47 47
11. Meningkatkan profesionalisme. 12. Memobilisasi pendanaan masyarakat.
13. Mendorong kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan. Kemitraan bidan dan dukun bayi merupakan hal yang dianjurkan dalam pelayanan
pertolongan persalinan di Polindes Depkes RI. 2000.
6. Dukun Beranak Masih Jadi Favorit Bagi Keluarga Miskin
Hasil penelitian yang dilakukan Woman Research Institute WRI selama 2007 di tujuh kabupaten di Indonesia menunjukkan, hingga kini sebagian perempuan dari
keluarga miskin masih memilih menggunakan jasa dukun beranak untuk membantu proses persalinan. Jaminan pelayanan kesehatan gratis ternyata tidak serta merta
mengurangi pilihan perempuan miskin untuk ke dukun. Ini masih terjadi di beberapa daerah seperti di Lebak, Lampung Utara dan Sumba Barat.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Lampung Utara Lampung, Lebak Banten, Indramayu Jawa Barat, Solo Jawa Tengah, Jembrana Bali, Lombok
Tengah Nusa Tenggara Barat, dan Sumba Barat Nusa Tenggara Timur hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor yang berpengaruh, meliputi belum meratanya sosialisasi layanan kesehatan gratis, tingkat pendidikan dan pendapatan, jumlah anak, jarak rumah dan
fasilitastenaga kesehatan serta besarnya biaya persalinan di fasilitastenaga kesehatan. Semakin rendah tingkat pendidikan dan pendapatan, pilihan persalinan semakin
banyak ke dukun. Semakin banyak anak pilihan persalinan semakin banyak ke dukun. Semakin jauh dan semakin sulit jarak tempuh ke fasilitastenaga kesehatan, dukun
menjadi alternatif pilihan utama. Apalagi dukun lebih mudah di akses karena lebih
48 48
dekat dengan masyarakat dan lebih dipercaya, pelayanannya dianggap paripurna dan pembayarnnya lebih fleksibel karena kadang bisa dibayar dengan barang.
Menurut hasil penelitian, sebagian besar perempuan miskin memandang biaya persalinan di fasilitastenaga kesehatan mahal, minimal Rp. 300 ribu, sementara biaya
persalinan di dukun beranak kurang dari Rp. 300 ribu. Kendati fasilitas dan tenaga kesehatan rata-rata cukup tersedia di semua daerah namun
menurut sebagian besar perempuan miskin jarak antara tempat tinggal mereka dengan fasilitastenaga kesehatan cukup jauh, waktu tempuhnya lama dan biaya transportasinya
mahal. Berkenaan dengan hal itu, Direktur Bina Kesehatan Ibu Departemen Kesehatan
menjelaskan bahwa persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan terampil memang meningkatkan risiko kematian ibu melahirkan. Namun demikian, dukun
beranak yang seringkali dipilih ibu hamil untuk membantu persalinan secara tradisional tidak bisa langsung dihilangkan keberadaannya. Karena mereka telah sejak lama
menjadi bagian dari tradisi dan hingga kini masih banyak dipercaya untuk membantu persalinan.
Oleh karena itu, dalam kebijakannya Depatemen Kesehatan juga tak hendak langsung menghapuskan peran dukun beranak dalam proses persalinan. Justru
berupaya membangun kemitraan antara bidan dan dukun untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan. Dalam kemitraan itu, ada pembagian tugas antara bidan dan
dukun, bidan bertugas membantu keseluruhan proses kelahiran dan dukun membantu kegiatan lain di luar persalinan seperti membawa ibu hamil ke tenaga kesehatan,
memandikan bayi dan yang lainnya.
49 49
Departemen Kesehatan, juga memberikan pelatihan bagi dukun dan mendidik keturunan para dukun menjadi bidan. Profesi dukun beranak biasanya diturunkan,
dengan mendidik keturunan mereka menjadi bidan harapan selanjutnya tidak ada lagi keturunannya menjadi dukun Harian Global, 2008.
Dukun bayi sering berasal dari kelompok kultur yang sama dengan wanita yang memerlukan perawatan mereka. Mereka sering berbicara dengan bahasa yang sama,
mengerti kulturnya, hidup cukup dekat sehingga siap sedia setiap saat, dan dapat menyediakan dukungan secara emosional dan fisik bagi para wanita hamil. Namun,
kebanyakan dukun bayi tidak mempunyai pengetahuan atau keterampilan teknis untuk membantu wanita dengan beberapa komplikasi kehamilan, seperti kelainan hipertensi
kehamilan, perdarahan, infeksi, obstructed labor, dan komplikasi keguguran atau aborsi. Dukun bayi membutuhkan training yang ektensive dan peralatan-peralatan
untuk dapat membantu wanita dengan komplikasi kehamilan. Dukun bayi mempunyai pengetahuan yang sangat luar biasa tentang kelahiran. Mereka
tidak mempunyai banyak pengetahuan tentang beberapa hal penting, namun mereka mempunyai pemahaman yang luas tentang cara kerja kelahiran secara normal Haney,
2001. Interview-interview dengan dukun bayi secara jelas mengindikasikan kebutuhan
untuk meningkatkan kemampuan praktek persalinan mereka dan pengetahuannya melalui training dan memperketat pengawasannya. Khususnya untuk praktek-praktek
berikut ini yang membutuhkan perhatian dan peningkatan : a. Menekan dan mendorong abdomen agar placenta dapat keluar.
b. Metode sterilisasi.
50 50
c. Memeras tali pusat. d. Memandikan bayi baru lahir.
e. Saran-saran kepada ibu paska persalinan. f.
Menghangatkan ibu yang baru melahirkan. g. Penggunaan obat-obatan.
h. Identifikasi wanita hamil yang berisiko buruk dalam persalinannya. Mayoritas`dukun bayi mengekspresikan untuk berkolaborasi dengan para staf
pusat-pusat kesehatan untuk menerima training dan tergabung dalam asosiasi dukun bayi. Dukun bayi seharusnya menerima training tambahan dan menyediakan informasi-
informasi yang akurat kepada para staf di pusat-pusat kesehatan untuk membantu dan mengerjakan tugas-tugas mereka Parco, Jacobs, 2000.
7. Dukun bayi di negara-negara berkembang.