Bimbingan Coaching TINJAUAN PUSTAKA

25 25 b. Saling memahami kemampuan masing-masing. c. Saling menghubungi. d. Saling mendekati. e. Saling bersedia membantu dan dibantu. f. Saling mendorong dan mendukung. g. Saling menghargai. 3. Prinsip Dasar a. Kesetaraan. b. Keterbukaan. c. Saling menguntungkan Fajar, 2006.

B. Bimbingan Coaching

Bimbingan merupakan sarana yang dirancang untuk memperbaiki kinerja dan perilaku seseorang, baik secara formal maupun informal. Melalui bimbingan diharapkan adanya peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan perilaku yang mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam perkembangan IPTEK saat ini. Komponen utama dalam bimbingan berdasarkan kompetensi adalah penggunaan bimbingan, dimana para fasilitator klinis memberikan mengenai keterampilan atau aktivitasnya terlebih dahulu, kemudian memberikan demonstrasi dengan menggunakan model atau alat ajar seperti slide, video. Setelah melakukan demonstrasi prosedur dan diskusi kemudian para fasilitator dapat mengamati dan berkomunikasi untuk membimbing peserta dalam mempelajari keterampilan dan kegiatan yang memerlukan perhatian kemajuan belajar serta membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta. 26 26 Ada perbedaan antara bimbingan berdasarkan kompetensi dan proses belajar secara tradisional. Bimbingan berdasarkan kompetensi dapat memberikan keberhasilan kinerja dalam pekerjaan mereka seperti : keterampilan memberi pelayanan kesehatan karena lebih menekankan pada bagaimana perserta mengerjakan sesuatu kombinasi antara pengetahuan, sikap dan keterampilan, sedangkan pengajaran tradisional yang menekankan penilaian pada informasi apa yang sudah dipelajari oleh peserta. 1. Pengertian Bimbingan adalah suatu proses pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta baik perorangan atau kelompok untuk memecahkan permasalahannya sendiri dan didampingi oleh fasilitator. Bimbingan melibatkan peserta dan fasilitator dalam dialog satu lawan satu dan mengikuti suatu proses yang tersusun, diarahkan pada tanggung jawab memelihara kemajuan dan kinerja yang baik serta hubungan kerja positif antara fasilitator dan staf. 2. Tujuan Kegiatan ini bertujuan agar peserta dapat : a. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual. b. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman pembelajaran dengan bimbingan dan mengembangkan profesional peserta. c. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan yang diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan keterampilan peserta dalam mengambil tanggung jawab dan pekerjaan 27 27 mendatang. d. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan mengatasi permasalahan yang dihadapi mereka. 3. Proses Bimbingan a. Sebelum praktek peserta sebaiknya mengadakan pertemuan untuk mereview kegiatan, termasuk langkah-langkah yang perlu ditekankan dalam praktek kinerja. b. Dalam praktek, fasilitator mengamati, membimbing, dan memberikan umpan balik kepada peserta pada saat mereka melaksanakan langkah- langkahkegiatan termasuk buku penuntun belajar. c. Setelah praktek, umpan balik seharusnya diberikan secepatnya. Dengan menggunakan penuntun belajar atau checklist keterampilan, fasilitator berdiskusi tentang kemampuan belajar peserta sesuai dengan kinerja mereka dan memberi saran perbaikan. Apabila pelatihan berdasarkan kompetensi digabungkan denga prinsip belajar orang dewasa, mastery learning, coaching dan humanistic, maka hasilnya akan sangat mengagumkan dan merupakan metoda yang paling efektif untuk mengajarkan keterampilan teknis. Dengan menggunakan pendekatan yang manusiawi maka dapat mengurangi ketegangan para peserta dan memperkecil ketidaknyamanan klien. Oleh karena itu, pendekatan dalam coaching yang lebih manusiawi adalah komponen yang penting untuk memperbaiki kualitas pelatihan keterampilan klinik yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pelayanan. 28 28 4. Ciri-ciri Fasilitator yang Efektif Seorang pelatih klinik yang efektif harus : a. Mahirproficient dalam keterampilan yang akan diajarkan b. Mendorong peserta mempelajari keterampilan baru c. Meningkatkan komunikasi terbuka dua arah d. Memberikan umpan balik sesegera mungkin dengan cara antara lain : 1 Menggunakan humor yang tepat 2 Mengamati peserta dan memperhatikan tanda-tanda stress 3 Memberikan istirahat yang teratur selama sesi coaching 4 Mengadakan perubahan terhadap suasana coaching yang rutin 5 Memusatkan perhatian pada keberhasilan peserta dan bukan pada kegagalan e. Gunakan metoda coaching dan alat bantu audiovisual yang bervariasi 1 Ceramah ilustrasi, peragaan, curah pendapata, diskusi 2 Latihanexercise pemecahan masalah untuk kelompok kecil atau individu 3 Bermain peran f. Melibatkan peserta sebanyak mungkin dalam merencanakan semua sesi sebelum coaching dan memberi peserta jadual dan garis besar coaching, penugasan pekerjaan rumah dan bahan-bahan, yang diperlukan. Selain ciri-ciri diatas seorang fasilitator juga hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Bersifat sabar dan memberikan dukungan 29 29 b. Memberikan penghargaan dan dukungan yang positif c. Memperbaiki kesalahan peserta sambil tetap memelihara harga diri peserta d. Mendengar dan memperhatikan. Peran pembimbing yang efektif melibatkan semua peserta dan memberi mereka umpan balik yang positif sementara fasilitator yang tidak efektif mengendalikan dan menolak keterlibatan dan secara khusus gagal memberikan umpan balik yang positif. 5. Model Bimbingan Model perilaku talah digunakan pada coaching di bidang industri dan telah berhasil dengan baik. Elemen yang esensial dari strategi coaching dalam coaching klinik dapat diuraikan dalam lima konsep yang membentuk akronim COACH. Setiap coaching klinis hendaknya menyertakan elemen-elemen ini : C = CLEAR PERFORMANCE MODEL MODEL KERJA YANG JELAS Kepada para peserta hendaknya diperhatikan secara jelas dan efektif keterampilan yang akan mereka pelajri O = OPENESS TO LEARNING KETERBUKAAN UNTUK BELAJAR Hendaknya menyertakan peserta dalam berbagai kegiatan yang dirancang untuk mempersiapkan belajar dan menggunakan keterampilan-keterampilan baru A = ASSESSMENT OF PERFORMANCE PENILAIAN KINERJA Coaching klinik hendaknya mengupayakan pengukuran kompetensi keterampilan yang diajarkan serta memberikan umpan balik terhadap 30 30 kemajuan kearah kinerja standar yang diinginkan C = COMMUNICATION KOMUNIKASI Komunikasi dua arah yang efektif antara peserta dan fasilitator merupakan faktor penting untuk memperoleh keterampilan awal dan dicapainya kompetensi keterampilan. H = HELP AND FOLLOW UP MENOLONG DAN TINDAK LANJUT Bimbingan klinis hendaknya mencakup juga perencanaan untuk aplikasi keterampilan baru pada lingkungan baru peserta dan membantu mengatasi hambatan dalam penggunaan keterampilan baru tersebut. Tabel 2.1. Perbandingan pelatih yang efektif dan yang tidak efektif Pembimbingan yang efektif Pembimbingan yang tidak efektif 1. Memfokuskan perhatian pada praktek klinis 1. Memfokuskan perhatian pada teori 2. Mendorong kerjasama dan hubungan antar sejawat 2. Menjaga jarak status diatas peserta 3. Berusaha mengurangi stress 3. Sering membuat stress 4. Mengadakan komunikasi dua arah 4. Menggunakan komunikasi satu arah 5. Melihat dirinya sebagai fasilitator 5. Melihat dirinya sebagai penguasa atau satu sumber pengetahuan 6. Keuntungan Bimbingan a. Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai dengan 31 31 minatnya. b. Dapat menilai masing-masing peserta dengan berbagai metode penilaian termasuk observasi dan interview c. Dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan peserta d. CoachingBimbingan lebih pada pendekatan personal dibanding dengan training kelompok e. Peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk melakukan keterampilan yang baru dipelajari karena bimbingan berlangsung terus menerus dan personal. 7. Faktor Penghambat dalam Bimbingan Coaching Untuk mengadakan suatu coaching tidaklah mudah karena banyak faktor yang harus terlibat. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah kepribadian yaitu kesesuaian dan ketidak sesuaian antara bawahan dan atasan. Yang menjadi hambatan disini adalah : a. Peran yang kurang jelas Sering terjadi ketidak jelasan apa sesungguhnya yang dilibatkan baik dari segi keterampilan maupun kegiatan. Disamping itu kurangnya pemahaman tentang siapa yang sesungguhnya bertanggung jawab dalam coaching, apa yang harus dilakukan, kapan dan bagagaimana melakukannya. Selain itu terdapat ketidak pastian mengenai seberapa banyak penyuluhan, pengarahan dan dukungan sosio-emosional yang dibutuhkan, apakah peserta siap, dan bersedia menerima bantuan. b. Gaya manajemen kurang sesuai 32 32 Kepercayaan peserta seringkali dipengaruhi oleh pandangan fasilitator mengenai tabiat atau sifat manusia. Besarnya pengawasan atau kebebasan yang diberikan oleh fasilitator kepada peserta seringkali tergantung pada anggapan fasilitator terhadap peserta. Dilain fihak, sikap yang ditunjukan oleh peserta sangat tergantung pada harapan dan keinginan mereka, apakah mereka menginginkan fasilitator dengan jiwa kepemimpinan yang kuat, apakah mereka