raga dan sosialisasi masyarakat dikota yang bersangkutan.

Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta

No. Variabel Kondisi/Unit

1. Taman kota 2..149.935 m2

2. Jalur hijau jalan 5.626.313 m2

3. Taman bangunan umum 3.690.346 m2

4. Jalur tepian air 571.385 m2

5. Taman rekreasi 8.723.170 m2

Luas Total 20.761.151 m2

Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)

Jalur hijau kota adalah ruang terbuka hijau untuk keserasian lingkungan dengan tujuan konservasi tanah, lingkungan, penyerapan air dan penyegaran udara. Jalur tepian air adalah bagian dari ruang terbuka hijau yang ditentukan sebagai daerah pengaman, terdapat di sepanjang batas badan air kerah darat seperti badan sungai dan danau. Taman rekreasi adalah bagian dari ruang terbuka


(44)

hijau kota yang dapat digunakan untuk kegiatan rekreasi. Taman bangunan adalah taman yang terletak dalam kavling bangunan yang terdiri dari vegetasi atau unsur-unsur estetis lainnya yang ditata dengan serasi dengan tetap memperhatikan fungsi bangunan dan ruang terbukanya.

4.1.5. Topografi

Wilayah DKI Jakarta memiliki Luas 65.000 Ha. Ketinggian rata-rata wilayah DKI Jakarta berada 7 m di atas permukaan laut, dan sekitar 40% (24.00 Ha) wilayah DKI Jakarta merupakan dataran rendah di bawah laut pasang yaitu 1 m sampai dengan 1,5 m, sehingga ketika terjadi air pasang dataran tersebut tergenang air atau banjir. Selain itu akibat pembangunan lahan yang terus terjadi menyebabkan area resapan semakin sedikit ketika terjadi air laut pasang.

4.1.6. Kualitas Udara

Kota yang padat penduduknya, pembangunan permukiman semakin banyak, sumber polusi yang semakin meningkat pula sedangkan ruang terbuka hijau kota yang semakin berkurang menyebabkan kualitas udara semakin menurun. Kualitas udara yang berkurang akibat polusi yang terjadi menyebabkan berkurangnya kenyamanan dan keamanan kota terhadap penduduk kota yang tinggal dan beraktivitas pada kota tersebut, seperti terjadinya gangguan kesehatan sehingga menimbulkan penyakit pada manusia. Selain itu kualitas udara yang tidak nyaman dapat mengganggu manusia ketika melakukan aktivitas.

Begitu juga untuk kualitas udara di kota Jakarta, di mana penduduknya yang semakin padat, pembangunan semakin meningkat, sehingga terjadi penurunan kualitas udara akibat kurangnya kawasan ruang terbuka hijau kota sedangkan sumber polusi seperti kendaraan bermotor, pabrik industri semakin banyak dan meningkat. Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta tahun 2008 lebih kuran 5,7 juta unit kendaraan, dengan jumlah mobil 2,2 juta unit dan jumlah sepeda motor 2,5 juta unit. Jumlah kendaraan di Jakarta cukup banyak sehingga zat-zat polusi yang dikeluarkan juga banyak yang menyebabkan keamanan dan kenyamanan kota semakin berkurang. Zat-zat yang dikeluarkan oleh sumber


(45)

19 serta kandungan Timah Hitam (Pb) dalam debu. Zat-zat ini dapat menyebabkan lapisan ozon menjadi rusak, mengganggu atau menurunkan jarak pandang dan juga dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia. Untuk itu sangat penting keberadaan ruang terbuka hijau di kota Jakarta baik itu taman kota, hutan kota, jalur hijau kota untuk mengurangi polusi udara yang terjadi akibat zat-zat yang dikeluarkan oleh sumber pencemaran tersebut. Dengan semakin meningkatnya ruang terbuka hijau suatu kota akan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas udara kota Jakarta.

