Perbandingan efisiensi dan produktivitas antara Bprs kawasan barat dengan Bprs kawasan timur di Indonesia

(1)

PERBANDINGAN EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS ANTARA BPRS KAWASAN BARAT DENGAN BPRS KAWASAN TIMUR DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

OLEH : SUCI MAWARATI NIM 1112046100149

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Oktober 2016


(5)

i

ABSTRAK

Suci Mawarati. NIM 111046100149. PERBANDINGAN EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS ANTARA BPRS KAWASAN BARAT DENGAN BPRS KAWASAN TIMUR DI INDOENSIA. Dibimbing oleh Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MSc, Ph.D. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438H/2016.

Besarnya potensi pasar perbankan mikro membuat banyak bank dan lembaga keuangan untuk meraih keuntungan di segmen pembiayaan mikro dan kecil yang menjadi pangsa pasar bagi BPR, khususnya BPRS.Maka BPRS dituntut untuk efisien dan produktif agar mampu bertahan ditengah persaingan.

Skripsi ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi 5 BPRS kawasan Barat dan 5 BPRS kawasan Timur di Indonesia periode kuartal II Juni 2013 – kuartal II September 2015 dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi BPRS. Kemudian mengukur tingkat produktivitasnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan dilakukan tiga tahap. Pertama, mengukur efisiensi BPRS menggunkan metode non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) pada first stage, Kedua, menggunakan regresi model Tobit pada second stage, dan Ketiga, mengukur produktivitas menggunakan Malmquist Index.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa BPRS kawasan Barat lebih efisien dibandingkan dengan BPRS kawasan Timur.Sedangkan dalam hal produktivitas, BPRS kawasan Timur lebih produktif dibandingkan dengan BPRS kawasan Barat.

Kata Kunci: Efisiensi, Produktivitas, DEA, Model Tobit, Malmquist Index

Pembimbing : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MSc, Ph.D Daftar Pustaka : 2000 s/d 2016


(6)

ii

KATA PENGANTAR

ْ سِب

ِْم يِحَْرلْاِْنم حَْرلْاِْ هّْاِْم

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat dan karunia serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta pengikutnya di dalam kebaikan dan katakwaan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak A.MHasan Ali, M.A selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Abdurrauf, Lc, M.A selaku Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) yang selalu memberi dorongan dan semangat.

3. Bapak Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MSc, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I penulis yang telah menyediakan waktu untuk memberikan ilmu dan pengetahuan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak ajarkan mendapat balasan dari Allah SWT.

4. Ibu Yuke Rahmawati, M.A, selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis yang telah memberikan saran kepada penulis selama masa kuliah.


(7)

iii

5. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama dan Fakultas yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat terbantu dalam menyelesaikan skripsi.

6. Kepada seluruh dosen dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta yang telah mendidik dan membantu penulis selama masa perkuliahan. 7. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Suarno dan Ibunda Sulasri yang telah

memberikan segala doanya dengan tulus, yang selalu sabar, dan selalu berkorban demi anaknya, serta selalu memberikan nasihat dan masukan yang membuat adinda semangat dan dapat menyelesaikan studi ini. Tiada kata yang pantas selain ucapan doa, sungguh jasamu tiada tara dan tak akan pernah terbalaskan. Semoga Allah melimpahkan kasih sayang dan perlindungan kepada Ayah dan Ibu.I love you so much

8. Kepada adikku Rahayu Kumala Cahya yang suka jail dan mengganggu, yang selalu memberikan kritiknya dan memberikan dukungannya. Semoga sukses untukmu adikku dan semoga kita dapat membanggakan ayah dan ibu.

9. Keluarga besar Hj.Saringatin dan saudara-saudaraku yang lainnya, tempat berkumpul dan bercengkrama bersama dikala penat dan bosan, dan selalu memberikan motivasinya agar saya cepat lulus.

10.Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2012, khususnya untuk kelas PS D yang selalu menemani saat suka dan duka selama 4 tahun ini. Terima kasih atas perhatian dan kebaikan kalian semua terutama untuk Putri,Nadya, Fadla, Desti, Indri, yang selalu menemani hari-hari perkuliahanku. Kemudian untuk teman-teman satu bimbingan yang selalu strong dan bersama-sama jika sedang bimbingan Friska, Aisyah, Mucus.

11.Teman-teman KKN Reaktif. Maaf dan terimakasih telah menjadi teman hidup dan keluarga baru. Banyak sekali memori yang didapat dari sebulan bersama. Terimakasih


(8)

iv

12.Kepada guru-guru TPA An-Nazhofah, terimakasih atas kesempatan dan pengalamannya, teruntuk Bu Hindun, Bu Dahlia, Kak Ayi, Kak Faizah, Kak Nana, Lita, Lala, Ziah, terimakasih atas segala ilmu yang telah diajarkan kepada saya dalam mengajarkan anak-anak.

13.Kepada teman gila-gilaan bareng yang selalu setia menemani teruntuk Kak Dafi, Kak Pian, dan Ibu Napilah. Kalo sama mereka bawaannya hepi aja deh. 14.Seluruh pihak terkait yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan

namanya satu persatu.

Akhirnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian skripsi penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Jakarta, September 2016


(9)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAKSI………...i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI ………...v

DAFTAR TABEL……….…………..………...viii

DAFTAR GAMBAR ……….….…………...x

BAB I PENDAHULUAN ……….………...1

A. Latar Belakang Masalah ………...1

B. Identifikasi Masalah ………...10

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………....……....11

D.Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...13

E. Metode Penelitian ………...13

1. Jenis Penelitian ………...14

2. Sumber Data ………...15

3. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ………...15

4. Metode Pengumpulan Data ……….17

5. Metode Analisis Data ………...……...17

F. Sistematika Penulisan ………...18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….……….21


(10)

vi

1. Konsep Dasar Efisiensi dan Produktivitas ………...…..21

2. Pengukuran Efisiensi dan Produktivitas ……….………24

3. Efisiensi dan Produktivitas Dalam Perspektif Islam …………..…...25

4. Pengukuran Efisiensi Bank ……….…26

5. Penentuan Variabel Input dan Output ……….…27

6. Pengaruh Variabel Input Terhadap Variabel Output ………...29

C. Data Envelopment Analysis (DEA) ………...31

1. Constant Return to Scale (CRS) ……….………...34

2. Variable Return to Scale (VRS) ……….35

D. Two-Stage Data Envelopment Analysis ………...……….37

E. Malmquist Index Productivity ………39

F. Penelitian Terdahulu ………...………42

BAB III METODE PENELITIAN ………..……49

A. Definisi Variabel Operasional ………...………49

B. Jenis dan Sumber Data ………...52

C. Populasi dan Sampel ………..53

D. Metode Pengumpulan Data ………54

E. Model Penelitian ………...….55

F. Metode Analisis ………..56

1. Metode Non Parametrik DEA (first stage) ………….………56

2. Metode Model Tobit (second stage) ………...60

3. Metode Malmquist Index Productivity (MPI) ……….………....61

G. Hipotesis ………...…….62


(11)

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………..66

A. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ………...…..66

B. Hasil Perhitungan Tingkat Efisiensi BPRS Kuartal II Tahun 2013 - Kuartal III Tahun 2015 : First Stage …………..……….……67

1. Tingkat Efisiensi BPRS Kawasan Barat Kuartal II Tahun 2013 - Kuartal III Tahun 2015 ………67

2. Tingkat Efisiensi BPRS Kawasan Timur Kuartal II Tahun 2013 - Kuartal III Tahun 2015 ………71

3. Perbandingan Efisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal II Tahun 2013 - Kuartal III Tahun 2015 ………..………..75

C. Analisis Teknis Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal II Tahun 2013 - Kuartal III Tahun 2015 ……….78

D. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Efisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal II Tahun 2013 - Kuartal III Tahun 2015 Menggunakan Model Tobit: secon stage………...98

E. Analisis Produktivitas ………..104

1. Produktivitas BPRS Kawasan Barat Kuartal II Tahun 2013 - Kuartal III Tahun 2015 ………...…104

2. Produktivitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kawasan Timur Kuartal II Tahun 2013 - Kuartal III Tahun 2015 ………..110

3. Perbandingan Produktivitas BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal II Tahun 2013 - Kuartal III Tahun 2015 ………...115

BAB V PENUTUP ………..121

A. Kesimpulan ………..121

B. Saran ……….123

DAFTAR PUSTAKA ………...125


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Jumlah BPRS di Indonesia………...…..…3 Tabel 3.1 Variabel dan Simbol dengan Metode DEA dan Malmquist Index………..52 Tabel 3.2 Variabel dan Simbol dengan Model Tobit.………...53 Tabel 3.3 Nama Sampel BPRS ………..………...55 Tabel 4.1 Statistik Ringkasan Variabel Penelitian BPRS Kawasan Barat Kuartal II

Tahun 2013 – Kuartal III Tahun 2015 …...…...…....66 Tabel 4.2 Statistik Ringkasan Variabel Penelitian BPRS Kawasan Timur Kuartal II

Tahun 2013 – Kuartal III Tahun 2015..………...…...66 Tabel 4.3 Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal II

Tahun 2013 ………...…………....78 Tabel 4.4 Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal III

Tahun 2013 ……….………...80 Tabel 4.5 Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal IV

Tahun 2013 ……….………...………..……83 Tabel 4.6 Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal I

Tahun 2014……….………...………...…84 Tabel 4.7 Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal II

Tahun 2014 ………...……….………..…....86 Tabel 4.8 Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal III

Tahun 2014 ….………...………..………....88 Tabel 4.9 Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal IV

Tahun 2014 ………...……….……….90 Tabel 4.10 Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal I

Tahun 2015 ...………...92

Tabel 4.11 Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal II


(13)

ix

Tabel 4.12 Inefisiensi BPRS Kawasan Barat dan BPRS Kawasan Timur Kuartal III

Tahun 2015 ……...……….….……..96

Tabel 4.13 Hasil Analisis Model Tobit BPRS Kawasan Barat…………...….98

Tabel 4.14 Hasil Analisis Model Tobit BPRS Kawasan Timur …………...…...101


(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Ilustrasi Produktivitas ……….……….……...……….22

Gambar 2.2Ilustrasi Efisiensi ... 23

Gambar 2.3 Ilustrasi Efisiensi dan Produktivitas ………...…………24

Gambar 2.4 Input Oriented………...………….24

Gambar 2.5 Output Oriented………...…...24

Gambar 2.6 Efisiensi CRS dan VRS ………...…………..37

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran ………...………65

Gambar 4.1 Efisiensi 5 (Lima) BPRS Kawasan Barat Kuartal II 2013 – Kuartal III 2015………...………,………...…67

Gambar 4.2 Rata-Rata Efisiensi 5 (Lima) BPRS kawasan Barat Kuartal II 2013 Kuartal III 2015………...…...………...…...70

Gambar 4.3 Efisiensi 5 (Lima) Kawasan Barat Berdasarkan Kuartal……...………….71

Gambar 4.4 Efisiensi 5 (Lima) BPRS Kawasan Timur Kuartal II 2013 – Kuartal III 2015………..………...…71

Gambar 4.5 Rata-Rata Efisiensi 5 (Lima) BPRS kawasan Timur Kuartal II 2013 – Kuartal III 2015………...………...74

Gambar 4.6 Efisiensi 5 (Lima) Kawasan Timur Berdasarkan Kuartal…………...……75

Gambar 4.7 Rata-Rata Efisiensi 5 (Lima) BPRS kawasan Barat dan BPRS kawasan Timur Kuartal II 2013 – Kuartal III 2015………..…………..………...75


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sektor keuangan terutama industri perbankan berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian suatu negara. Peran strategis bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup rakyat.

Dalam pasal 5 undang-undang Nomor 7/1972, menurut jenisnya bank dapat dibedakan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat (termasuk BPR Syariah).Bank umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.BPR, yaitu bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang disamakan dengan itu.

Sedangkan dasar hukum dari bank pembiayaan rakyat syariah adalah mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No.11/23/PBI/2008 tanggal 1 Juli 2009 tentang Pembiayaan Rakyat Syariah. Tujuan utama yang hendak dicapai dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ini adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi Umat


(16)

Islam, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan, karena BPRS ini memang khusus melayani masyarakat pedesaan. 1

Berdirinya BPRS dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi Indonesia yang tengah mengalami restrukturisasi ekonomi.Selain itu, berdirinya BPRS itu dilatarbelakangi pula oleh adanya peluang bagi pengembangan Bank Islam dalam undang-undang perbankan, yang membolehkan menggunkan prinsip bagi hasil.2

Prospek perkembangan BPRS dan lembaga pembiayaan mikro (micro finance) di masa depan sangatlah luas, karena jumlah pelaku usaha kecil dan menengah sangat besar dari jumlah pelaku usaha kelas konglomerasi yang cenderung menjadi rebutan perbankan umum.

3

Bank Indonesia pernah melakukan survei mengenai jumlah orang yang mengakses perbankan dari sisi pinjaman. Artikel itu terdapat di KOMPAS edisi 20 Juli 2012 halaman 20 yang berjudul Hanya 19 Persen Rumah Tangga Berakses ke Bank. Ada 54,9% rumah tangga Indonesia yang belum memiliki utang di lembaga keuangan. Dari 25,1% rumah tangga yang memiliki akses pinjaman ke lembaga keuangan, hanya 19,58% yang memiliki akses ke perbankan. Sisanya mengakses

1Risa Safariyani, “

Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishna’ Pada BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang-Bogor” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2011), h.4-5.

2

H.A. Djazuli dan Yadi Janwari, LEMBAGA-LEMBAGA PEREKONOMIAN UMAT: Sebuah Pengenalan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.108.

3

Ali Suyanto Herli, Buku Pintar Pengelolaan BPR & Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro


(17)

lembaga keuangan non-perbankan.Itu berarti peluang bagi bank umum dan BPRS untuk tumbuh masih terbuka luas.

Jumlah seluruh BPRS di Indonesia yang terdaftar pada Bank Indonesia hingga Juni 2015 mencapai 161 unit BPRS dan telah memiliki 433 kantor. BPRS yang ada tersebar di Indonesia dengan jumlah yang tidak merata di setiap wilayahnya (Tabel 1).Penyebaran yang tidak merata tersebut dapat mengindikasikan perkembangan BPRS yang berbeda di masing-masing wilayah di Indonesia. Pada Tabel 1 terlihat bahwa perkembangan BPRS dari segi jumlahnya di Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan di beberapa pulau lain yang ada di Indonesia.

Tabel 1 Jumlah BPRS di Indonesia Periode Tahun 2009-2015 No Provinsi Periode

2009 2010 2011 2012 2013 2014 Juni 2015

1. Pulau Jawa 90 98 99 103 105 105 102

2. Pulau Sumatera 34 38 42 40 41 41 42

3. Pulau Sulawesi 7 7 7 7 8 8 8

4. Bali dan Nusa Tenggara

4 4 4 4 4 4 4

5. Pulau Kalimantan 2 2 2 2 3 3 3

6. Papua dan Maluku 1 1 1 2 2 2 2

Jumlah 138 150 155 158 163 163 161

Sumber : Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah 2015 (diolah)

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 1 menggambarkan perbedaan distribusi BPRS di masing-masing daerah di Indonesia.4Perbedaan tersebut dapat

4Ahmad Fauzi,”

Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode Tahun 2011-2013” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2014), h.1-2.


(18)

menjelaskan bahwa adanya tingkat kebutuhan akan lembaga keuangan yang berbeda di berbagai wilayah Indonesia. Jumlah unit usaha yang berbeda di berbagai daerah di Indonesia terutama unit usaha yang beroperasi dalam sektor riil, seperti UMKM, menjadi salah satu penyebab adanya perbedaan tingkat kinerja pada BPRS yang berada di daerah tersebut karena potensi pengembangan pembiayaan dan penghimpunan dana BPRS yang berbeda.

5

Dalam segi pembangunan perekonomian yang berdasarkan Garis-garis Besar

Haluan Negara (GBHN) 1993 , maka wilayah Indonesia dibagi menjadi 2 kawasan

pembangunan, yaitu :

Kawasan Barat Indonesia. Terdiri dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali. Kawasan Timur Indonesia. Terdiri dari Sulawesi, Maluku, Irian/Papua, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Dalam konteks ke-Indonesia-an, Kawasan Timur Indonesia (KTI) adalah sebuah kawasan yang relatif tertinggal.Kesenjangan pembangunan dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI) masih tampak cukup lebar dan cenderung permanen.Kinerja pembangunan dan pelayanan publik di KTI meskipun menunjukkan trend positif, namun belum mampu mendekatkan pada capaian pembangunan KBI.

6

Pada saat ini pemerintah telah menyadari adanya ketimpangan yang mencolok antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia, untuk itu

5

Wikipedia, Geografi Indonesia. Artikel diakses pada tanggal 19 Desember 2015 dari


(19)

dalam Perencanaan Pembangunan Nasional, Kawasan Timur Indonesia selalu mendapatkan perhatian dan prioritas. Namun demikian, hingga kini pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan kemampuan daerah di kawasan itu masih tertinggal dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia pada umumnya.Dengan luas wilayah KTI, dan ditambah melimpahnya kekayaan sumberdaya alam, maka sangat ironis sekali apabila KTI harus menghadapi ketertinggalan pembangunan dan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat bila dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia.

Ketertinggalan KTI dikontribusi oleh banyak faktor, diantaranya, terbatasnya infrastruktur dasar yang kemudian menghambat arus investasi, rendahnya kualitas sumberdaya manusia akibat buruknya aksesbilitas terhadap layanan pendidikan dan kesehatan, buruknya konektivitas wilayah yang memicu melambungnya biaya logistik, dan kurangnya pelayanan dasar untuk pemenuhan hak-hak dasar yang berimbas terhadap rendahnya kualitas hidup.7

Berkaitan dengan pengembangan UKM di Kawasan Timur Indonesia (KTI), secara umum memang belum berkembang dengan baik dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Kawasan Barat Indonesia (KBI).Namun tidak dapat dipungkiri,

6

Rosmeli dan Nurhayani, “Studi Komperatif Ketimpangan Wilayah Antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia” (Jurnal Manajemen Keuangan, Vol.3 No.1, 2014): h.457.

7

Junaidi Dahlan dan Sultan Suhab, PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA: Dalam Konteks Kekinian Indonesia (Makassar: Puslitbang Kebijakan dan Manajemen Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Hasanuddin, 2014): h.14.


(20)

geliat UMKM di KTI sudah terlihat mulai bangkit.Ini dapat dilihat dari mulai meningkatnya minat pembeli termasuk orang asing terhadap produk UMKM mereka.

Pembiayaan yang dibutuhkan UMKM ternyata memiliki share terhadap total pembiayaan UMKM yang berbeda di masing-masing daerah. Data net ekspansi kredit BI Desember 2013 menyatakan bahwa UMKM di pulau Jawa memiliki kebutuhan pembiayaan yang paling besar yaitu 53% dari total pembiayaan yang dibutuhkan. Di pulau Sumatera memiliki share sebesar 20%, selanjutnya Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua memiliki jumlah share 26% terhadap total pembiayaan yang dibutuhkan, dan share 1% telah dipenuhi oleh bank asing yang ada di Indonesia.

Potensi yang berbeda menjadi penggambaran dari distribusi BPRS yang tidak merata di Indonesia dan banyak tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Perbedaan tersebut mengasumsikan adanya pengaruh daerah operasional terhadap kinerja BPRS dalam mengelola input dan menghasilkan output berupa pembiayaan bagi UMKM atau unit usaha lainnya.8

Untuk menghadapi tantangan tersebut BPRS harus sudah mempersiapkan dan menerapkan program-program yang handal, diantaranya adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik dari segi kemampuan intelektual maupun dari sisi

8

Ahmad Fauzi ,”Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode Tahun 2011-2013” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2014), h. 4.


(21)

spiritual, meningkatakan pelayanan yang cepat dan akurat dengan sistem IT yang modern.

BPRS sebagai lembaga keuangan harus betul-betul menjaga kepercayaan.Untuk menjaga kepercayaan tersebut BPRS harus menjaga kesehatan perusahaannya.Tingkat kesehatan BPRS adalah kinerja dan kualitas BPRS dilihat dari faktor-faktor penting yang sangat berpengaruh bagi kelancaraan, keberlangsungan, keberhasilan usaha BPRS, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Selain itu di dalam berbisnis, masalah efisiensi dan produktivitas sangatlah penting.Produktivitas berkaitan dengan masalah produksi (manajemen produksi, fungsi produksi, dan hal lainnya yang berkaitan dengan produksi).Efisiensi berkaitan dengan masalah biaya.Biaya adalah pengeluaran yang timbul karena adanya eksploitasi faktor-faktor produksi.Dari sisi ini terlihat bahwa antara biaya dan produksi berhubungan secara fungsional, dan bersinergi dalam menghasilkan kinerja usaha.9

Agar dapat bersaing dalam industri perbankan khususnya pada pasar UMKM. BPRS dituntut untuk beroperasi se-efisien dan se-efektif mungkin. BPRS tidak hanya bersaing dengan sesama LKM saja, akan tetapi juga harus bersaing dengan bank-bank umum yang mulai mengincar pasar UMKM yang selama ini menjadi target pasar BPRS. Selain itu, BPRS mendapat pesaing baru sejak

9


(22)

disahkannya UU Koperasi yang memperkenalkan koperasi untuk menertibkan Surat Modal Koperasi (SMK) yang membuat persaingan di ranah mikro semakin ketat.

Persaingan di ranah mikro akan semakin ketat mengingat pada tahun 2013 Bank Indonesia telah mengeluarkan aturan tentang peningkatan akses layanan pemberian kredit atau pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) oleh bank umum sebesar 20% dari portofolio bank. Direktur Humas BI, Difi A. Johansyah menyatakan bahwa kompetisi untuk menyalurkan kredit akan meningkat dengan keluarnya aturan ini. Untuk itu diperlukan suatu BPRS yang sehat, kuat dan terpercaya dimana BPRS perlu meningkatkan kinerja perusahaannya agar dapat bersaing di segmentasi pasarnya.10

Menurut Berger dan Humprey (1992) - dalam Rafika Rahmawati11 bahwa dalam industry perbankan, untuk mengukur kinerja efisiensi, dikenal dua pendekatan yang secara umum sering digunakan, yaitu pendekatan tradisional (traditional approach) dan pendekatan frontier (frontier approach). Dalam mengukur tingkat efisiensi terdapat 2 pendekatan.Pertama, melalui pendekatan parametrik diantaranya Stochastic Frontier Approach (SFA), Thick Frontier Approach (TFA), dan Distribution Free Approach (DFA).Yang kedua, melalui pendekatan non parametrik diantarnya Data Envelopment Analysis (DEA) dan Free Disposable Hull.

10Syafaat Muhari, “

Tingkat Efisiensi BPRS Di Indonesia: Perbandingan Metode SFA Dengan DEA Dan Hubungannya Dengan CAMEL” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 3.

11Rafika Rahmawati, “

Efisiensi Pengelolaan Dana Bank Syariah Di Indonesia (Dengan Pendekatan Parametrik)” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.6.


(23)

Menurut hadad (2003) – dalam Ahmad Iqbal, analisis evaluasi efisiensi perbankan tepat bila menggunakan evaluasi parametrik atau non parametrik. Hal ini karena kemampuan kedua metode tersebut yaitu dapat memasukkan berbagai macam input dan output. Dengan demikian alat analisis efisiensi parametrik dan non parametrik lebih fleksibel dan dapat mencakup variabel yang lebih luas dibandingkan dengan alat analisis yang lain.12

Dalam perkembangan selanjutnya, selain menganalisis efisiensi dan produktivitas perbankan, penelitian-penelitian selanjutnya mengarah pada analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi perbankan.

Selama ini dari berbagai penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa BPRS belum maksimal mencapai tingkat efisiensi. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh 13Ahmad Fauzi (2014) menunjukkan bahwa tingkat efisiensi pada BPRS di Indonesia pada periode 2011 sampai 2013 masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan oleh rata-rata efisiensi yang belum mencapai 100%. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh 14Syafaat Muhari dan Muhammad Nadratuzzaman Hosen (2015) dalam jurnalnya yang berjudul Efficiency of the Islamic Rural Bank In

12

Ahmad Iqbal, “Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Dengan Bank Umum Konvensional (BUK) Di Indonesia Dengan Stovhastic Frontier Approach (SFA) (Periode 2006-2009)

(Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011), h.10-11. 13Ahmad Fauzi,”

Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode Tahun 2011-2013” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2014), h. 1-2.

14Syafaat Muhari, “

Tingkat Efisiensi BPRS Di Indonesia: Perbandingan Metode SFA Dengan DEA Dan Hubungannya Dengan CAMEL” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h.3.


(24)

Six Zones Of Indonesia Using Non Parametric and Parametric Method yang menunjukkan bahwa tingkat efisiensi BPRS di kawasan timur Indonesia memiliki tingkat efisiensi paling tinggi dibandingkan daerah yang lainnya dengan menggunakan metode SFA dan DEA. Kemudian pada penelitian 15Januar Hafidz, Sagita Rachmanira dan Tika Octia (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia yang menyatakan bahwa tingkat efisiensi bank umum relatif lebih baik daripada BPR. Hal ini semakin menunjukkan bahwa BPRS harus benar-benar bersikap rasional agar dapat terus bersaing di tengah ketatnya persaingan antar bank yang lain. Untuk itu permasalahan efisiensi sangatlah penting untuk diteliti agar bank syariah semakin optimal dalam mencapai tingkat efisiensinya.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini mengambil judul Perbandingan Efisiensi Dan Produktivitas Antara BPRS Kawasan Barat Dengan BPRS Kawasan Timur Di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

BPRS sebagai salah satu lembaga keuangan yang berkembang pesat di Indonesia dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Salah satu cara mengukur kinerja BPRS adalah efisiensi dan produktivitas yang dapat dilihat dari penggunaan

15Januar Hafidz, Sagita Rachmanira dan Tika Octia, “

Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPRS di Pasar Keredit Mikro di Indonesia” (Working Paper, Peneliti Ekonomi, Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Desember 2013): h. 40-41


(25)

input dan output yang digunakan untuk operasional bank. Selanjutnya nilai-nilai efisiensi dari BPRS ini dianalisis untuk mengetahui kondisi kinerja BPRS di lokasi penelitian. Semakin efisien dan produktif suatu bank maka kinerjanya semakin baik, sebaliknya bank yang mempunyai tingkat efisiensi dan produktivitas yang rendah pada input dan outputnya, kinerjanya semakin menurun. Oleh karena itu, perlu penulis identifikasi permasalahan yang terkait dengan pembahasan pada penelitian ini.

Permasalahan yang dapat penulis identifikasi masalah : 1. Persebaran BPRS yang tidak merata disetiap wilayah.

2. Terjadinya ketimpangan antara wilayah Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia yang berdampak pada ketimpangan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

3. Tingkat Persaingan yang ketat antar bank khususnya untuk BPRS.

4. Kemampuan manajemen dan teknis perbankan yang belum memadai dan kurang keahlian mengelola bank sedangkan persaingan semakin ketat.

5. Kurangnya regulasi pemerintah terkait dengan BPRS di Indonesia.

6. Perlunya penilaian tingkat kesehatan bank dalam upaya mempertahankan loyalitas para nasabah dan untuk menjaga kelangsungan usahanya.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan agar masalah dapat dijawab dan dikaji secara mendalam serta dapat terfokus pada masalah yang


(26)

akan diteliti maka dari berbagai masalah yang ada perlu dibatasi. Penulis memberikan batasan-batasan penelitan, pertama, penulis membatasi penelitian ini pada Perbandingan Efisiensi Dan Produktivitas BPRS Kawasan Barat Dengan BPRS Kawasan Timur Di Indonesia. Penelitian ini akan mengukur tingkat efisiensi dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dan model Tobit, kemudian juga mengukur tingkat produktivitas dengan menggunakan Malmquist Index Productivity (MPI). Kedua, penelitian ini hanya dilakukan pada BPRS kawasan Barat dengan BPRS kawasan Timur di Indonesia.Ketiga, penelitian hanya dilakukan pada kuartal II - Juni 2013 sampai dengan kuartal III - Sepetember 2015.

