menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk 3 Squared poverty gap atau poverty severity index adalah ukuran yang
menggambarkan keparahan kemiskinan. Jika pada formula Foster-Greer- Thorbecke nilai
samadengan dua, sehingga:
q i
i
z y
z n
P
1 2
2
1
Indeks ini menggambarkan ketimpangan diantara orang miskin. Sampai batas tertentu squared poverty gap dapat memberikan gambaran mengenai
penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan.
2.3 Penyebab Kemiskinan
Jhingan 2004, mengemukaan tiga ciri utama negara berkembang yang menjadi penyebab dan sekaligus akibat yang saling terkait pada kemiskinan.
Pertama , prasarana dan sarana pendidikan yang tidak memadai sehingga
menyebabkan tingginya jumlah penduduk buta huruf dan tidak memiliki ketrampilan ataupun keahlian. Ciri kedua, sarana kesehatan dan pola konsumsi
buruk sehingga hanya sebahagian kecil penduduk yang bisa menjadi tenaga kerja produktif dan yang ketiga adalah penduduk terkonsentrasi di sektor pertanian.
Mawardi 2004 menyebutkan ada enam kategori yang menyebabkan kemiskinan, antara lain:
1. Ketidakberdayaan
Faktor ketidakberdayaan merupakan faktor di luar kendali masyarakat miskin, yang mencakup aspek ketersediaan lapangan pekerjaan, tingkat
biayaharga baik barang konsumsi, sarana produksi, maupun harga jual produksi, kebijakan pemerintah, sistem adat, lilitan hutang, keamanan, dan
takdirkodrat. Aspek takdir ini merupakan bentuk kepasrahan dari masyarakat miskin karena kondisi kemiskinan yang mereka alami sudah
sedemikian rupa sehingga timbullah sikap apatis dan mereka menganggap bahwa hanya mukjizat Tuhan yang bisa mengubah keadaan.
2. Kekurangan materi
Yang termasuk dalam kategori kekurangan materi adalah kepemilikan atau tidak memiliki berbagai macam aset, seperti rumah, tanah, modal kerja,
warisan, serta rendahnya penghasilan karena upah atau hasil panen yang rendah. Faktor kekurangan materi merupakan faktor penyebab kemiskinan
yang dominan selain faktor ketidakberdayaan. 3.
Keterkucilan Faktor keterkucilan terkait dengan hambatan fisik dan nonfisik dalam
mengakses kesempatan meningkatkan kesejahteraan, antara lain karena lokasi yang terpencil, prasarana transportasi yang buruk, tingkat pendidikan
dan keterampilan yang rendah, akses terhadap kredit, pendidikan, kesehatan, irigasi dan air bersih tidak adakurang memadai.
4. Kelemahan fisik
Yang termasuk dalam faktor kelemahan fisik antara lain: kondisi kesehatan, kemampuan kerja, kurang makan dan gizi, dan masalah sanitasi. Pada
umumnya kondisi kesehatan yang buruk dianggap lebih penting sebagai penyebab kemiskinan dibandingkan faktor ketidakmampuan bekerja.
5. Kerentanan
Faktor kerentanan mencerminkan kondisi ketidakstabilan atau guncangan yang dapat menyebabkan turunnya tingkat kesejahteraan. Didalamnya
mencakup aspek pemutusan hubungan kerja PHK, pekerjaan tidak tetap, masalah dalam produksi, bencana alam dan musibah dalam keluarga.
6. Sikap dan perilaku
Kebiasaan buruk atau sikap yang cenderung menghambat kemajuan masuk dalam kategori ini. Didalamnya mencakup kurangnya upaya untuk bekerja,
tidak bisa mengatur uang atau boros, masalah ketidakharmonisan keluarga, serta kebiasaan berjudimabuk.
Smeru 2001 menyampaikan delapan penyebab dasar kemiskinan, antara lain: 1 kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal, 2 keterbatasan bahan
kebutuhan dasar, sarana dan prasarana, 3 adanya kecenderungan kebijakan yang diambil pemerintah bias perkotaan dan bias sektor, 4 sistem yang kurang
mendukung dan perbedaan kesempatan antar masyarakat, 5 perbedaan
sumberdaya manusia dan perbedaan sektor ekonomi tradisional versus modern, 6 produktivitas dan tingkat pembentukan modal yang rendah, 7 budaya hidup
yang cenderung dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan, dan 8 tata kelola pemerintahan yang belum
baik. Selanjutnya, Suryawati 2005 menyampaikan beberapa penyebab
kemiskinan perdesaan, antara lain: 1 Natural assets, mencakup tanah dan air. Sebagian besar masyarakat desa
hanya menguasai lahan yang relatif kecil sebagai mata pencahariannya. 2 Human assets, yakni kualitas sumberdaya manusia di perdesaan masih
rendah dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. 3 Physical assets, masih rendahnya akses masyarakat ke infrastruktur dan
pelayanan umum antara lain jalan, listrik dan telekomunikasi. 4 Financial assets, yakni tabungan yang masih kecil dan keterbatasan akses
untuk memperoleh modal usaha. 5 Social assets, lebih kepada pengaruh politik.
Pada tahun 2006, Papilaya dan Sugihen meneliti tentang akar dan strategi pengentasan kemiskinan di tiga kabupatenkota yang terletak di Provinsi
Gorontalo. Dari hasil penelitian mereka dinyatakan bahwa akar penyebab kemiskinan yang paling menentukan yaitu kurang produktifnya perilaku
rumahtangga miskin dan kurang normatifnya perilaku elit. Secara kualitatif, kurang produktifnya perilaku rumahtangga miskin terlihat dari perilaku seperti
perilaku hedonis, konsumtif, ketergantungan, suka berhutang, apatis dan fatalis. Sementara itu, kurang normatifnya perilaku elit dapat terlihat pada perilaku
mencari keuntungan rent seeking behavior pelaksana program kemiskinan seperti yang diungkapkan oleh rumahtangga miskin pada waktu diskusi kelompok
terfokus FGD. Disamping itu, perilaku mengutamakan keluarga dekat nepotisme dan perilaku pilih kasih favoritisme.
2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemiskinan