4.2.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan
Indeks kedalaman kemiskinan atau poverty gap index P
1
merupakan kedalamanjurang kemiskinan. Ukuran ini menggambarkan dalamnya kemiskinan,
yakni ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin dari garis kemiskinan.
Poverty gap index berguna untuk mengetahui besarnya sumberdaya uang
yang dibutuhkan untuk mengentaskan kemiskinan dengan target sasaran yang sempurna. Semakin tinggi nilai indeks ini semakin besar rata-rata kesenjangan
pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin
semakin terpuruk. Sesungguhnya ukuran ini belum realistis karena belum mempertimbangkan
biaya operasional dan faktor penghambat. Selain itu, penghitungan indeks ini tidak mempertimbangkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Meskipun demikian, kedalaman kemiskinan dapat digunakan sebagai informasi bagi pemerintah terkait dengan anggaran yang akan dialokasikan untuk
mengentaskan kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan di Kawasan Barat Indonesia dalam periode
2005-2009 menunjukkan kecenderungan menurun. Pada tahun 2005 rata-rata indeks tersebut sebesar 2,67 turun menjadi 2,06 pada tahun 2009. Keadaan ini
mengindikasikan bahwa dalam periode 2005-2009 besarnya rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin mengecil. Jika
pada tahun 2005 jumlah cash transfer yang dibutuhkan untuk menanggulangi kemiskinan sebesar 267 persen dari garis kemiskinan, maka pada tahun 2009
menurun menjadi 206 persen dari garis kemiskinan. Sementara kondisi kedalaman kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia
cukup berfluktuasi. Tercatat bahwa indeks kedalaman kemiskinan pada tahun 2005 sebesar 3,99 kemudian meningkat menjadi 4,46 dan 4,37 pada tahun 2006
dan 2007. Tahun 2008 dan 2009 kondisinya cukup membaik dimana indeks kedalaman kemiskinan menurun menjadi 3,88 dan 3,43. Ini dapat diartikan bahwa
cash transfer yang dibutuhkan untuk menanggulangi kemiskinan di Kawasan
Timur Indonesia pada tahun 2008 sebesar 388 persen dari garis kemiskinan,
menurun menjadi 343 persen dari garis kemiskinan pada tahun 2009. Jika dibandingkan menurut kawasan, indeks kedalaman kemiskinan di
Kawasan Timur Indonesia lebih besar dari indeks kedalaman kemiskinan di Kawasan Barat Indonesia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jarak rata-rata
pengeluaran penduduk miskin di Kawasan Barat Indonesia dengan garis kemiskinan lebih dekat jika dibandingkan dengan jarak rata-rata pengeluaran
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia. Hal ini juga mengindikasikan bahwa besarnya sumberdaya yang dibutuhkan untuk
menanggulangi kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia lebih besar daripada Kawasan Barat Indonesia. Berikut disajikan perkembangan indeks kedalaman
kemiskinan periode 2005-2009. Tabel 4 Indeks kedalaman kemiskinan P
1
menurut provinsi, tahun 2005-2009
Provinsi 2005
2006 2007
2008 2009
Nanggroe Aceh Darussalam 5,83
5,28 5,41
4.92 3,88
Sumatera Utara 2,21
2,52 2,17
2.17 1,78
Sumatera Barat 1,92
2,04 1,84
1.60 1,52
Riau 1,53
1,43 2,18
1.63 1,57
Jambi 1,81
1,95 1,88
1.56 0,92
Sumatera Selatan 3,83
3,44 3,84
3.15 2,32
Bengkulu 4,04
4,06 4,03
3.74 3,26
Lampung 4,10
4,62 3,94
3.83 3,45
DKI Jakarta 0,78
0,75 0,59
0.72 0,54
Jawa Barat 1,97
2,28 2,26
2.17 2,09
Jawa Tengah 3,51
3,69 3,84
3.39 2,89
D.I. Yogyakarta 4,03
4,12 3,80
3.35 3,35
Jawa Timur 3,53
3,94 3,91
3.38 2,83
Bali 1,07
0,74 0,94
0.84 0,82
KBI 2,67
2,70 2,68
2,41 2,06
Nusa Tenggara Barat 4,45
4,30 5,13
4.49 3,72
Nusa Tenggara Timur 5,91
5,74 4,87
4.87 4,47
Kalimantan Barat 2,44
2,47 1,79
1.66 1,29
Kalimantan Tengah 1,77
1,68 1,68
1.47 0,94
Kalimantan Selatan 1,09
1,28 0,81
1.03 0,80
Kalimantan Timur 2,44
2,77 1,81
1.61 1,41
Sulawesi Utara 2,48
2,87 1,88
1.53 1,38
Sulawesi Tengah 4,18
4,54 4,46
4.33 3,57
Sulawesi Selatan 2,50
2,33 2,60
2.44 2,03
Sulawesi Tenggara 4,16
4,07 4,33
3.74 2,56
Maluku 5,87
7,51 6,38
5.89 6,84
Papua 9.99
12.07 10.84
10.89 9,89
KTI 3.99
4.46 4.37