perusahaan yang adil terhadap karyawan sesuai dengan kontribusinya, keadilan dalam memberikan maksukan pada
perusahaan, Terhindarnya
perusahaan dari
praktik-praktik diskriminasi dan keadilan dalam proses seleksi karyawan.
Tabel 16. Penilaian Karyawan Mengenai Fairness.
No Pernyataan
Rataan Skor
Pernyataan Jawaban
9 Saya sudah diperlakukan secara adil
oleh perusahaan sesuai dengan apa yang saya kerjakan
2,90 Setuju
10 Saya mempunyai hak untuk
memberikan masukan kepada perusahaan secara adil
3,07 Setuju
11 Diskriminasi TIDAK pernah terjadi
dalam perusahaan 3,01
Setuju
12 Proses Rekrutmen dan seleksi
karyawan selalu berjalan dengan adil 3,04
Setuju
Total
3,03 Setuju
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa penilaian karyawan terhadap penyataan Saya mempunyai hak untuk
memberikan masukan kepada perusahaan secara adil memiliki skor rataan tertinggi yaitu 3,07 dengan interpretasi jawaban setuju
terhadap pernyataan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah memberikan hak yang adil untuk semua karyawan dalam
memberikan saran bagi perusahaan. Sedangkan pada pernyataan saya sudah diperlakukan secara
adil oleh perusahaan sesuai dengan apa yang saya kerjakan memiliki skor rataan terendah yaitu 2,90 dengan interpretasi
jawaban setuju
terhadap pernyataan.
Perusahaan perlu
memperhatikan kesesuaian antara kontribusi yang telah diberikan karyawan terhadap perusahaan dengan reward yang diperoleh
karyawan.
4.7. Penilaian Karyawan Terhadap Prioritas Prinsip GCG yang Sangat
Penting untuk diperbaiki.
Analisis persepsi responden terhadap prioritas GCG yang sangat penting untuk diperbaiki berdasarkan prinsip-prinsip GCG yaitu:
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan fairness. Responden memberikan peringkat berdasarkan prioritas prinsip GCG yang
perlu diperbaiki. Prioritas yang dimaksud adalah prinsip-prinsip GCG yang sangat penting untuk diperbaiki oleh perusahaan. Jawaban karyawan
terkait prinsip-prinsip GCG yang menjadi prioritas perbaikan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Penilaian Karyawan Terhadap Prioritas perbaikan GCG.
No Prinsip GCG
Jumlah karyawan yg menjawab sangat penting
Persentase 1
Transparansi 27 orang
38
2 Akuntabilitas
8 orang 11,3
3 Responsiilitas
10 orang 14
4
Independensi 2 orang
2,8
5 Fairness
36 orang 50
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa sebesar 50 karyawan atau 36 orang menjawab fairness merupakan prinsip GCG yang sangat
penting untuk diperbaiki. Hal ini perlu menjadi pertimbangan perusahaan untuk mengevaluasi penerapan fairness pada perusahaan.
4.8. Analisis Pengaruh Budaya Korporat terhadap GCG
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan, diperoleh karakteristik karyawan yang menampilan bahwa karyawan perempuan
mendominasi jumlah karyawan pada PT XYZ yaitu sebesar 56,3 atau 40 orang, mayoritas karyawan karyawan berumur 31-40 tahun sebesar 59,2
atau 42 orang, mayoritas karyawan berpendidikan S1 sebesar 69 atau sebesar 49 orang, mayoritas karyawan memiliki masa kerja 10 tahun
sebesar 53,5 atau 38 orang, mayoritas karyawan yang dijadikan sample berasal dari divisi clain sebesar 22,5 atau sebesar 16 orang, mayoritas
karyawan memiliki jabatan sebagai senior clerk sebesar 21,1 atau 15 orang, dan hampir semua karyawan berstatus pegawai tetap sebesar 98,6
atau 70 orang. Model persamaan struktural SEM digunakan untuk mengetahui
bentuk dan besar pengaruh antara variabel laten eksogen, yaitu budaya korporat dengan variabel laten endogen, yaitu GCG.
Gambar.12 Koefisien Lintas Model Pengaruh Budaya Korporat terhadap GCG Model 1
Gambar.13 Uji-t Model Pengaruh Budaya Korporat terhadap GCG. Model 1.
Hasil pengolahan data menggunakan Lisrel 8.30 menyatakan bahwa budaya korporat
ξ memiliki pengaruh positif terhadap implementasi GCG η yang dapat dilihat dari nilai koefisien konstruk γ
sebesar 0,85. Budaya korporat juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi GCG karena memiliki t-value lebih besar dari 1,96
yaitu sebesar 10,57 sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya korporat memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap implementasi
CF
Integ TW
Innov Prof
Trans Akun
Fair Res
Inde
CF
Integ TW
Innov Prof
Trans Akun
Fair Res
Inde
GCG. Hal menunjukkan bahwa jika penerapan budaya korporat dilakukan dengan sangat baik maka budaya korporat mampu meningkatkan
implementasi GCG pada PT XYZ. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis H1 yaitu pengaruh budaya korporat memiliki
pengaruh positif terhadap implementasi GCG dapat diterima. Pada uji signifikansi mempunyai syarat pada masing-masing
loading factor λ pada variabel laten budaya korporat eksogen dan
variabel laten GCG endogen harus memiliki t-value lebih besar dari 1,96. Pada Gambar 13 hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa indikator Y3
yaitu fairness memiliki t- value lebih kecil dari 1,96 sebesar 0,97, sehingga indikator tersebut harus dikeluarkan dari model. Hal ini mengindikasikan
bahwa implementasi fairness pada PT XYZ belum berjalan dengan optimal sehingga perlu dilakukan perbaikan agar implementasi dapat
berjalan dengan baik. Selanjutnya dilakukan metode trimming yaitu mengeluarkan koefisien jalur yang tidak bermakna atau signifikan dari
model Wijanto dalam Setyohadi, 2008. Gambar 14 dan 15 menjelaskan hasil pengolahan data setelah
membuang indikator Y3 yaitu fairness karena t-value yang tidak signifikan.
Gambar 14. Koefisien Lintas Model Pengaruh Budaya Korporat terhadap GCG Model 2.
TW Innov
Trans
Res
CF
Integ
Prof
Akun
Inde
Gambar 15. Nilai Signifikan Test Uji-t Model Pengaruh Budaya Korporat terhadap GCG. Model 2.
Setelah mengeluarkan indikator fairness dari model diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Gambar 14 dan Gambar 15. Terdapat perubahan
nilai koefisien konstruk γ dari model 1 sebesar 0,85 menjadi 0,87 pada
model 2. Selain itu pada uji signifikansi terdapat perubahan pada model 1 koefisien konstruk γ sebesar 10,57 menjadi 10,68 pada model 2.
Meskipun mengalami perubahan namun hasil pada model 2 budaya korporat masih mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
implementasi GCG. Tahap selanjutnya adalah Uji kecocokan model. Dalam tahap ini,
akan memeriksa tingkat kecocokan antara data dengan model. Uji kecocokan yang dimaksud adalah uji kecocokan keseluruhan model
overall model fit. Menurut Wijanto dalam Setyohadi 2008, uji kecocokan keselurah model terdiri dari tiga jenis ukuran kecocokan yaitu:
Ukuran kecocokan absolut Ukuran ini menentukan derajat prediksi model keseluruhan model
struktural dan pengukuran terhadap matrik korelasi dan kovarian. Terdiri dari Chi
–square, Degree of freedom, Goodness of Fit Index
CF
Integ
Prof
Akun
Inde
TW
Innov
Trans
Res
GOF, Root Mean Square Error of Approximation RMSEA, Root Mean Square Residual RMSR.
