76 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Gambaran umum
Pertemuan dukun bayi di Kabupaten Purbalingga dilaksanakan mulai tahun 2005, namun istilah yang digunakan kadang disebut kemitraan. Di Puskesmas Mrebet
pertemuan dukun bayi dilakukan secara rutin setiap jumat kliwon untuk semua dukun bayi diwilayah kerja Puskesmas Mrebet terdapat sebanyak 48 dukun bayi. Pada
penelitian ini bimbingan dilakukan secara intensif setiap hari jumat selama 2 bulan. Adapun yang memberikan bimbingan baik pengetahuan maupun keterampilan adalah
dokter dan bidan Puskesmas, bimbingan dengan cara ceramah dan peragaan atau praktek menggunakan alat peraga.
2. Karakteristik subyek penelitian
Sebagai gambaran karakteristik subyek penelitian dalam penelitian ini adalah dukun bayi diwilayah kecamatan Mrebet dimana terdapat dua Puskesmas yaitu
Puskesmas Mrebet dan Puskesmas Serayu Larangan, dukun bayi diwilayah Puskesmas Mrebet diberi bimbingan jumlah 48 dukun bayi dan dukun bayi diwilayah Puskesmas
Serayu Larangan tidak diberi bimbingan jumlah 30 dukun bayi, dimana umur dan pendidikannya cukup bervariasi.
77 77
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dari dukun bayi sebelum mengikuti bimbingan yang tingkat pengetahuannya baik 3 dukun bayi 6,25 dan
kurang 45 dukun bayi 95,75. Jadi pengetahuan para dukun bayi pada umumnya masih kurang.
Tabel 4.1. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan
kelompok perlakuan sebelum mengikuti bimbingan No
Tingkat pengetahuan Frekuensi
Persentase 1
Baik 3
6,25 2
Kurang 45
95,75 Jumlah
48 100
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dukun bayi setelah mengikuti bimbingan secara intensif yang tingkat pengetahuannya baik 47 dukun bayi 97,92
dan kurang 1 dukun bayi 2,08. Jadi ada perubahan yang berarti dibanding sebelum mengikuti bimbingan secara intensif dimana ada peningkatan pengetahuan dari dukun
bayi, sebelum mendapat bimbingan yang intensif dukun bayi yang pengetahuannya baik 3 6,25 dan setelah mendapat bimbingan intensif menjadi 47 dukun bayi
97,92 jadi ada kenaikan jumlah dukun bayi yang tingkat pengetahuannya baik 44 dukun bayi 91,67.
Tabel 4.2. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan kelompok perlakuan sesudah mengikuti bimbingan
No Tingkat pengetahuan
Frekuensi Persentase
1 Baik
47 97,92
2 Kurang
1 2,08
Jumlah 48
100
78 78
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dari dukun bayi kelompok kontrol yang tidak diberi bimbingan secara intensif dari hasil pretest diperoleh yang
tingkat pengetahuannya baik 3 dukun bayi 10 dan yang kurang 27 dukun bayi 90.
Tabel 4.3. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan kelompok kontrol sebelum mengikuti bimbingan
No Tingkat pengetahuan
Frekuensi Persentase
1 Baik
3 10
2 Kurang
27 90
Jumlah 30
100
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dari dukun bayi kelompok kontrol yang tidak diberi bimbingan secara intensif dari hasil post-test diperoleh yang
tingkat pengetahuannya baik 1 dukun bayi 3,33 dan yang kurang 29 dukun bayi 96,67. Jadi dari hasil pre dan post test pada kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan bimbingan secara intensif tidak ada perubahan yang berarti dari tingkat pengetahuannya.
Tabel 4.4. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan kelompok kontrol sesudah mengikuti bimbingan
No Tingkat pengetahuan
Frekuensi Persentase
1 Baik
1 3,33
2 Kurang
29 96,67
Jumlah 30
100
79 79
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa tingkat keterampilan dari dukun bayi sebelum mengikuti bimbingan yang tingkat keterampilannya baik 3 dukun bayi 10,42 dan
kurang 45 dukun bayi 89,58. Jadi keterampilan para dukun bayi pada umumnya masih kurang.