4.1.7. Vegetasi

Jalur hijau jalan kota Jakarta memiliki beragam vegetasi yang ditanam di sepanjang jalan seperti pohon, palem, perdu, semak, herba, rumput-rumputan dan tanaman merabat. Vegetasi tersebut ditanam dan ditata sedemikan rupa dan juga pemeliharaan yang dilakukan dengan baik dan maksimal sehingga menambah kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga memiliki bermacam-macam tanaman yang ditanam dan ditata dengan baik dan teratur, dengan kondisi yang cukup baik, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keindahan kota umumnya dan jalur hijau tersebut khususnya. Beberapa jenis tanaman khususnya pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

Nama Latin Nama Lokal Kondisi

Pohon

Cassia multijuga Kasia Baik

Delonix regia Flamboyan Baik

Swietenia mahagonii Mahoni Tidak semua baik

Plumeria spp. Kamboja Baik

Pterocarpus indicus Angsana Baik

Pithecolobium dulce Lamtoro Baik

Cerbera odollam Bintaro Baik

Cordia sebestana Jati mas Baik

Polyalthia longifolia Glodogan tiang Tidak semua baik

Ficus benyamina Beringin Baik

Manilkara kauki Sawo kecik Baik

Lagerstroemia indica Bungur Baik


(46)

Tabel 2. Lanjutan

Pohon

Teminalia catappa Ketapang Baik

Mimusops elengi Tanjung Baik

Samanea saman Kihujan Baik

Albizia falcataria Sengon Baik

Palem

Roystonea regia Palem raja Baik

Chrysalidocarpus lutescens Palem kuning Baik

Rhapis excelsa Palem wregu Baik

Elaeis guinensis Kelapa Sawit Baik

Perdu

Adenium cutanium Kamboja jepang Baik

Cordyline terminalis Hanjuang merah Baik

Jantropa sp. Batavia Baik

Semak

Ixora javanica Soka Baik

Rora sp. Mawar Baik

Mussaendah sp. Nusa Indah Baik

Neoregelia sp. Nanas hias Baik

Iresine herbstii Bayam merah Baik

Bougenvillea sp. Bugenvil Baik

Arachis pintoii Kacang-kacangan Baik

Codeaum variegatum Puring Baik

Allium tuberosum Kucai Baik

Adiantum cuneatum Suplir Baik

Dracaena sp. Drasena Baik

Pandanus pygmaeus Pandan variegata Baik

Hibiscus rosasinensis Kembang sepatu Baik

Herba

Hyppeastrum sp. bakung Baik

Canna indica kana merah Baik

Zephyranthes candida Bawang-bawangan Baik

Chlorophytum comosum Lili paris Baik

Grasses/Rumput-rumputan

Zoysia matrella Rumput Peking Baik

Axonopus compressus Rumput gajah Baik


(47)

21

4.1.8. Sosial Ekonomi dan Demografi

Kota Jakarta yang merupakan sebagai Ibukota Republik Indonesia menjadikan kota ini menjadi pusat dari segala aktivitas. Banyaknya masyarakat Indonesia baik itu dari pulau jawa, sumatera, kalimantan, sulawasi, hingga Indonesia bagian timur yang tergiur untuk datang dan bekerja karena banyaknya lapangan kerja yang tersedia baik itu dalam pemerintahan, perdagangan, industri dan lain sebagainya.

Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan dari tahun ke tahun, menunjukan hasil bahwa penduduk Jakarta terus mengalami peningkatan sehingga dapat mengakibatkan berbagai masalah di berbagai bidang seperti permukiman, pendidikan, kesehatan, dan juga ketenagakerjaan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk sehingga terjadi pembangunan permukiman, sarana dan prasarana umum, fasilitas pendidikan, kesehatan dan lainnya yang menyebabkan ruang terbuka hijau kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota semakin sempit dan berkurang yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan kota Jakarta. Berdasarkan data bulan Januari 2008 jumlah penduduk Jakarta adalah 8.489.910 jiwa. Jumlah penduduk ini terbagi atas lima wilayah kota dan satu kabupaten yang terdiri atas warga negara Indonesia dan warga negara asing (Tabel 3).

Untuk sosial ekonomi masyarakat Jakarta khususnya pengguna Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman bermacam ragam mulai dari pelajar, mahasiswa, pedagang, tukang ojek, karyawan perkantoran dan perbankan, pegawai negeri dan lain sebagainya.

Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008

No Wilayah Jumlah (Jiwa)

WNI WNA Total

1. Jakarta Pusat 930.674 831 931.505

2. Jakarta Utara 1.420.388 884 1.421.272

3. Jakarta Selatan 1.885.302 1.163 1.886.465

4. Jakarta Barat 1.634.781 586 1.635.367

5. Jakarta Timur 2.592.940 922 2.593.862

6. Kepulauan Seribu 21.425 14 21.439

Total 8.485.510 4.400 8.489.910

Sumber: Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya

(http://www.kependudukancipil.go.id/index.php/statistik/penduduk-dki-jakarta/42-statistik/4-jumlah-penduduk-provinsi-dki-jakarta)


(48)

4.2. Organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970 melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan.

Dinas Pertamanan awalnya diprakarsai oleh DPRD Provinsi Jakarta pada tahun 1961 yang merekomendasikan perlunya penataan pertamanan kota Jakarta agar dapat setara dengan Ibukota negara lain di dunia. Pada tahun 1962 Pemerintah DKI Jakarta mendirikan Akademi Pertamanan (AKAP) yang para lulusannya dapat langsung bekerja di Seksi Pertamanan, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta.

Pada awal keberadaannya, Dinas Pertamanan memberikan perubahan yang cukup signifikan terhadap wajah kota Jakarta. Wajah Jakarta yang dulunya gersang telah berubah menjadi kota yang hijau. Hingga tahun 2005 peran Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas visual dan lingkungan kota Jakarta telah berkembang dengan ditanganinya beberapa program baru seperti penataan koridor jalur busway, penambahan ruang terbuka hijau di kawasan pemukiman kumuh padat, peningkatan kuantitas dan kualitas ornamen ruang kota dan penataan jalur pedestrian pada koridor-koridor utama kota.

Struktur Organisasi Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 8 Tahun 2002 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dikepalai oleh satu Kepala Dinas, yang membawahi satu bagian Tata Usaha, empat Subbagian, enam Subdinas, dua puluh satu Seksi, lima Suku Dinas, lima Subbagian Tata Usaha, tiga puluh Seksi Suku Dinas dan empat puluh tiga Seksi Dinas Pertamanan Kecamatan (Lampiran 2). Berdasarkan data tahun 2007 Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta memiliki 253 orang pegawai yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Tidak Tetap menurut SK Gubernur DKI Jakarta dan Pegawai Tidak Tetap Non SK Gubernur DKI Jakarta (Lampiran 3).


(49)

23

4.2.1. Tugas Pokok

Adapun tugas pokok Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah menyelenggarakan penataan dan pengelolaan ruang terbuka hijau, ruang terbuka kota, keindahan dan tata hias kota serta penyelenggaraan pelayanan di bidang pertamanan.

4.2.2. Fungsi

Adapun fungsi Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain :

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pertamanan dan keindahan kota

2) Pemberian perizinan atau rekomendasi, legalisasi, dan sertifikasi di bidang

pertamanan dan keindahan kota

3) Pemungutan retribusi di bidang pertamanan dan keindahan kota

4) Pemeliharaan, pengelolaan, dan pengamanan di bidang pertamanan dan

keindahan kota

5) Pemberdayaan usaha dan peran serta masyarakat di bidang pertamanan

dan keindahan kota

6) Pelayanan perencanaan teknis pertamanan dan keindahan kota

7) Pelayanan dan penyediaan taman/tanaman untuk masyarakat

8) Pengelolaan dukungan teknis dan administratif

9) Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan Subdinas

4.2.3. Visi

Visi dari Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah mewujudkan tertatanya ruang terbuka hijau dan keindahan Kota Jakarta.

4.2.4. Misi

Adapun misi dari Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain:

1) Membangun ruang terbuka hijau sesuai kebutuhan kota Jakarta

2) Melaksanakan penghijauan di seluruh ruang terbuka kota Jakarta

3) Meningkatkan keindahan kota melalui penataan elemen sarana dan

ornamen kota

4) Menggalang peran serta aktif masyarakat di bidang Pertamanan dan


(50)

4.2.5. Sasaran Program

Sasaran program Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain:

1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH Kota melalui :

a. Pembangunan taman kota dan jalur hijau kota

b. Penanaman/penghijauan pohon

c. Pengembalian fungsi taman dan jalur hijau

2) Meningkatkan keindahan kota, melalui penataan elemen sarana dan

ornamen kota

3) Menyediakan panduan yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau

pertamanan

4) Menyediakan bibit tanaman dan melakukan pembesaran tanaman

5) Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang pertamanan dan

keindahan kota.