menunjukkan kemandirian, ketergantungan, inisiatif dan kretifitas. Coaching mempertegas hubungan baik yang terjalin antara fasilitator dan peserta sekaligus perilaku dan harapan kedua belah pihak. c. Kesulitan dalam kontak pribadi secara langsung Coaching melibatkan pengarahan dengan kontak langsung, hal ini sering menimbulkan kesulitan bagi fasilitator yang tidak terbiasa melakukan hubungan tatap muka satu lawan satu dengan peserta untuk jangka waktu tertentu. Fasilitator merasa takut bahwa situasi ini akan dapat membongkar kekurangannya, baik yang berkaitan dengan pengetahuan teknis maupun keahlian khususnya. d. Keterampilan komunikasi tidak memadai Keterampilan komunikasi tulis dan lisan sangat penting dalam situasi coaching. Keberhasilan dan kegagalan fasilitator tergantung pada kemampuan mereka dalam menyampaikan pikiran, perasaan dan kebutuhan. 33 33 Besar kemungkinan fasilitator juga gagal dan tidak berniat mengungkapkan pengalamannya atau pengetahuan pribadinya yang dapat membantu peserta untuk belajar. e. Kurangnya kesediaan atau kemauan Seorang peserta harus siap dan bersedia menerima fasilitator. Kedua belah fihak harus menganggap coaching sebagai proses meraih kemajuan dan peningkatan yang bertujuan mengebangkan keterampilan dalam suatu lokasi kerja. Peserta yang menunjukkan sikap kurang kemauan dan bekerja tidak sebagaimana mestinya dapat menyulitkan dalam proses coaching. f. Kurangnya motivasi Sebagai fasilitator akan mempunyai tugas tambahan untuk menciptakan lingkungan bermotivasi bagi peserta. Oleh karenanya motivasipun lebih banyak ditumpukan pada keinginan menguasai pengetahuan keterampilan baru dan mendapatkan kesempatan dalam mengambil keputusan. g. Tekanan dalam pekerjaan Ada beberapa alasan mengapa fasilitator tidak termotivasi dan ragu menjadi fasilitator, satu diantaranya karena mereka menganggap organisasi menitik beratkan pada sikap “ Lakukan sendiri tugasmu; untuk itu kamu dibayar” Alasan lain pelatihan akan menyita banyak waktu, kecemasan menghadapi kegagalan. h. Melakukan kesalahan 34 34 Sekalipun orang tahu bahwa dari kesalahan kita dapat memetik suatu pelajaran namun baik fasilitator maupun peserta takut melakukan dan mengakui kesalahan dan cenderung menyembunyikannya rapat-rapat. Padahal seandainya kesalahan itu diakui lebih awal akan lebih banyak waktu dan tenaga yang dapat diselamatkan. Membangun kepercayaan dalam hubungan coaching akan menyingkirkan situasi seperti ini. 8. Kesimpulan Coaching menyangkut pengembangan peserta dalam pekerjaan keterampilan mereka saat ini bukan sekedar memperbarui pengetahuan mereka. Coaching lebih berkaitan dengan upaya membantu peserta untuk memperluas pengetahuan serta mengebangkan kemampuan dan bakat secara penuh dalam pekerjaan keterampilan mereka saat ini. Dengan kata lain coaching membantu peserta untuk tumbuh dan berfikir bagi diri sendiri, lebih percaya diri serta sekaligus mempunyai kepercayaan untuk menangani lebih banyak tanggung jawab dan menghadapi tantangan yang lebih besar UGM. 2003.

C. Pengertian Peranan dan Perilaku 1. Pengertian Peranan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun

6 120 176

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Dukun Bayi terhadap Tindakan Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara

2 40 79

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

4 82 129

Persepsi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Terhadap Pelayanan Kefarmasian Sesuai PP No. S1 Tahun 2009

1 47 57

Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008

0 29 139

PENGARUH PELATIHAN PIJAT BAYI TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DUKUN BAYI DI WILAYAH KERJA Pengaruh Pelatihan Pijat Bayi Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Dukun Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdowo Klaten.

2 14 16

PENGARUH PELATIHAN PIJAT BAYI TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DUKUN BAYI DI WILAYAH KERJA Pengaruh Pelatihan Pijat Bayi Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Dukun Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdowo Klaten.

0 1 11

TINGKAT PARTISIPASI SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMP NEGERI 2 MREBET KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA.

0 1 93

REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DALAM MENINGKATKAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG

0 0 8

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN DBD DI WILAYAH PUSKESMAS PURBALINGGA KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 16