Intervensi. Permasalahan Kebidanan dan Peran Dukun Bayi di Negara-negara Berkembang.

56 56 tradisional, pengetahuan bidan profesional dalam prakteknya secara personal, mendedikasikan kehidupan profesionalisme mereka kepada sekitar, dan dapat membantu orang lain, ”dengan wanita” selama proses kehamilan, kelahiran, dan masa pasca melahirkan Floyd and Jenkins, 2005.

8. Permasalahan Kebidanan dan Peran Dukun Bayi di Negara-negara Berkembang.

Mayoritas kelahiraan di Negara-negara berkembang, sebagian di daerah pedalaman, bertempat di rumah, biasanya dibantu oleh keluarga atau pembantu kelahiran tradisional dukun bayi. Sering munculnya vaginal examination dengan tangan yang tidak bersih dan pemanfaatan kotoran hewan dan obat-obatan herbal ke vulva atau vagina merupakan beberapa praktek yang mungkin menyebabkan infeksi genital. Pelvic sepsis mungkin turut terjadi setelah persalinan atau aborsi dan saat tidak dirawat seperti biasa terjadi di negara-negara berkembang mungkin menimbulkan penyakit chronic pelvic inflammatory disease yang merupakan penyebab utama beberapa kasus infertilitas, ketidak normalan menstruasi, dan kehamilan ektopik.

a. Intervensi.

Tujuan untuk mencegah kematian dari komplikasi-komplikasi kebidanan telah dilakukan selama bebrapa decade, antibiotic untuk infeksi, operasi sesar untuk kelahiran yang tidak normal, transfusi darah dan obat-obatan oxytocic untuk perdarahan, sedative dan obat-obatan yang lain untuk eklampsia. Namun sayang, beberapa pengobatan tersebut tidak dapat diakses oleh kebanyakan wanita di Negara- negara miskin. 57 57 Banyaknya jumlah dukun bayi yang ada di Negara-negara berkembang di kebanyakan daerah pedalaman dimana disana tidak terdapat fasilitas perawatan kesehatan yang disediakan. Dan mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama nagar-negara berkembang tersebut dapat sekuat tenaga menyediakan dokter ahli atau perawat-perawat untuk seluruh bagian populasi mereka. Jadi ini sangat penting untuk menggunakan potensi-potensi yang sangat besar yang berada di komunitas mereka sendiri untuk menyediakan perawatan kesehatan dasar, kemudian membuatnya mungkin dapat terjadi pada beberapa komunitas untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk melayani diri mereka sendiri. Dukun bayi merupakan sebuah segmen yang luas atas apa yang potensial. Hal ini dibuktikan dengan beberapa studi yang dengan training dukun bayi pada saat sekarang ini yang telah diatur dan rujukan kehamilanpersalinankomplikasi neonatal pada situasi yang sehat dapat ditingkatkan. Maka sebuah perhatian yang amat besar dikembangkan pada peran dukun bayi dan berbagai skema training untuk dukun bayi yang telah dimulai di berbagai Negara- negara berkembang sejak awal tahun 1970-an. Bidang-bidang utama pada training dukun bayi adalah : 1 Meningkatkan keamanan dalam praktek-praktek dukun bayi, seperti kebersihan, khususnya mencuci tangan dan prosedur mencuci atau mensterilkan peralatan pemotong. 2 Tidak ada interferensi selama persalinan. 58 58 3 Perawatan ibu sebelum, selama dan setelah persalinan. 4 Identifikasi dan rujukan bagi ibu yang berisiko. 5 Menjauhi melakukan sesuatu yang berhubungan dengan praktek tradisional yang berbahaya dan hidup menyendiri atau mendukung hal-hal tersebut yang mengangkat dukungan psykososial. Saat konsep dukun bayi menjadi lebih populer hari demi hari masih terdapat beberapa masalah yang dihadapi. 1 Buruknya system organisasi untuk mengawasi dukun bayi yang telah dilatih. 2 Menyediakan training yang berkelanjutan untuk mereka. 3 Ketersediaan suplai dasar, seperti peralatan tali perawatan cord care kits. Pengawasan dukun bayi merupakan hubungan yang utama antara mereka dan system perawatan kesehatan formal. Pemotongan pengawasan personal kesehatan, system transportasi yang tidak memadai dan sumber financial yang tidak mencukupi, masalah-masalah yang disebutkan pada suvei WHO pada tahun 1972 mengingatkan kita pada rintangan utama untuk mengembangkan pengawasan yang baik. Meskipun memberikan perhatian pada dukun-dukun bayi namun bukan merupakan sesuatu yang berarti bahwa mereka kurang mementingkan memberikan rujukan ke rumah sakit, personil pusat pengobatan dan atau Gyn Obs dengan dokter dan perawat-perawat yang berkualifikasi baik. Meskipun disana tidak terdapat transportasi yang disediakan untuk para ibu yang dengan risiko kematian tinggi. Sama jika kita tidak memiliki ketersediaan obat-obatan yang cukup dan aman untuk penyakit- penyakit ringan pada saat hamil kondisinya mungkin juga tidak mengalami perubahan.

b. Halangan Implementasinya.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun

6 120 176

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Dukun Bayi terhadap Tindakan Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara

2 40 79

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

4 82 129

Persepsi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Terhadap Pelayanan Kefarmasian Sesuai PP No. S1 Tahun 2009

1 47 57

Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008

0 29 139

PENGARUH PELATIHAN PIJAT BAYI TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DUKUN BAYI DI WILAYAH KERJA Pengaruh Pelatihan Pijat Bayi Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Dukun Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdowo Klaten.

2 14 16

PENGARUH PELATIHAN PIJAT BAYI TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DUKUN BAYI DI WILAYAH KERJA Pengaruh Pelatihan Pijat Bayi Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Dukun Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdowo Klaten.

0 1 11

TINGKAT PARTISIPASI SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMP NEGERI 2 MREBET KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA.

0 1 93

REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DALAM MENINGKATKAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG

0 0 8

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN DBD DI WILAYAH PUSKESMAS PURBALINGGA KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 16