4.2.6. Program Unggulan

Selain sasaran program, Dinas Pertamanan DKI Jakarta mempunyai program unggulan, yaitu:

1) Penyediaan taman RTH di kawasan padat penduduk

2) Penataan koridor jalur transportasi busway, monorail dan kanal

3) Pengembalian fungsi taman dan jalur hijau dari penggunaan di luar

peruntukannya

4) Peningkatan fungsi dan penampilan taman kota

5) Peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas ruang publik seperti

penyediaan pedestrian dan pembangunan ornamen kota

6) Penyediaan bibit tanaman pelindung bagi masyarakat untuk percepatan

penghijauan kota

7) Peningkatan kualitas jalur hijau tepian air dan penyempurna

4.3. Subdinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan

Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau


(51)

25 Subdinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan, pemeliharaan, pengendalian dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan, jalur hijau tepian air, dan jalur hijau penyempurna. Dalam kegiatan magang yang dilakukan di Dinas Pertamanan, Mahasiswa berada di bawah Subdinas Jalur Hijau pada bagian Seksi Jalur Hijau Jalan. Subdinas Jalur Hijau memiliki tugas yaitu :

1) Perencanaan, pemeliharaan, pengendalian, pengelolaan jalur hijau yang

meliputi jalur hijau jalan, tepian air, hijau penyempurna, dan jalur hijau lainnya.

2) Pembinaan dan konsultasi terhadap seluruh kegiatan jalur hijau kota.

3) Inventarisasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan jalur hijau kota

4) Pelaksanaan penghijauan pada seluruh jalur hijau kota

Jalur hijau jalan yang merupakan salah satu bentuk jalur hijau yang dikelola oleh Seksi Jalur Hijau Jalan yang berada di bawah Subdinas Jalur Hijau. Seksi Jalur Hijau Jalan memiliki 35 pegawai yang terdiri atas seorang Kepala Seksi, 4 orang staf teknis dan administrasi, dan 30 orang pengawas lapangan (Lampiran 4). Seksi Jalur Hijau Jalan ini memiliki tugas sebagai berikut :

1) Menyusun dan melaksanakan rencana kerja seksi jalur hijau jalan

2) Melakukan pendataan, monitoring, dan inventarisasi jalur hijau jalan.

3) Melakukan pembangunan, penataan, dan pembinaan jalur hijau jalan

4) Melaksanakan pengelolaan, pengembangan dan pemekaran jalur hijau

jalan

5) Melaksanakan koordinasi penghijauan, dan pengindahan di areal jalur

hijau jalan.

6) Melakukan pengelolaan jalur hijau jalan

Struktur oganisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman terdiri atas pengawas lapang dan tenaga pemeliharaan yang bertanggung jawab kepada kepala Seksi Jalur Hijau. Pengawas lapangan bertugas untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan pemeliharaan di lapangan. Tenaga pemeliharaan bertugas dalam melakukan dan melaksanakan kegiatan pemeliharaan di lapangan (Gambar 4). Tenaga pemeliharaan bertugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan yang telah diberikan dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.


(52)

Gambar 4. Struktur organisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

4.4. Zonasi Pemeliharaan

Pemda DKI Jakarta melalui Dinas Pertamanan DKI Jakarta membagi Jalur hijau jalan ke dalam 8 zonasi atau blok berdasarkan letaknya di masing-masing wilayah di lima wilayah Kota, yaitu kota Jakarta Pusat, kota Jakarta Utara, kota Jakarta Selatan, kota Jakarta Timur dan kota Jakarta Barat. Seksi Jalur Hijau Jalan juga melakukan kegiatan pemeliharaan di 8 zonasi atau blok tersebut. Dalam kegiatan magang yang telah dilakukan pengelolaan pemeliharaan jalur hijau jalan ini mengambil zona atau bagian di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta yang merupakan area/zona Blok V. Pada area/zona Blok V ini kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dibagi ke dalam 5 bagian, yaitu sekitar Air Mancur Patung Pemuda, Pulau Jalan sekitar FO.Karet, Jalur Jalan Jenderal Sudirman, Pulau Jalan depan BNI 45, Pulau Jalan Segitiga ex Bakin (Gambar 5).

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman terbagi atas bagian median jalan, bagian separator, taman air mancur patung pemuda, dan taman pulau jalan yang dapat menambah nilai estetika lanskap jalan yang juga mempunyai fungsi dengan

Kepala Dinas Pertamanan

Kepala Subdinas Jalur Hijau

Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan

Pengawas lapang

Pemeliharaan Jalur Hijau

Tenaga pemeliharaan tanaman

Tenaga Pemeliharaan ArealJalur Hijau


(53)

27 jalan yang berada pada bagian tengah jalan yang memisahkan dua jalur jalan yang berlawanan arah. Jalur separator merupakan bagian jalur hijau jalan yang memisahkan jalur cepat dan jalur lambat (Lampiran 5).

