Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

pasar barang, sehingga hal ini akan mengurangi ongkos produksi. Ongkos produksi yang murah akan menjadikan harga barang lebih murah, sehingga daya beli masyarakat meningkat dan kemiskinan akan berkurang. Selain jalan, ketersediaan infrastruktur listrik akan berpengaruh pada perekonomian dan pendapatan penduduk. Pengaruh infrastruktur listrik terhadap pendapatan penduduk miskin pernah di teliti oleh Balisacan, et al 2002 di Philipina dan Songco 2002 di Bangladesh. Hasil penelitian mereka adalah listrik secara positif memengaruhi pendapatan penduduk miskin melalui transmisi tidak langsung pertumbuhan ekonomi dan transmisi langsung produktivitas dan upah. Fan. et al 2002 menghasilkan temuan bahwa listrik secara signifikan berkontribusi pada pertumbuhan sektor non pertanian di perdesaan di China yang mengarah pada penurunan kemiskinan dengan elatisitas sebesar 0,42. Listrik memiliki peranan yang besar pada upaya pengurangan kemiskinan, setiap 10.000 Yuan yang digunakan untuk pembangunan listrik, maka mampu mengangkat orang miskin keluar dari kemiskinannya sebesar 2,3 orang. Menurut Baliscanan, et al. 2002 bahwa listrik merefleksikan akses terhadap teknologi yang berkontribusi secara langsung terhadap kemiskinan dengan meningkatnya lapangan kerja dan pendapatan dari penduduk miskin di Indonesia. Namun, dalam laporan evaluasi Bank Dunia, banyak rumah tangga dengan tingkat kemiskinan ekstrim yang memilih untuk tidak menggunakan jaringan listrik yang tersedia Ali dan Pernia 2003.

2.5 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

Meski mayoritas penduduk Indonesia pada tahun 1960-an dan 1970-an tergolong miskin, upaya penanggulangan kemiskinan tidak secara eksplisit dicantumkan dalam tujuan pembangunan lima tahunan Pelita I hingga V, antara tahun 1969 dan 1994. Baru pada tahun 1994, pada permulaan Pelita VI, pemerintah secara tegas mengidentifikasi sasaran upaya penanggulangan dan penghapusan kemiskinan. Dalam upaya ini, pemerintah menggunakan pendekatan langsung dan tidak langsung. Terdapat empat program utama yang dilakukan dengan pendekatan langsung, yakni: i Inpres Desa Tertinggal IDT; ii Program Pembangunan Kesejahteraan Keluarga TakesraKukesra; iii Program Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil P4K; iv Program kembar, yaitu Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP dan Program Pengembangan Kecamatan PPK. Lebih lanjut, upaya dan program penanggulangan kemiskinan dilakukan pemerintah pusat dan daerah, seperti yang dituangkan dalam lima pilar penanggulangan kemiskinan antara lain 1 perluasan kesempatan, ditujukan menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik dan sosial, 2 pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat dan memperluas partisipasi masyarakat miskin, 3 peningkatan kapasitas, dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha, 4 perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan dan masyarakat miskin, dan 5 kemitraan regional, dilakukan untuk pengembangan dan menata ulang hubungan dan kerjasama lokal, regional, nasional dan internasional guna mendukung pelaksanaan ke -4 strategi di atas. Keseriusan pemerintah dalam menangani masalah kemiskinan tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM 2010-2014 yang menyebutkan bahwa salah satu sasaran pembangunan ekonomi nasional adalah mempercepat penurunan tingkat kemiskinan hingga 8-10 persen pada akhir 2014. Untuk mencapainya, serangkaian kebijakan dan berbagai macam program aksi anti kemiskinan dirancang dan diimplementasikan sebagai upaya untuk membantu meringankan beban ekonomi rakyat miskin . Pada tahun 2005 pemerintah meluncurkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan dengan membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan TKPK yang terdiri dari TKPK Nasional, TKPK Provinsi, dan TKPK KabupatenKota. Tugas TKPK yaitu melakukan koordinasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan serta koordinasi pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan antar departemen. Langkah selanjutnya, pada tanggal 25 Februari 2010 ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Untuk melaksanakan percepatan penanggulangan kemiskinan dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TNP2K yang diketuai oleh Wakil Presiden. Pemerintah melakukan berbagai langkah konsolidasi yang diwujudkan dalam 3 paket bantuan program untuk penduduk miskin dan hampir miskin, Paket bantuan program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Paket Bantuan Program I: Bantuan dan Perlindungan Sosial. Paket bantuan ini ditujukan untuk perlindungan dan pemenuhan hak atas pendidikan, kesehatan, pangan, sanitasi dan air bersih. Paket ini diwujudkan dalam bentuk beras miskin raskin, Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas yang dulunya disebut Askeskin, BOS Bantuan Operasional Sekolah, PKH Program Keluarga Harapan dan BLT Bantuan Langsung Tunai. 2. Paket Bantuan Program II: Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan hak atas berpartisipasi, kesempatan kerja dan berusaha, tanah, SDA dan LH, dan perumahan. 3. Paket Bantuan Program III: Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil UMK- UR yang bertujuan untuk perlindungan dan pemenuhan hak atas kesempatan berusaha dan bekerja, dan SDA dan LH. Beberapa program pengentasan kemiskinan yang telah diaplikasikan mencakup beberapa bidang. Kebijakan dibidang usaha misalnya PNPM Mandiri dan Kredit Usaha Rakyat bertujuan agar pendapatan rakyat miskin meningkat. Bantuan dibidang kesehatan berupa pemberian kartu Jamkesmas tujuannya agar rakyat miskin bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara layak tanpa harus membayar mahal. Selanjutnya program dana BOS dan beasiswa bagi siswa dari keluarga tidak mampu. Program Bantuan Langsung Tunai BLT diberikan kepada rumah tangga miskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin akibat kenaikan harga-harga barang setelah subsisdi BBM dikurangi. Program raskin bertujuan agar penduduk miskin tetap dapat mengkonsumsi beras dengan harga yang terjangkau. Kemudian kebijakan konversi bahan bakar minyak tanah ke gas dengan memberikan kompor beserta tabung gas kepada rumah tangga miskin karena pemerintah akan mengurangi subsidi minyak tanah untuk dialihkan pada bantuan lainnya seperti dana BOS.

2.6 Kerangka Pemikiran