Untuk mempermudah pembahasan, maka penulis membuat perumusan masalah, yakni :

1. Berapakah tingkat efisiensi dan produktivitas BPRS kawasan Barat dan BPRS kawasan Timur di Indonesia periode Juni 2013 – September 2015 ? 2. Apakah terdapat perbedaan pada nilai efisiensi dan produktivitas antara

BPRS kawasan Barat dan BPRS kawasan Timur di Indonesia periode Juni 2013 – September 2015 ?

3. Komponen-komponen input dan output apa yang memiliki pengaruh terbesar terhadap tingkat efisiensi biaya BPRS kawasan Barat dan BPRS kawasan Timur di Indonesia periode Juni 2013 – September 2015 ?


(27)

4. Bagaimana pengaruh Aset, ROE, FDR dan NPF terhadap efisiensi BPRS kawasan Barat dan BPRS kawasan Timur di Indonesia periode Juni 2013 – September 2015 ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan produktivitas BPRS kawasan

Barat dan BPRS kawasan Timur di Indonesia selama periode Juni 2013 – September 2015.

2) Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada nilai efisiensi dan produktivitas antaraBPRS kawasan Barat dan BPRS kawasan Timur di Indonesia selama periode Juni 2013 – September 2015 3) Untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang

mempunyai pengaruh terbesar terhadap tingkat efisiensi biaya pada BPRS kawasan Barat dan BPRS kawasan Timur di Indonesia.

4) Untuk mengetahui pengaruh Aset, ROE, FDR dan NPF terhadap efisiensi BPRS kawasan Barat dan BPRS kawasan Timur di Indonesia selama periode Juni 2013 – September 2015

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagi Penulis


(28)

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialissasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.

2) Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan mengenai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah(BPRS) bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

3) Bagi BPRS

Dapat digunakan sebagai salah satu sarana menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang.

4) Bagi Pemerintah

Dalam hal ini Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, penilaian efisiensi dan produktivitas pada BPRS dapat digunakan untuk menetapkan dan menerapkan strategi pengawasan yang tepat bagi BPRS yang bersangkutan.

5) Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menginvestasikan dana di BPRS. Karena dengan mengetahui efisiensi BPRS, masyarakat akan merasa lebih tenang atau aman menempatkan dananya di BPRS.


(29)

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.Penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.Pada dasarnya penelitian kuantitatif dilaksanakan pada penelitian inferensia (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.16 Fokus penelitian kuantitatif didefinisikan sebagai proses kerja yang berlangsung secara ringkas, terbatas, dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka.

2. Sumber Data

Berdasarkan sumbernya, penelitian ini menggunakan data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lain yang berkaitan dengan materi pada masalah penelitian ini. Dan dalam penelitian ini, data sekunder yang diperoleh berupa informasi Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK),dan data pada Laporan Keuangan Triwulan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang menjadi objek penelitian.

3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

16

I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006), h.140.


(30)

a. Populasi adalah semua individu atau unit-unit yang menjadi target penelitian. Populasi harus memiliki batasan dan karakteristik sesuai tujuan penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah BPRS kawasan Barat dan BPRS kawasan Timur di Indonesia pada periode Juni 2013 - September 2015.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih mengikuti prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.Sampel untuk penelitian ini diambil dari populasi BPRS kawasan Barat dan BPRS kawasan Timur di Indonesia yang beroperasi pada periode Juni 2013 - September 2015.

c. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.Metode purposive sampling menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2011: 47) - dalam Gita Listya Jianti yaitu pengambilan sampel berdasarkan keperluan penelitian.Artinya, setiap unit atau individu yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu.17

Metode purposive sampling dalam penelitian ini menggunakan kriteria-kriteria tertentu yang digunakan dalam pengumpulan

17Gita Listya Jianti, ”

Efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”


(31)

sampel.Adapun kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu :

1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi di Indonesia selama periode 2013 - 2015.

2. Menyajikan laporan keuangan yang lengkap pada periode Juni 2013 - September 2015.

3. 5 (Lima) BPRS kawasan Timur di Indonesia yang menyajikan laporan keuangan lengkap pada periode Juni 2013 - September 2015.

4. 5 (Lima) BPRS kawasan Barat di Indonesia yang menyajikan laporan keuangan lengkap pada periode Juni 2013 - September 2015 dan memiliki asset yang tidak jauh berbeda dengan 5 (Lima) BPRS kawasan Timur di Indonesia.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode ini mencakup penghimpunan informasi dan data, melalui metode studi pustaka dan eksplorasi literatur-literatur serta laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia,Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat Statistik, laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang bersangkutan, serta dari sumber lainnya baik berupa media cetak, media elektronik, dan media lainnya.


(32)

5. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua langkah dalam menganalisis efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode Kuartal II – Juni 2013 sampai dengan Kuartal III – September 2015. Pertama, menggunakan DEA untuk mengukur kinerja efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Kedua, nilai/skor efisiensi diregresi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi menggunakan model Tobit. Selanjutnya untuk mengukur produktivitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menggunakan Malmquist Index Producticity (MPI).

18

Pastor (2002) – dalam Endri, mencatat keunggulan menggunakan prosedur two-stage DEA: (i) mudah diimplementasikan, (ii) kemungkinan mempertimbangkan banyak variabel lingkungan secara simultan, tanpa meningkatkan jumlah unit efisien, (iii) tidak diperlukan untuk mengetahui orientasi pengaruh dari setiap variabel lingkungan, (iv) dimungkinkan menggunakan beberapa (atau keseluruhan) variabel lingkungan bersama untuk menjadi bagian dari individual.

18 Endri, “

Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi Two-Stage Data Envelopment Analysis” (Skripsi S1, STEI Tazkia, Bogor, 2011), h. 14.


(33)

F. Sistematika Penulisan

Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab. Pada setiap babnya terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tinjauan pustaka terhadap hal-hal yang akan dibahas, yang berisikan efisiensi dan produktivitas bank, seputar metode DEA , model Tobit dan metode Malmquist Productivity Index,serta penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang variabel dan definisi variabel operasional, sumber-sumber data, metode pengumpulan data dan teknik analisisnya, hipotesisserta kerangka pemikiran, untuk menjawab permasalahan yang ada dengan menggunakan metode yang sesuai.


(34)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran objek penelitian, hasil penelitian mengenai tingkat efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah kawasan Barat dan kawasan Timur, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi, dan mengenai tingkat produktivitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah kawasan Barat dan kawasan Timur. Kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan kesimpulan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan - kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti yang ditujukan kepada para pihak terkait dan berkepentingan dengan tema yang diteliti.


(35)

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efisiensi dan Produktivitas

1. Konsep Dasar Efisiensi dan Produktivitas1

Kinerja ekonomi suatu perusahaan dicerminkan dari tingkat efisiensi dan produktivitas, yaiturasio antara output terhadap input. Semakin besar rasio output terhadap input mengindikasikansemakin tinggi kinerja perusahaan tersebut. Jika dalam proses produksi melibatkan input lebihdari satu, diperlukan metode untuk mengagregatkan input ke dalam suatu indeks agar rasioproduktivitas dapat dihitung. Hal yang sama juga perlu dilakukan jika perusahaan menghasilkanmultiple output. Pengukuran kinerja ini merupakan pengukuran relatif, dimana kinerja saat inidibandingkan periode sebelumnya atau dibandingkan kompetitor lainnya.

Terdapat beberapa istilah dalam lingkup produktivitas dan efisiensi yang perlu diperjelas Berikut ini; pertama adalah produktivitas. Produktivitas merupakan Rasio antara output yangdihasilkan terhadap input yang digunakan. Produktivitas ini tercermin dalam slope pada suatutitik (kasus 1 output (y) dan 1 input (x)).Seperti terlihat di Grafik

1

Ndari Surjaningsih, “Dinamika Total Factor Productivity Industry Besar dan Sedang di Indonesia” (Jurnal Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Januari 2014): h.280-281.


(36)

1.perusahaan B memilikiproduktivitas lebih tinggi dibandingkan perusahaan A.

Grafik 2.1 Ilustrasi Produktivitas

Kedua adalah kurva produksi (production frontier) OF’ di Grafik 2.2 menunjukkan jumlahoutput maksimum yang dapat dihasilkan di setiap level input atau dengan kata lain kurvaproduksi ini mencerminkan tingkat penggunaan teknologi di perusahaan tersebut.

Ketiga adalah terminologi efisiensi yang merupakan perbandingan jumlah output suatuperusahaan terhadap output maksimum yang dapat dihasilkan perusahaan sejenisnya di levelinput yang sama, atau

sebaliknya. Perusahaan disebut efisien jika perusahaan tersebut

beroperasitepat di garis kurva produksi (frontier), yaitu di titik B dan C. Sebaliknya, disebut tidak efisienjika perusahaan beroperasi di bawah frontier-nya, yaitu di titik A. Pada titik A perusahaan masihdapat


(37)

meningkatkan efisiensinya ke titik B tanpa menambah penggunaan input. Pada Grafik2.2 terlihat efisiensi perusahaan A sebesar AA’/BA’.

Grafik 2.2 Ilustrasi Efisiensi

Untuk memahami perbedaan antara efisiensi dan produktivitas dapat menggunakanilustrasi Grafik 2.3. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ukuran produktivitas dapatdilihat dari slope garis lurus dari sumbu nol. Berdasarkan Grafik 2.3, perusahaan A dan B memilikiproduktivitas yang sama, namun nilai efisiensi perusahaan A lebih rendah dibandingkanperusahaan B. Sementara itu, perusahaan B dan C memiliki efisiensi yang sama, namun nilaiproduktivitas C lebih besar dibandingkan perusahaan B. Dengan demikian, perusahaan yangmemiliki produktivitas yang sama belum tentu memiliki efisiensi yang sama, serta perusahaanyang memiliki efisiensi yang sama belum tentu memiliki produktivitas yang sama.


(38)

Grafik 2.3 Ilustasi Efisiensi dan Produktivitas

2. Pengukuran Efisiensi dan Produktivitas

Kita memiliki tiga pilihan dalam mengukur efisiensi; input oriented, output oriented, dan distance function. Pada pilihan pertama, kita menetapkan suatu target output berusahamemilih input seminimal mungkin. Dengan demikian, variabel yang sangat diperhatikan adalahpenggunaan input. Pada sisi lain, pendekatan output oriented menargetkan sejumlah inputtertentu kemudian berusaha memaksimalkan output. Kedua pendekatan ini diilustrasikan berikut.


(39)

3. Efisiensi dan Produktivitas Dalam Perspektif Islam

Dalam Islam, pengelolaan dana juga mengharuskan pengelolaan dana yang optimal, sehingga tidak ada dana yang terbuang sia-sia. Dalam al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 26 dan 27 Allah melarang orang-orang yang berlaku hidup boros.

Dan berilah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya kepada orang miskin dan orang yang ada diperjalanan dan janganlah kamu mengkambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Q.S. Al-Isra’: 26)

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra’: 27)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah sangat melarang keras berlaku boros, karena boros itu tidak akan ada manfaatnya. Apabila dalam hidup sudah merasa tercukupi, alangkah baiknya sebagian harta yang kita miliki disedekahkan kepada fakir miskin dan orang yang dalam perjalanan.

Efisiensi dalam Islam memang sangat dianjurkan, apabila diterapkan di bank ataupun perusahaan akan memberikan manfaat atau nilai tambah secara langsung maupun tidak langsung. Efisiensi juga merupakan tolak


(40)

ukur kinerja perbankan dalam mencapai output yang besar dengan cara memanfaatkan input secara optimal yang sesuai kebutuhan.2

Islam sebagai pedoman hidup yang turun dari Sang Pencipta manusia, sangat menghargai bahkan amat mendorong produktivitas.Dalam al-Qur’an suratAt-Taubah ayat 105 Allah memrintahkan kepada kita untuk bersikap produktif.

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Ayat diatas menjelaskan, katakanlahkepada manusia, wahai Rasulullah, "Bekerjalah kalian dan jangan segan-segan melakukan perbuatan baik dan melaksanakan kewajiban. Sesungguhnya Allah mengetahui segala pekerjaan kalian, dan Rasulullah serta orang-orang Mukmin akan melihatnya. Mereka akan menimbangnya dengan timbangan keimanan dan bersaksi dengan perbuatan-perbuatan itu.

2Kholilah, “

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis/DEA: Studi kasus pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah periode 2010 s/d 2013” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2015), h. 39-40.


(41)

Kemudian setelah mati, kalian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui lahir dan batin kalian, lalu mengganjar dengan perbuatan-perbuatan kalian setelah Dia memberitahu kalian segala hal yang kecil dan besar dari perbuatan kalian itu.

4. Pengukuran Efisiensi Bank

Konsep efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel (1957) yang merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan oleh Debreu (1951) dan Koopmans (1951). Konsep pengukuran efisiensi Farrel dapat memperhitungkan input majemuk (lebih dari 1 input). Farrel menyatakan bahwa efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi teknis (technicalefficiency) dan efisiensi alokatif (allocative efficiency). Efisiensi teknis menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mencapai output semaksimal mungkin dari sejumlah input. Sedangkan efisiensi alokatif menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dengan proporsi seoptimal mungkin pada tingkat harga input tertentu. Kedua komponen ini kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan ukuran efisiensi total atau efisiensi ekonomis (economic efficiency).3

3 Zaenal Abidin dan Endri, “

Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)” (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol.11, no.1. Mei 2009): h. 22.


(42)

5. Penentuan Variabel Input-Output4

Menurut Muliaman D. Hadad, Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. (2003) dalam Ratna Palamani (2014), terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan dalam metode parametrik dan non-parametrik untuk mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan, yaitu :

a. Pendekatan Aset (Asset Approach)

Produksi asset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans).Pendekatan ini, output benar-benar didefinisikan ke dalam bentuk asset.

b. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit account), kemudian output didefinisikan sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainnya. c. Pendekatan intermediasi (Intermediation Approach)

Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator, yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari surplus unit kepada deficit unit. Input-input lembaga keuangan tersebut meliputi: biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga

4Ratna Palamani, “

Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Dengan Pendekatan Parametrik dan Non Parametrik Di Indonesia” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 23-24.


(43)

pada deposito, kemudian output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi keuangan (financial investment). Pendekatan ini melihat fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans).

5

Konsekuensi adanya tiga pendekatan dalam mengukur efisiensi bank adalah perbedaan dalam menentukan input dan output. Yang paling menonjol dalam hal penentuan input dan output antara pendekatan produksi dan pendekatan intermediasi adalah dalam memperlakukan simpanan. Dalam pendekatan produksi, simpanan diperlakukan sebagai output, karena simpanan merupakan jasa yang dihasilkan (diproduksi) melalui kegiatan bank. Sedangkan dalam pendekatan intermediasi simpanan ditempatkan sebagai input, karena simpanan yang dihimpun bank akan mentransformasikannya ke dalam berbagai bentuk asset yang menghasilkan, terutama pinjaman yang diberikan.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan intermediasi. Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan fungsi vital bank sebagai financial intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkannya kepada deficit unit. Pertimbangan lainnya adalah karakteristik dan sifat dasar

5

Harjum Muharram dan Rizki Purvitasari, , “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesiadengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode Tahun 2005)” (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.II, No.3, Desember 2007): h.88-89.


(44)

bank yang melakukan transformasi asset yang berkualitas (qualitiveassetstransformer) dari simpanan yang dihimpun menjadi kredit yang disalurkan kemasyarakat.

6. Pengaruh Variabel Input Terhadap Variabel Output

a. Pengaruh Total Aset terhadap Pembiayaan dan Pendapatan Operasional

Menurut Purwanto et al (2011), terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel asset dengan variabel jumlah kredit (pembiayaan). Dengan tingginya nilai asset bank akan semakin mampu memperbaiki struktur modal yang cukup untuk menjamin risiko dari penempatan asset-aset produktif, salah satunya pemberian kredit/pembiayaan. Dari pemberian pembiayaan itu, akan menghasilkan pendapatan dari kegiatan investasi tersebut.6

Dari penjelasan tersebut bahwa total aset mempunyai pengaruh positif terhadap total pembiayaan dan pendapatan operasional.

b. Pengaruh Total DPK terhadapPembiayaan dan Pendapatan Operasional

Menurut Rivai (2007) DPK merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembiayaan.Semakin besar DPK yang berhasil

6 Agustina Kurniawanti, “

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah DiIndonesia” (Seminar Nasional dan Call For Paper Program Studi Akuntansi FEB, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014): h. 153-154.


(45)

dihimpun, maka semakin besar pula pembiayaan yang disalurkan. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan fokus utama kegiatan BPRS. Oleh karena itu, untuk dapat menyalurkan dana secara optimal, BPRS harus memiliki kemampuan dalam menghimpun dana pihak ketiga. Karena DPK ini merupakan sumber utama pembiayaan BPRS.

Kemudian dengan bertambahnya jumlah pembiayaan akan diikuti dengan bertambahnya pendapatan dari penyaluran dan, sehingga pendapatan operasional akan meningkat. Jadi, semakin besar jumlah simpanan akan meningkatkan jumlah pembiayaan dan pendapatan operasional.

Dari penjelasan tersebut bahwa dana pihak ketiga mempunyai pengaruh positif terhadap total pembiayaan dan pendapatan operasional.

c. Pengaruh Biaya Tenaga Kerja terhadap Pembiayaan dan Pendapatan Operasional

Biaya tenaga kerja mempunyai hubungan negatif terhadap total pembiayaan. Semakin tinggi biaya tenaga kerja, akan berakibat pada turunnya kemampuan bank dalam menghasilkan produk pembiayaan ke masyarakat. Selain itu, dengan bertambahnya biaya yang ditanggung suatu bank maka akan mengurangi jumlah pendapatan operasional bank tersebut.


(46)

Dari penjelasan tersebut bahwa biaya tenaga kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap total pembiayaan dan pendapatan operasional.

B. Data Envelopment Analysis (DEA)

DEA adalah suatu teknik pemrogramanan matematika (mathematical program-ming) untuk mengukur tingkat efisiensi dari Unit Pembuat Keputusan (UPK) atau Decision Making Unit (DMU) relatif terhadap UPK yang sejenis ketika semua unit-unit ini berada pada atau dibawah “kurva efisiensi frontiernya”.7

Secara sederhana, pengukuran ini dinyatakan dengan rasio: output/input, yang merupakan suatu pengukuran efisiensi atau produktivitas.

8

Havrylchyk (2006) - dalam Handria Mayosa (2014) DEA memungkinkan kita untuk menghitung keseluruhan biaya (cost), efisiensi teknis (technical efficiency), efesiensi alokatif (allocative efficiency), pure technical efficiency, dan efisiensi skala (scale efficiency).Technical Efficiency (TE) mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan output maksimum pada tingkat level tertentu dari input, atau kemampuan untuk menggunakan minimum input untuk menghasilkan tingkat output tertentu.

7

Rahmat Hidayat, EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik (Jakarta: Gramata Publishing, 2014), h. 72.

8Handria Mayosa, “

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat Dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 19-20.


(47)

Allocative Efficiency (AE) mengacu pada kemampuan menggunakan kombinasi input yang optimal pada tingkat harga tertentu untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Pengukuran keseluruhan biaya efisiensi (cost efficiency) adalah kombinasi dari efisiensi teknik dan efisiensi alokatif.

Kelebihan dan Kelemahan DEA9

Setiap metodologi tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan dari penggunaan metodologi DEA diantaranya adalah :

DEA mampu menangani pengukuran efisiensi secara relatif bagi beberapa Decision Making Unit (DMU) sejenis dengan menggunakan banyak input dan output.

Metode ini tidak memerlukan asumsi bentuk fungsi hubungan antara variabel input dan output sebagaimana diterapkan pada regresi biasa. Dalam DEA, DMU-DMU tersebut dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.

Faktor input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda, sebagai contoh, misalnya output 1 (X1) dapat berupa jumlah jiwa yang diselamatkan sedangkan output 2 (X2) jumlah pendapatan

9

Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta: Gramata Publishing, 2013), h. 326.


(48)

yang diterima dalam satuan rupiah, tanpa perlu melakukan perubahan satuan dari kedua variabel tersebut.

Disamping beberapa kelebihannya, metode DEA juga tidak terlepas dari beberapa kelemahan, diantaranya adalah :

Karena DEA merupakan sebuah extreme point technique, maka kesalahan-kesalahan pengukuran dapat mengakibatkan masalah yang signifikan.

DEA hanya mengukur efisiensi relative dari DMU dan tidak mengukur efisiensi absolute. Atau dengan kata lain, DEA hanya menunjukkan perbandingan penilaian baik dan buruk suatu DMU dibandingkan dengan sekumpulan DMU lainnya yang sejenis.

Dikarenakan DEA adalah teknik parametrik, maka uji hipotesis secara sistemik akan sulit dilakukan.

Menggunakan perumusan linier programming terpisah untuk setiap DMU, maka perhitungan secara manual membutuhkan waktu apalagi untuk masalah dalam skala besar. Akan tetapi, kelemahan dari masalah ini sudah dapat teratsai dengan adanya software frontier analyst.

10

Frontier analysis menggunakan dua pendekatan model yang umum digunakan, yaitu model Charnes, Chooper dan Roodes (CCR) yang dikembangkan pada tahun 1978 dan model Banker, Charnes dan Chooper

10


(49)

(BCC) pada tahun 1984. Model CCR (rasio) merupakan model yang digunakan secara luas dalam model DEA.

1) Constant Return to Scale (CRS)

Model ini dikembangkan oleh Charnes, Chooper dan Roodes (Model CCR) pada tahun 1978. Model DEA dengan ancangan CRS mengasumsikan bahwa proses produksi mengikuti CRS, yang artinya setiap peningkatan input secara proporsional dengan presentase tertentu akan meningkatkan output dengan persentase yang sama. Asumsi ini hanya berlaku jika setiap unit bisnis yang diobservasi telah berproduksi pada kapasitas maksimalnya (optimum scale).Efisiensi dengan asumsi CRS ini menghasilkan efisiensi overall technical. Untuk mendapatkan skor efisiensi bagi perusahaan i (θ), yang memiliki satu input x dan satu output y, diperoleh dengan memecahkan sistem persamaan linier sebagai berikut :

Minθƛθ

St -yt+ > 0

Θxt–< 0

ƛ> 0 Keterangan :

Y = y1 + y2 + . . . + yn X = x1 + x2 + . . . + xn

n = jumlah unit bisnis yang diobesrvasi x1 = input x untuk unit bisnis 1

y1 = output y untuk unit bisnis 1 ƛ = vector dari konstan


(50)

2) Variabel Return to Scale (VRS)

Model kedua ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (Model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan model pengembangan dari model sebelumnya, yaitu CCR.Dalam kondisi nyata, seringkali persaingan dan kendala-kendala keuangan dapat menyebabkan suatu unit bisnis tidak beroperasi pada skala optimalnya.Padahal asumsi CRS berlaku jika unit bisnis yang diobservasi beroperasi pada skala optimal. Dengan tujuan inilah,Banker, dan Cooper (1984) memperkenalkan model DEA VRS.

Efisiensi Teknis (TE) yang dihitung dengan model VRS ini disebut sebagai efisiensi Teknis Murni (Pure Technical Efficiency (PTE), yang selanjutnya disebut efisiensi teknis.Dengan melakukan estimasi frontier menggunakan model CRS dan VRS, maka dapat dilakukan dekomposisi Efisiensi Teknis Keseluruhan (Overall Technicall Efficiency (OTE) menjadi Efisiensi Teknis Murni (Pure Technical Efficiency (PTE) dan Efisiensi Skala (Scale Efficiency (SE). maka perhitungan secara matematisnya adalah :

OTE = PTE x SE

Skor efisiensi DEA dengan ancangan VRS diperoleh dengan mencari solusi sistem persamaan berikut ini, yang sebenarnya serupa dengan persamaan pada model CRS, namun dengan menggunakan kendala konveksitas N1’ƛ =1, sehingga :


(51)

Minθƛθ

St -yt+ > 0

Θxt–< 0 NI’ƛ> 1

ƛ> 0 Keterangan :

Y = y1 + y2 + . . . + yn X = x1 + x2 + . . . + xn

n = jumlah unit bisnis yang diobesrvasi x1 = input x untuk unit bisnis 1

y1 = output y untuk unit bisnis 1 NI’ƛ = N X 1 vector 1

Selain dua model yang telah diperkenalkan diatas, beberapa studi telah membuat dekomposisi skor technical efficiency (TE) dari CRS menjadi dua komponen, yaitu :

1. Mengacu pada skala efisiensi

2. Mengacu pada Pure Technical Efficiency

Perolehan ini dapat dilakukan dengan menghitung CRS dan VRS terhadap suatu data yang sama, jika terdapat selisih diantara kedua skor TE dari setiap DMU, hal tersebut mengindikasikan bahwa DMU memiliki skala efisiensi dan bahwa skala efisiensi dapat dihitung dari selisih antara skor TE VRS dan skor TE CRS. Perbedaan antara CRS, VRS dan skala efisiensi dapat diilustrasikan pada gambar dibawah ini.


(52)

Gambar 2.6 Efisiensi CRS dan VRS

Garis tengah lurus adalah CRS, yakni menggambarkan kinerja perusahaan/ unit bisnis/ DMU yang bekerja pada skala optimal.Sedangkan garis melengkung adalah garis VRS yang menjelaskan tentang efisiensi teknis DMU yang bekerja pada skala yang berbeda antara satu DMU dengan DMU lainnya.Titik D dan E menunjukkan DMU yang sudah efisien secara teknis, namun belum bekerja pada skala optimal. Untuk itu, perusahaan pada titik D dan E harus meningkatkan skalanya hingga mencapai titik F dan akan semakin baik bila mencapai titik B, yakni efisiensi secara overall technical.

C. Two-Stage Data Envelopment Analysis

Two-Stage Data Envelopment Analysis merupakan metode untuk mengukur tingkat efisiensi suatu UKE (first stage) dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi suatu perusahaan atau UKE (second stage).Metode ini merupakan pengembangan dari pengukuran tingkat efisiensi melalui metode non-parametrik Data Envelopment Analysis untuk mengetahui


(53)

variabel-variabel lingkungan dalam mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat efisiensi.

Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi UKE digunakan model tobit yang dikembangkan oleh james tobin pada tahun 1958. Perhitungan Tobit dikemukakan oleh James Tobin pada 1958 ketika ia menganalisa pengeluaran para rumah tangga di Amerika Serikat untuk membeli mobil. Pengeluaran untuk mobil di beberapa rumah tangga menjadi nol (karena rumah tangga tersebut tidak membeli mobil), dan hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil analisa regresi.Ia menemukan bahwa jika tetap menggunakan OLS, perhitungan parameter akan cenderung mendekati nol juga dan menjadi tidak signifikan, atau jika menjadi signifikan, nilainya mengalami bias (terlalu tinggi atau terlalu rendah) dan juga tidak konsisten (jika ada data baru, hasilnya tidak sama atau tidak sesuai dengan hasil semula).

Model Tobit mengasumsikan bahwa variabel-variabel bebas tidak terbatas nilainya (non-censured); hanya variabel tidak bebas yang censured; semua variabel (baik bebas maupun tidak bebas) diukur dengan benar; tidak ada autocorrelation; tidak ada heteroscedascity; tidak ada multikolinearitas yang sempurna; dan model matematis yang digunakan menjadi tepat. Dalam penggunaan metode analisis regresi untuk penelitian bidang sosial ekonomi, banyak ditemui struktur data dimana variabel responnya mempunyai nilai nol untuk sebagian observasi, sedangkan untuk sebagian observasi lainnya


(54)

mempunyai nilai tertentu yang bervariasi. Struktur data seperti ini dinamakan data tersensor (censored data). Dalam model Tobitterdapat tambahan informasi koefisiensi skala (SCALE) yaitu faktor skala yang akan diestimasi. Faktor skala ini dapat digunakan untuk mengestimasi standar deviasi dari residual.11

Pastor (2002) – dalam Endri, mencatat keunggulan menggunakan prosedur two-stage DEA: (i) mudah diimplementasikan, (ii) kemungkinan mempertimbangkan banyak variabel lingkungan secara simultan, tanpa meningkatkan jumlah unit efisien, (iii) tidak diperlukan untuk mengetahui orientasi pengaruh dari setiap variabel lingkungan, (iv) dimungkinkan menggunakan beberapa (atau keseluruhan) variabel lingkungan bersama untuk menjadi bagian dari individual.12

D. Malmquist Index Productivity

Index Produktivitas Malmquist adalah indeks bilateral yang digunakan untuk membandingkan teknologi produksi dua unsur ekonomi, Index Malmquist berlandaskan pada konsep fungsi produksi, yang mengukur fungsi produksi maksimum dengan batasan input yang sudah ditentukan.

11Muhammad Faza Firdaus, “

Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Metode Two-Stage Data Envelopment Analysis” (Skripsi S1, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 71-72.

12 Endri, “

Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi Two-Stage Data Envelopment Analysis” (Skripsi S1, STEI Tazkia, Bogor, 2011), h. 14.


(55)

Penggunaan Index Produktivitas Malmquist karena indeks tersebut mempunyai beberapa karakteristik yang menguntungkan, pertama,Index Malmquist merupakan metode non-parametrik sehingga tidak memerlukan spesifikasi bentuk fungsi produksi, kedua, indeks ini tidak memerlukan asumsi perilaku ekonomi unit produksi seperti minimisasi biaya atau maksimisasi profit, sehingga sangat berguna apabila tujuan dari produsen berbeda-beda atau tidak diketahui, ketiga, penghitungan indeks tidak memerlukan data harga-harga, yang seringkali tidak tersedia, keempat, Index Produktivitas Malmquist dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu perubahan efisiensi dan perubahan teknologi. Hal ini sangat berguna karena analisa dapat dilakukan secara lebih spesifik menurut komponen.13

14

Menurut Fare, Gross dan Lovell (1994), Malmquist Index berorientasi input, bisa diformulasikan sebagai berikut :

Dimana / mengindikasikan sebagai orientasi input, M adalah produktivitas dari titik produksi terbaru (x1+1, y1+1), (menggunakan periode teknologi t+1), berhubungan relatif dengan titik produksi sebelumnya (x1, y1)

13Rezki Syahri Rakhmadi, “

Analisis Efisiensi dan Produktivitas Perbankan Syariah di

Indonesia” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 44-46.

14

Andrew C. Worthington,”Malmquist Indices of Productivity Change in Australian Financial Services” (Journal of International Financial Markets, Institutions, and Money, 1999): h. 5-6.


(56)

(menggunakan teknologi periode t), D adalah fungsi jarak input, dan semua variabel yang sebelumnya dijelaskan. Nilai yang lebih besar dari satu mengindikasikan pertumbuhan produktivitas yang positif yang berada diantara dua periode.

Merujuk pada Fare, Grosskop, Lindgrend, dan Roos (1993), rumus tersebut juga dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :

Atau

M = TE . TC Dimana

Adapun M (Malmquist Index) adalah hasil dari pengukuran proses tehnis P yang diukur sebagai frontier periode t + 1 dan periode t dengan perubahan efisiensi E dalam periode yang sama.Sedangkan untuk Malmquist Index output, juga menggunakan rumus yang sama dengan tersebut diatas. Dalam penelitian Sufian Fadzlan (E = Technical Effciency) dan (P= Technical Change)15

15Fadzlan Sufian, “

Malmquist Indices Of Productivity Change In Malaysian Islamic Banking Industry: Foreign Versus Domestic Banks” (Journal of Economic Cooperation, 2007): h. 123-124.


(57)

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian untuk mengukur tingkat efisiensi pada perbankan telah banyak dilakukan, baik melalui metode parametrik maupun dengan metode non parametrik.

1. Syafaat Muhari dan Muhammad Nadratuzzaman Hosen (2015)16

Penelitian ini berjudul Efficiency of the Islamic Rural Bank In Six Zones Of Indonesia Using Non Parametric and Parametric Method. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi BPRS, yang terbagi kedalam enam daerah, yakni Jakarta, Jawa Barat-Banten, Jawa Tengah-Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatra, dan Bagian Timur Indonesia. Studi dilakukan pada 73 BPRS selama periode kuartal II Juni 2011 sampai dengan kuartal I Maret 2013.Dalam penelitian ini menggunakan metode SFA dan DEA. Pada metode SFA menggunakan pendekatan biaya, dengan variabel input : biaya dana dan biaya tenaga kerja, sedangkan variabel output : pembiayaan dan penempatan pada bank lain, serta faktor yang berhubungan dengan lingkungan (environmental factors): equity over total assets (Rasio Modal terhadap Aset) and non performing loans (Pembiayaan Bermasalah). Sedangkan pada metode DEA menggunakan pendekatan operasional, dengan variabel input : biaya tenaga kerja, beban bagi hasil), beban lain-lain, penyusutan dan amortisasi, sedangkan variabel output : pendapatan bagi hasil, danpendapatan lain-lain.

16 Syafaat Muhari dan Muhammad Nadratuzzaman Hosen,”

Efficiency of the Islamic Rural Bank In Six Zones Of Indonesia Using Non Parametric and Parametric Method” (Journal of Islamic Banking and Finance, Juli-Sept 2015)


(58)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :Pertama, rata-rata efisiensi BPRS menggunakan SFA lebih tinggi daripada menggunakan DEA. Kedua, BPRS di bagian timur Indonesia memiliki tingkat efisiensi paling tinggi dibandingkan daerah yang lainnya dengan menggunakan metode SFA dan DEA.Pada metode SFA, daerah yang memiliki efisiensi terendah yaitu daerah Sumatera.Sedangkan pada metode DEA, daerah yang memiliki efisiensi terendah yaitu daerah Jawa Tegah-Yogyakarta.Ketiga, Metode DEA variabel pedapatan bagi hasil memiliki pengaruh yang paling besar untuk mengukur efisiensi, sedangkan beban lain-lain dan biaya tenaga kerja tidak memiliki pengaruh terhadap efisiensi.Keempat, Metode SFA komponen biaya tenaga kerja, biaya dana, total pembiayaan, penempatan pada bank lain and non performing loans mempunyai pengaruh yang signifikan pada efisiensi biayaequity over total asset (Rasio Modal terhadap Aset) tidak mempunyai pengaruh, biaya dana dan biaya tenaga kerja adalah komponen yang memberikan kontribusi terbesar BPRS efisiensi biaya dengan SFA. Selain itu dapat ditarik kesimpulan, menggunakan DEA adalah lebih tepat untuk mengukur efisiensi.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang efisiensi di BPRS.Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode analisis yang digunakan, penelitian ini menggunakan metode DEA dan SFA, tanpa menganalisis tingkat produktivitas dan faktor-faktor yang


(59)

mempengaruhi tingkat efisiensi.Selain itu, dari segi jumlah sampel dan variabel yang digunakan juga berbeda.

2. Muhammad Faza Firdaus (2013)17

Penelitian ini berjudul “Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Metode Two-Stage Data Envelopment Analysis”.Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.Penelitian ini dilakukan pada 10 Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2012. Analisis metode dalam penelitian ini adalah analisis two-stage DEA. First Stage, menggunakan DEA untuk mengukur kinerja efisiensi Bank Umum Syariah (BUS). Second Stage, nilai/skor efisiensi dari DEA, diregresi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi menggunakan model Tobit. Kemudian variabel input yang digunakan Dana Pihak Ketiga (DPK), total aset, biaya tenaga kerja. Variabel outputnya meliputi pembiayaan dan pendapatan operasional.Sedangkan pada regresi Tobit, variabel dependen yaitu aset, jumlah cabang bank, ROA, ROE, CAR, NPF, Inflasi. Sedangkan variabel independen yaitu score DEA.

Hasil penelitian diketahui bahwa secara umum tingkat efisiensi 10 BUS memiliki trend yang fluktuatif selama waktu penelitian. Pada hasil analisis model Tobit dapat disimpulkan bahwa variabel cabang bank, NPF, CAR memiliki pengaruh negatif signifikan. Sedangkan pada variabel asset

17 Muhammad Faza Firdaus, “

Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Metode Two-Stage Data Envelopment Analysis” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)


(60)

dan ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan.Kemudian pada variabel ROE dan Inflasi memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan atau dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh yang nyata pada kedua variabel tersebut.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti menggunakan metode Two-Stage DEA.Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada objek yang digunakan, yaitu pada Bank Umum Syariah.Selain itu, penelitian ini tidak menganalisis tingkat produktivitas dari suatu bank.

3. Rezki Syahri Rakhmadi (2010)18

Penelitian ini berjudul Analisis Efisiensi dan Produktivitas Perbankan Syariah di Indonesia.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa efisiensi perbankan syariah di Indonesia periode 2007-2009.Penelitian ini dilakukan pada 17 bank syariah (5 Bank Umum Syariah) dan (12 Unit Usaha Syariah).Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DEA, kemudian diperlengkap dengan analisis produktivitas menggunakan Malmquist Index. Dalam penelitian ini menggunakan variabel input yaitu Beban Personalia, Aset Tetap, dan Total Simpanan. Sedangkan variabel output yaitu Total Pinjaman, Pendapatan Operasional Lainnya, Aset Likuiditas dan Investasi Sekuritas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara rata-rata Bank Umum Syariah lebih efisien dibanding dengan Unit Usaha Syariah. Kemudian, ada

18

Rezki Syahri Rakhmadi, “Analisis Efisiensi dan Produktivitas Perbankan Syariah Indonesia” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010)


(1)

Left censored obs 0 Right censored obs 0 Uncensored obs 10 Total obs 10

Lampiran D.1 : Hasil Perhitungan Produktivitas Kawasan Barat

MALMQUIST INDEX SUMMARY

Year 2

Firm Effch Techc pech sech tfpch

1 1.652 0.628 1.148 1.439 1.037

2 1.443 0.647 1.086 1.329 0.934

3 1.000 0.752 1.000 1.000 0.752

4 0.847 0.573 1.000 0.847 0.485

5 1.451 0.580 1.043 1.391 0.842

Mean 1.240 0.633 1.054 1.176 0.785

Year 3

1 1.000 0.222 1.000 1.000 0.222

2 0.999 0.210 0.949 1.053 0.210

3 0.991 0.231 1.000 0.991 0.229

4 1.180 0.389 1.000 1.180 0.459

5 1.015 0.240 1.000 1.015 0.244

Mean 1.035 0.252 0.990 1.046 0.260

Year 4

1 0.738 1.347 0.844 0.874 0.994

2 0.966 1.297 0.993 0.973 1.253

3 1.009 1.326 1.000 1.009 1.338

4 1.000 1.205 1.000 1.000 1.205

5 1.079 1.296 1.000 1.079 1.398

Mean 0.951 1.293 0.965 0.985 1.229

Year 5

1 1.355 3.815 1.184 1.144 5.169

2 1.143 4.055 1.075 1.063 4.633

3 0.970 2.466 1.000 0.970 2.392

4 1.000 3.373 1.000 1.000 3.373


(2)

Mean 1.043 3.483 1.039 1.004 3.632

Year 6

1 1.000 0.774 1.000 1.000 0.774

2 0.856 0.733 1.006 0.852 0.627

3 1.031 0.984 1.000 1.031 1.014

4 0.689 0.633 0.859 0.803 0.436

5 0.791 0.639 1.054 0.751 0.505

Mean 0.864 0.743 0.981 0.880 0.641

Year 7

1 1.000 2.898 1.000 1.000 2.898

2 0.904 2.818 0.916 0.987 2.547

3 0.864 1.848 1.000 0.864 1.597

4 1.451 2.718 1.165 1.246 3.945

5 1.067 2.920 1.000 1.067 3.115

Mean 1.039 2.604 1.013 1.025 2.705

Year 8

1 0.791 0.671 0.809 0.978 0.531

2 0.972 0.683 0.917 1.060 0.664

3 1.158 0.814 1.000 1.158 0.943

4 0.775 0.731 0.972 0.797 0.567

5 1.444 0.697 1.000 1.444 1.007

Mean 0.999 0.718 0.937 1.067 0.717

Year 9

1 1.140 0.527 1.168 0.976 0.600

2 0.902 0.614 0.983 0.918 0.554

3 0.671 0.419 0.918 0.731 0.281

4 1.290 0.583 1.029 1.254 0.752

5 1.000 0.646 1.000 1.000 0.646

Mean 0.977 0.551 1.016 0.961 0.539

Year 10

1 0.684 1.141 0.816 0.839 0.781

2 0.930 1.336 1.004 0.926 1.242

3 1.491 1.302 1.090 1.368 1.941

4 1.000 1.110 1.000 1.000 1.110


(3)

Mean 0.974 1.237 0.978 0.996 1.205

MALMQUIST INDEX SUMMARY OF ANNUAL MEANS

Year effch Techc pech Sech tfpch

2 1.240 0.633 1.054 1.176 0.785

3 1.035 0.252 0.990 1.046 0.260

4 0.951 1.293 0.965 0.985 1.229

5 1.043 3.483 1.039 1.004 3.632

6 0.864 0.743 0.981 0.880 0.641

7 1.039 2.604 1.013 1.025 2.705

8 0.999 0.718 0.937 1.067 0.717

9 0.977 0.551 1.016 0.961 0.539

10 0.974 1.237 0.978 0.996 1.205

Mean 1.009 0.958 0.996 1.013 0.967

MALMQUIST INDEX SUMMARY OF FIRM MEANS

Firm effch Techc pech Sech tfpch

1 1.002 0.953 0.987 1.016 0.955

2 1.000 0.979 0.990 1.010 0.980

3 1.000 0.917 1.000 1.000 0.917

4 1.000 0.967 1.000 1.000 0.967

5 1.044 0.975 1.005 1.039 1.017


(4)

Lampiran D.2 : Hasil Perhitungan Produktivitas Kawasan Timur

MALMQUIST INDEX SUMMARY

Year 2

Firm Effch Techc pech sech tfpch

1 0.513 1.895 0.955 0.537 0.971

2 0.948 7.956 0.946 1.001 7.539

3 1.000 9.204 1.000 1.000 9.204

4 0.555 2.924 1.000 0.555 1.624

5 0.329 4.654 0.946 0.348 1.532

Mean 0.616 4.521 0.969 0.636 2.785

Year 3

1 2.570 1.104 1.069 2.403 2.838

2 0.919 0.309 1.057 0.870 0.284

3 0.939 0.254 0.962 0.976 0.239

4 1.801 0.693 1.000 1.801 1.248

5 3.038 0.425 1.057 2.875 1.291

Mean 1.647 0.480 1.028 1.602 0.791

Year 4

1 1.000 0.698 1.000 1.000 0.698

2 0.908 0.626 0.816 1.112 0.568

3 1.065 1.037 1.040 1.024 1.105

4 1.000 0.594 1.000 1.000 0.594

5 0.955 0.597 0.997 0.958 0.571

Mean 0.984 0.694 0.967 1.018 0.683

Year 5

1 0.593 1.481 0.835 0.710 0.878

2 0.436 1.497 1.030 0.424 0.653

3 0.938 0.908 1.000 0.938 0.852

4 1.000 1.183 1.000 1.000 1.183

5 0.491 1.369 0.913 0.538 0.672


(5)

Year 6

1 1.227 0.414 0.962 1.276 0.508

2 2.501 0.411 1.117 2.240 1.027

3 1.066 0.725 1.000 1.066 0.773

4 1.000 0.461 1.000 1.000 0.461

5 1.756 0.477 1.099 1.597 0.837

Mean 1.419 0.486 1.034 1.372 0.690

Year 7

1 1.141 0.238 1.121 1.018 0.271

2 0.960 0.186 0.958 1.001 0.178

3 0.986 0.155 0.988 0.998 0.153

4 1.000 0.299 1.000 1.000 0.299

5 1.215 0.214 1.000 1.215 0.260

Mean 1.056 0.213 1.012 1.050 0.225

Year 8

1 1.034 1.066 0.985 0.999 1.102

2 1.105 1.089 1.112 1.002 1.203

3 1.014 1.087 1.012 1.000 1.102

4 1.000 1.014 1.000 1.000 1.014

5 0.989 1.046 1.000 0.989 1.034

Mean 1.028 1.060 1.021 1.007 1.089

Year 9

1 1.165 28.871 1.127 1.033 33.627

2 0.891 40.113 0.819 1.088 35.749

3 1.000 37.645 1.000 1.000 37.645

4 1.000 19.485 1.000 1.000 19.485

5 0.499 24.591 0.848 0.589 12.280

Mean 0.877 29.106 0.952 0.921 25.522

Year 10

1 0.811 0.561 0.835 0.971 0.455

2 1.122 0.479 1.221 0.919 0.537

3 1.000 0.360 1.000 1.000 0.360

4 1.000 0.741 1.000 1.000 0.741

5 2.025 0.713 1.179 1.718 1.445


(6)

MALMQUIST INDEX SUMMARY OF ANNUAL MEANS

Year effch techc pech sech tfpch

2 0.616 4.521 0.969 0.636 2.785

3 1.647 0.480 1.028 1.602 0.791

4 0.984 0.694 0.967 1.018 0.683

5 0.653 1.267 0.953 0.686 0.827

6 1.419 0.486 1.034 1.372 0.690

7 1.056 0.213 1.012 1.043 0.225

8 1.028 1.060 1.021 1.007 1.089

9 0.877 29.106 0.952 0.921 25.522

10 1.130 0.552 1.037 1.089 0.623

Mean 0.999 1.144 0.996 1.003 1.144

MALMQUIST INDEX SUMMARY OF FIRM MEANS

Firm effch techc Pech sech tfpch

1 1.007 1.156 0.982 1.025 1.164

2 0.990 1.155 1.000 0.990 1.144

3 1.000 1.155 1.000 1.000 1.155

4 1.000 1.124 1.000 1.000 1.124

5 1.000 1.131 1.000 1.000 1.131