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 5: Zonasi Kegiatan Pemeliharaan, (a) Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) Jalur Jalan Jenderal Sudirman, (c) Pulau Jalan depan BNI 45, (d) Pulau Jalan sekitar F.O Karet, (e) Pulau Jalan segita ex Bakin

4.5. Sistem Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman

Sistem pemeliharaan pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta mengalami perubahan dari sistem swakelola menjadi sistem pemeliharaan oleh kontraktor. Hal ini berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 mengenai Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Pemilihan kontraktor untuk kegiatan pemeliharaan jalur hijau dilakukan dengan sistem tender atau dilelang terlebih dahulu.

Setelah dilakukan proses pelelangan pihak Dinas Pertamanan melakukan penunjukan langsung kontraktor mana yang akan melakukan kegiatan pemeliharaan tersebut. Setelah kontraktor dipilih, pihak Dinas membuat suatu surat perjanjian kontrak yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak sebelum kegiatan pemeliharaan dilaksanakan. Surat perjanjian kontrak berisi tentang kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan, peraturan-peraturan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, lingkup tugas dan pemeliharaan, jangka waktu pemeliharaan, anggaran biaya pemeliharaan, sanksi, jaminan pelaksanaan, serah


(54)

terima pekerjaan dan lain sebagainya yang disetujui kedua belah pihak sebelum tanda tangan surat perjanjian kontrak dilakukan (Lampiran 6 dan Lampiran 7).

Pada masa pelaksanaan magang untuk kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk tahun 2008/2009 dibagi dalam dua tahap pelaksanaan. Kegiatan pemeliharaan tahap I dimulai dari bulan Januari sampai dengan Maret 2008. Kontraktor pelaksana pemeliharaan tahap I Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilaksanakan oleh PT. RASA TAMA WULANPERSADA (Lampiran 6). Setelah pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tahap I selesai, dilakukan proses tender atau pelelangan kembali oleh pihak Dinas Pertamanan untuk memilih kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap kedua. Proses pelelangan berlangsung selama satu bulan yaitu pada bulan April sehingga selama proses pelelangan tersebut terjadi kekosongan pelaksana kegiatan pemeliharaan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.

Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk tahap II terjadi pergantian kontraktor pemeliharaan. Kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II adalah PT. LANGGENG SADAM PURNAMA. Waktu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan tahap II dimulai dari bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Mei 2009 (Lampiran 7).

4.6. Pengelolaan Jadwal Pemeliharaan

Setiap pekerjaan pemeliharaan harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Jenis pekerjaan pemeliharaan yang dijadwalkan adalah pemeliharaan yang rutin dilakukan, yaitu pemangkasan, penyiraman, pendangiran, pengetrikan, pembersihan/penyapuan dan lain sebagainya (Tabel 4). Kegiatan pemeliharaan yang teratur akan dapat menghasilkan suatu pemeliharaan yang baik, rapi, dan bersih sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan keindahan jalur hijau jalan tersebut. Kegiatan pemeliharaan tahap I dimulai 2 Januari 2008 sampai dengan 31 Maret 2008. Untuk kegiatan pemeliharaan tahap kedua dimulai 12 Mei 2008 sampai dengan 12 Mei 2009. Jenis kegiatan dan frekuensi kegiatan pemeliharaan baik pemeliharaan tahap I maupun kegiatan pemeliharaan tahap II tidak ada


(1)

Lampiran 8. Lembar Kuisioner

Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman

Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Yth. Responden, nama saya Ridho Dwianto. Saat ini saya sedang melakukan kegiatan magang mengenai Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta. Saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara bisa membantu saya mendapatkan data yang diperlukan. Data yang anda berikan dijamin kerahasiaannya. Panduan wawancara ini adalah upaya mahasiswa untuk mengetahui keinginan dan harapan masyarakat terhadap rencana pengelolaan Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta.

No. Kuisioner : Tanggal Interview : Alamat Responden :

Lokasi Interview : Jalan Jendral Sudirman Jakarta

Identitas Responden

1. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia :

a. 7-12 tahun b. 13-14 tahun c. 20-24 tahun d. 25-55 tahun e. > 55 tahun


(2)

3. Pendidikan terakhir : a. Tidak sekolah b. SD dan sederajat c. SMP dan sederajat d. SMA dan sederajat

e. Akademi/Perguruan Tinggi f. Lainnya :……….

