5. Penurunan kemiskinan secara masal akan menciptakan stabilitas sosial dan memperluas partisipasi publik dalam proses pertumbuhan.
Berbagai kebijakan pembangunan ekonomi seharusnya diterapkan dengan mempertimbangkan kepentingan seluruh elemen masyarakat, agar seluruh elemen
masyarakat dapat berperan aktif dalam proses pertumbuhan ekonomi termasuk penduduk miskin. Peningkatan peran serta penduduk miskin dapat dilakukan
dengan lebih memberdayakan penduduk miskin melalui perbaikan sumber daya manusia pendidikan dan kesehatan dan peningkatan akses terhadap sumber daya
faktor produksi.
2.4.6 Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Menurut The National
Anti-Poverty Strategy NAPS 1999, berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya di Ireland menyatakan bahwa pengangguran merupakan penyebab
terbesar terjadinya kemiskinan. Keterkaitan antara pengangguran dengan kemiskinan sangat kuat. Pada tahun 1994, lebih dari setengah dari total keluarga
di Ireland dipimpin oleh kepala keluarga yang tidak mempunyai pekerjaan. Sukirno 2004, menyatakan bahwa efek buruk dari pengangguran adalah
berkurangnya tingkat pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmurankesejahteraan. Kesejahteraan masyarakat yang turun karena
menganggur akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat
buruk, maka akan timbul kekacauan politik dan sosial dan ini mempunyai efek yang buruk pada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi
dalam jangka panjang. Suparno 2010 menemukan bahwa banyaknya pengangguran akan berdampak pada peningkatan kemiskinan di Indonesia.
2.4.7 Infrastruktur
Pertumbuhan ekonomi yang pro poor haruslah terwujud dalam upaya untuk menurunkan kemiskinan. Dalam teori pertumbuhan endogen, salah satu faktor
yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah kapital. Wujud dari kapital sangat
beragam, dan penyediaan infrastruktur merupakan bentuk kepedulian pemerintah dalam berinvestasi untuk meningkatkan pembangunan ekonomi yang diharapkan
dapat menurunkan angka kemiskinan. Infrastruktur jalan sangat mendukung aktivitas ekonomi. Infrastruktur jalan
yang bagus dapat meningkatkan mobilitas penduduk dan barang yang menghubungkan satu pusat aktivitas dengan pusat aktivitas lain di area yang
berbeda. Penemuan Dercon dan Krishnan 1998, menyatakan bahwa faktor- faktor yang menyebabkan perubahan tingkat kemiskinan adalah rumah tangga
dengan modal manusia dan fisik yang lebih besar, serta akses jalan yang lebih baik memiliki tingkat kemiskinan yang lebih rendah.
Menurut Malmberg et. al 1997, infrastruktur jalan memiliki dampak pada pertumbuhan ekonomi baik di sektor pertanian maupun bukan pertanian, dan
menciptakan kesempatan ekonomi bagi penduduk desa secara keseluruhan, termasuk yang miskin. Penelitian Khandker 1989 menemukan bahwa investasi
pemerintah di jalan memiliki efek positif atas hasil panen, pekerja bukan pertanian di desa, dan upah petani dan semuanya itu menguntungkan penduduk miskin.
Kwon pada tahun 2001 pernah meneliti mengenai peran infrastruktur jalan desa dalam mengurangi kemiskinan di Indonesia. Penelitiannya didasari fakta
bahwa penduduk miskin pada umumnya terkonsentrasi di pedesaan dan cenderung terisolasi dengan daerah lainnya. Dengan demikian mobilitas mereka terbatas
sehingga menyebabkan mereka tidak dapat berpartisipasi dari berbagai kesempatan tenaga kerja yang timbul dari proses pertumbuhan. Kurangnya
infrastruktur jalan akan meningkatkan biaya produksi pertanian dan akibatnya menurunkan keuntungan mereka. Jika hal ini tidak segera diatasi maka sulit bagi
mereka untuk keluar dari kemiskinan. Infrastruktur jalan mengurangi kemiskinan melalui dua cara, yaitu dampak
langsung its own effect dan dari dampak pada peningkatan kinerja variabel lainnya the through-effect. Dampak langsung terlihat ketika pembangunan jalan
berlangsung yaitu tambahan lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk, meningkatkan hubungan antara produsen dan konsumen,
pencari kerja dengan yang mempekerjakan. Dampak tak langsung dapat dijelaskan bahwa infrastruktur jalan dapat meningkatkan kinerja pasar input dan
pasar barang, sehingga hal ini akan mengurangi ongkos produksi. Ongkos produksi yang murah akan menjadikan harga barang lebih murah, sehingga daya
beli masyarakat meningkat dan kemiskinan akan berkurang. Selain jalan, ketersediaan infrastruktur listrik akan berpengaruh pada
perekonomian dan pendapatan penduduk. Pengaruh infrastruktur listrik terhadap pendapatan penduduk miskin pernah di teliti oleh Balisacan, et al 2002 di
Philipina dan Songco 2002 di Bangladesh. Hasil penelitian mereka adalah listrik secara positif memengaruhi pendapatan penduduk miskin melalui transmisi tidak
langsung pertumbuhan ekonomi dan transmisi langsung produktivitas dan upah.
Fan. et al 2002 menghasilkan temuan bahwa listrik secara signifikan berkontribusi pada pertumbuhan sektor non pertanian di perdesaan di China yang
mengarah pada penurunan kemiskinan dengan elatisitas sebesar 0,42. Listrik memiliki peranan yang besar pada upaya pengurangan kemiskinan, setiap 10.000
Yuan yang digunakan untuk pembangunan listrik, maka mampu mengangkat orang miskin keluar dari kemiskinannya sebesar 2,3 orang.
Menurut Baliscanan, et al. 2002 bahwa listrik merefleksikan akses terhadap teknologi yang berkontribusi secara langsung terhadap kemiskinan
dengan meningkatnya lapangan kerja dan pendapatan dari penduduk miskin di Indonesia. Namun, dalam laporan evaluasi Bank Dunia, banyak rumah tangga
dengan tingkat kemiskinan ekstrim yang memilih untuk tidak menggunakan jaringan listrik yang tersedia Ali dan Pernia 2003.
2.5 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan