50 membayar WTP yang lebih rendah. Dihipotesiskan bahwa semakin banyak
jumlah tanggungan maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan membayar WTP yang lebih rendah.
4.4.2 Estimasi Nilai WTP Pengguna Jalan untuk Menentukan Besarnya
Nilai ERP
Nilai WTP dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan CVM. Tahap-tahap yang dilakukan dalam CVM meliputi Hanley dan Spash, 1993:
1 Membuat Pasar Hipotetik
Dasar pembentukan pasar hipotetik dalam penelitian ini adalah kemacetan yang semakin parah dan peningkatan polusi udara di kota Jakarta. Dalam
upaya mengatasi kemacetan, inefsiensi energi dan mengurangi polusi di Jakarta diterapkan kebijakan Electronic Road Pricing ERP dibeberapa
ruas jalan protokol di Jakarta, maka diperlukan anggaran biaya yang cukup sarana untuk mengatur penggunaan kendaraan agar upaya mengatasi
kemacetan, inefsiensi energi dan mengurangi polusi di Jakarta dapat
dilakukan. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan salah satu
instrumen ekonomi yaitu pengenaan biaya secara langsung terhadap pengguna jalan road pricing untuk mencapai tujuan transportasi yang
berkelanjutan. Pasar hipotetik yang ditawarkan dibentuk dalam skenario
sebagai berikut:
Skenario Pasar Hipotetik
”Kemacetan di DKI Jakarta semakin sulit diatasi sehingga menimbulkan berbagai masalah yang erat kaitannya dengan sektor lingkungan, sosial, dan
ekonomi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memberlakukan suatu
51 kebijakan dalam hal manajemen transportasi darat untuk mengatasi
kemacetan, inefisensi energi, dan mengurangi polusi. Kebijakan tersebut berupa Electronic Road Pricing ERP, yaitu pengenaan biaya secara
langsung terhadap pengguna jalan karena melewati ruas jalan tertentu untuk mengendalikan laju penggunaan kendaraan pribadi sebagai penyebab
kemacetan lalu lintas, inefisiesi energi, dan peningkatan polusi di DKI Jakarta. Besarnya nilai ERP yang akan diberlakukan dapat dilihat dari
besarnya kemampuan untuk membayar WTP responden atas fasilitas jalan raya yang telah digunakan. WTP tersebut mencerminkan besarnya nilai ERP
yang harus dibayar oleh individu pengguna jalan yang sesuai untuk diberlakukan pada ruas jalan tertentu. Dalam prosesnya dibutuhkan peran
aktif dan partisipasi dari masyarakat sebagai pengguna jalan. Oleh karena itu diperlukan suatu instrumen ekonomi, yaitu road pricing untuk mencapai
tujuan transportasi berkelanjutan yang dapat mengurangi kemacetan dan menciptakan kualitas udara yang lebih baik di kota Jakarta
”. Responden dapat mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik mengenai
rencana penerapan ERP melalui skenario yang telah dibuat. Alat survei yang digunakan berupa kuisioner yang memberikan deskripsi kepada seluruh
responden tentang alasan mengapa ERP tersebut perlu diimplementasikan dan bagaimana mekanisme dari kebijakan tersebut.
2 Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Penawaran mengenai besarnya nilai WTP diperoleh melalui survei dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan nilai
penawaran adalah bidding game. Teknik ini diakukan dengan menanyakan
52 kepada responden apakah bersedia membayar sejumlah uang tertentu
dengan nilai titik awal starting point sebesar Rp 15.000. Nilai starting point tersebut diperoleh berdasarkan nilai rata-rata pengguna jalan untuk
membayar jockey 3 in 1. Jika responden bersedia membayar sebesar nilai starting point maka besarnya nilai yang ditawarkan dinaikkan sampai ke
tingkat maksimum yang bersedia dibayarkan oleh responden. Nilai maksimum tersebut menjadi nilai WTP responden.
3 Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP
WTP
i
dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan
keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan
WTP dibagi dengan rumus : EWTP =
n
i
WiPfi
1
dimana : EWTP = Dugaan rataan WTP
W
i
= Nilai WTP ke-i Pf
i
= Frekuensi Relatif n
= Jumlah responden i
= Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan
4 Memperkirakan Kurva WTP
Pendugaan kurva akan dilakukan dengan mengunakan persamaan sebagai
berikut : WTP = f KMU, TP, PB, PD, JT, JP, DM
dimana :
53 WTP
= Nilai WTP responden Rp KMU
= Keinginan untuk memperbaiki kualitas udara bernilai 1 jika “sangat ingin”, bernilai 2 jika “ingin”, bernilai 3 jika “tidak
ingin”, bernilai 4 jika “sama sekali tidak ingin” TP
= Tingkat pendidikan bernilai 1 jika “SLTA”, bernilai 2 jika
“D3S1”, bernilai 3 jika “S2S3” PB
= Rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar Rp PD
= Tingkat Pendapatan Rp JT
= Jumlah Tanggungan orang JP
= Jenis Pekerjaan bernilai 1 untuk pekerjaan yang harus menggunakan kendaraan, bernilai 0 untuk pekerjaan yang tidak
harus menggunakan kendaraan DR
= Durasi terkena kemacetan menit Kurva WTP dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan sejumlah
variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Perkiraan kurva WTP dapat juga diperkirakan dengan menggunakan jumlah kumulatif
dari jumlah responden yang menjawab suatu nilai WTP. Asumsinya adalah individu yang bersedia membayar suatu nilai WTP tertentu maka akan
bersedia pula membayar suatu nilai WTP yang lebih kecil. 5
Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran
dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat di duga nilai WTP dari pengguna jalan
dengan menggunakan rumus :
54
TWTP =
n i
N ni
WTPi
1
dimana : TWTP = Total WTP
WTP
i
= WTP individu sampel ke-i n
i
= Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP N
= Jumlah sampel P
= Jumlah populasi i
= Responden ke-i yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan
6 Mengevaluasi Penggunaan CVM
Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat
keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dilihat tingkat keandalan reability fungsi WTP.
4.4.3. Estimasi Jumlah Kendaraan dan Emisi yang Berkurang