Tabel 4.5. Distribusi responden menurut tingkat keterampilan kelompok perlakuan sebelum mengikuti bimbingan
No Tingkat keterampilan
Frekuensi Persentase
1 Baik
5 10,42
2 Kurang
43 89,58
Jumlah 48
100
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa tingkat keterampilan dukun bayi setelah mengikuti bimbingan secara intensif yang tingkat keterampilannya baik 38 dukun bayi 79,17
dan kurang 10 dukun bayi 20,83. Jadi ada perubahan yang berarti dibanding sebelum mengikuti bimbingan secara intensif dimana ada peningkatan keterampilan
dari dukun bayi, sebelum mendapat bimbingan yang intensif dukun bayi yang keterampilannya baik 5 10,42 dan setelah mendapat bimbingan intensif menjadi 38
dukun bayi 79,17 jadi ada kenaikan jumlah dukun bayi yang tingkat keterampilannya baik 33 dukun bayi 68,75.
Tabel 4.6. Distribusi responden menurut tingkat keterampilan kelompok perlakuan sesudah mengikuti bimbingan
No Tingkat keterampilan
Frekuensi Persentase
1 Baik
38 79,17
2 Kurang
10 20,83
Jumlah 48
100
80 80
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa tingkat keterampilan dari dukun bayi kelompok kontrol yang tidak diberi bimbingan secara intensif diperoleh yang tingkat
keterampilannya baik 2 dukun bayi 6,67 dan yang kurang 28 dukun bayi 93,33. Tabel 4.7. Distribusi responden menurut tingkat keterampilan
kelompok kontrol sebelum mengikuti bimbingan No
Tingkat keterampilan Frekuensi
Persentase 1
Baik 2
6,67 2
Kurang 28
93,33 Jumlah
30 100
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa tingkat keterampilan dari dukun bayi kelompok kontrol yang tidak diberi bimbingan secara intensif diperoleh yang tingkat
keterampilannya baik 2 dukun bayi 6,67 dan yang kurang 28 dukun bayi 93,33. Jadi dari hasil tersebut pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan bimbingan
secara intensif tidak ada perubahan yang berarti dari tingkat keterampilannya. Tabel 4.8. Distribusi responden menurut tingkat keterampilan
kelompok kontrol sesudah mengikuti bimbingan No
Tingkat keterampilan Frekuensi
Persentase 1
Baik 2
6,67 2
Kurang 28
93,33 Jumlah
30 100
B. Pengujian hipotesis Pengaruh bimbingan tenaga kesehatan terhadap pengetahuan dan keterampilan dukun bayi
81 81
Analisis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan terhadap pengetahuan dan keterampilan dukun bayi di Puskesmas Mrebet Kabupaten
Purbalingga.
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa bimbingan tentang kesehatan ibu dan anak KIA kepada dukun bayi memberikan peningkatan skor pengetahuan dukun bayi
tentang KIA yang lebih tinggi, dan peningkatan tersebut secara statistik signifikan mean 1= 7.44 versus mean 2= 0.23; p= 0.000. Dengan kata lain, bimbingan tentang
KIA yang dilakukan oleh dokter dan bidan efektif dalam meningkatkan pengetahuan dukun bayi tentang berbagai aspek pelayanan KIA, meliputi pengetahuan tentang
perawatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, gizi, imunisasi, dan sebagainya.
Tabel 4.9. Hasil uji t tentang perbedaan perubahan skor pengetahuan sebelum dan sesudah antara kelompok dukun bayi dengan dan tanpa bimbingan tenaga
kesehatan
Pengetahuan sesudah minus sebelum bimbingan
n Mean
SD t
p - Bimbingan 48
7,44 2,02
19,79 0,000
- Tanpa bimbingan 30
0,23 1,19
82 82
Tabel 4.10. menunjukkan bahwa bimbingan tentang kesehatan ibu dan anak KIA kepada dukun bayi memberikan peningkatan skor ketrampilan dukun bayi tentang KIA
yang lebih tinggi, dan peningkatan tersebut secara statistik signifikan mean 1= 3.19 versus mean 2= 0.10; p= 0.000. Dengan kata lain, bimbingan tentang KIA yang
dilakukan oleh dokter dan bidan efektif dalam meningkatkan ketrampilan dukun bayi tentang berbagai aspek pelayanan KIA, meliputi ketrampilan tentang perawatan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, gizi, imunisasi, dan sebagainya.
Tabel 4.10. Hasil uji t tentang perbedaan perubahan skor keterampilan sebelum dan sesudah antara kelompok dukun bayi dengan dan tanpa bimbingan tenaga
kesehatan
Pengetahuan sesudah minus sebelum bimbingan
n Mean
SD t
p
83 83
- Bimbingan 48 3,19
1,12 17,34
0,000 - Tanpa bimbingan
30 0,10
0,40
C. Pembahasan