4. Pengeluaran per bulan termasuk PAM, listrik, telepon, belanja sehari-hari, tetapi tidak termasuk asuransi, pajak, cicilan, dan tabungan :

a. < Rp 750.000

b. Rp 750.000-Rp 1.500.000 c. Rp 1.500.000-Rp 3.000.000 d. Rp 3.000.000-Rp 6.000.000 e. > Rp 6.000.000

Silangilah yang menjadi pilihan Anda, pilihan boleh lebih dari satu 1. Kapan biasanya Anda melewati Jalan Jendral Sudirman :

a. Hari Sabtu b. Hari Minggu

c. Lainnya, sebutkan :………..

2. Dalam satu bulan, berapa kali Anda melewati jalan Jendral Sudirman : a. 1 kali c. 3 kali e. Jarang/tidak tentu

b. 2 kali d. 4 kali f. Lainnya, sebutkan……… 3. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk

kenyamanan sudah baik : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik


(3)

4. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk keamanan sudah baik :

a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik

5. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk keindahan sudah baik :

a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik

6. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk kebersihan sudah baik :

a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik

7. Setiap tanaman mempunyai kegunaan masing-masing, maka tanaman yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman adalah untuk :

a. Keindahan b. Pembatas c. Peneduh

d. Penghambat kebisingan

e. Untuk menutupi pemandangan yang tidak diinginkan f. Tidak perlu ditambah

8. Ukuran tinggi tanaman/pohon yang disukai : a. Tanaman/pohon rendah ukuran 5 - 10 m b. Tanaman/pohon tinggi ukuran >10m


(4)

9. Apakah Anda menyukai semak (tinggi 1-3 m) sebagai pelengkap Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman :

a. Sangat menyukai b. Cukup menyukai c. Kurang menyukai d. Tidak menyukai

10. Jika Anda menyukai tanaman semak, maka jenis semak yang Anda sukai adalah :

a. Tanaman jenis berbunga indah b. Tanaman sedikit berbunga

c. Tanaman tidak berbunga tetapi warna daun menarik d. Tanaman yang tidak berbunga dan berdaun hijau 11. Penggunaan tanaman semak yang disukai :

a. Dibiarkan seperti alami b. Dipangkas teratur dan rapi

c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi

12. Apakah Anda menyukai tanaman perdu (tinggi 1-3 m) sebagai pelengkap Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman :

a. Sangat menyukai b. Cukup menyukai c. Kurang menyukai d. Tidak menyukai

13. Jika Anda menyukai tanaman perdu, maka jenis perdu yang Anda sukai adalah :

a. Tanaman jenis berbunga indah b. Tanaman sedikit berbunga

c. Tanaman tidak berbunga tetapi warna daun menarik d. Tanaman yang tidak berbunga dan berdaun hijau 14. Penggunaan tanaman perdu yang disukai :


(5)

15. Apakah Anda menyukai tanaman herba sebagai pelengkap Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman :

a. Sangat menyukai b. Cukup menyukai c. Kurang menyukai d. Tidak menyukai

16. Jika Anda menyukai tanaman herba, maka jenis herba yang Anda sukai adalah :

a. Herba berbunga indah b. Herba sedikit berbunga

c. Herba tidak berbunga tetapi warna daun menarik d. Herba yang tidak berbunga dan berdaun hijau 17. Penggunaan tanaman yang Anda disukai :

a. Dibiarkan seperti alami b. Dipangkas teratur dan rapi

c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi

18. Apakah Anda menyukai tanaman rumput sebagai pelengkap Taman Kota : a. Sangat Menyukai

b. Cukup menyukai c. Kurang menyukai d. Tidak menyukai

19. Penggunaan tanaman rumput yang Anda disukai : a. Dibiarkan seperti alami

b. Dipangkas teratur dan rapi

c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi

20. Fasilitas apa saja yang perlu ditambah di Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman : a. tempat duduk d. Toilet g. Lainnya (sebutkan.) b. Halte e. Lampu Jalan


(6)

21. Apakah kondisi paving atau perkerasan di sepanjang Jalur Hijau Jendral Sudirman sudah baik dan memadai :

a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik

22. Apakah pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan telah dilakukan dengan baik?

a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik

23. Apa saran yang dapat Anda berikan demi kebaikan Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta di masa yang akan datang :

……… ……… ……… ………