Ukuran kecocokan inkremental Ukuran ini membandingkan model yang diusulkan dengan model
dasar baseline model. Terdiri dari Adjusted Godness of Fit Index AGFI, Normed Fit Index NFI, Non Normed Fit Index NNFI,
Comparative Fit Index CFI, Incremental Fit Index IFI, Relative Fit Index RFI.
Ukuran kecocokan Parsimoni Ukuran ini mengaitkan Goodness of Fit GOF model dengan jumlah
parameter yang diestimasi, yakni yang diperlukan untuk mencapai kecocokan pada tingkat tersebut. Terdiri dari Parsimonious Goodness
of Fit Index PGFI dan Parsimonious Normed Fit Index PNFI.
Tabel 18. Perbandingan Antar Model Berdasarkan Uji Kecocokan Good Of
Fit Model 1
Model 2 Syarat
Keterangan Model 1
Ukuran Kecocokan Absolut Chi-
square 44,06
39,08 Nilai Kecil
Good fit
Degree of freedom
33 26
Nilai Positif, lebih kecil
Good fit
P- Value 0,0944
0,0479 ≥ 0,05 good fit
GFI 0,97
0,97 GFI
≥ 0,90 good fit, 0,80
≤ GFI ≤ 0,90 marginal fit
Good fit
RMSEA 0,069
0,085 RMSEA
≤ 0,08
good fit, RMSEA ≤ 0,05 close fit
Good fit
RMSR 0,075
0,078 RMSR
≤ 1 good fit
Good fit
Ukuran Kecocokan Inkremental AGFI
0,95 0,95
AGFI ≥ 0,90 good
fit, 0,80 ≤ AGFI ≤
0,90 marginal fit Good fit
NFI 0,94
0,95 NFI
≥ 0,90 good fit, 0,80
≤ NFI ≤ 0,90 marginal fit
Good fit
NNFI 1,05
1,03 NNFI
≥ 0,90 good fit, 0,80
≤ NNFI ≤ 0,90 marginal fit
Good fit
Lanjutan Tabel 18. Perbandingan Antar Model Berdasarkan Uji Kecocokan
Good Of Fit
Model 1 Model 2
Syarat Keterangan Model
2 CFI
1,00 1,00
CFI ≥ 0,90 good
fit, 0,80 ≤ CFI ≤
0,90 marginal fit Good fit
IFI 1,03
1,02 IFI
≥ 0,90 good fit, 0,80
≤ IFI ≤ 0,90 marginal fit
Good fit
RFI 0,92
0,93 RFI
≥ 0,90 good fit, 0,80
≤ RFI ≤ 0,90 marginal fit
Good fit
Ukuran Kecocokan Parsimoni PNFI
0,69 0,68
Nilai yang lebih tinggi lebih baik
Good fit
PGFI 0,58
0,56 Nilai yang lebih
tinggi lebih baik Good fit
Berdasarkan perbandingan uji kecocokan model keseluruhan overall fit model antara model 1 dan model 2 hasil uji kecocokan, yang
digunakan adalah model 1 setelah melalui tahap modifikasi model dengan mengeluarkan indikator Y3 yaitu fairness. Model 1 memberikan hasil uji
kecocokan yang lebih baik dibandingkan model 2 yaitu pada uji absolut nilai P-value sebesar 0,0944 P-value
≥ 0,05,
nilai RMSEA sebesar 0,069
RMSEA ≤ 0,08 dan pada uji parsimoni yaitu nilai PNFI dan PGFI yang
memberikan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan model 2. Sehingga model 1 digunakan dalam analisis lebih lanjut.
Tabel 19. Pengaruh Budaya Korporat Terhadap GCG
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan elemen budaya korporat yang dimiliki PT XYZ memiliki nilai loading
factor dan kontribusi yang positif dan signifikan dengan koefisien konstruk yang benilai positif sebesar 0,85. Hal ini menunjukkan bahwa
budaya korporat berpengaruh positif terhadap implementasi GCG yang
Simbol Elemen Budaya
Loading Factor
λ Koefisien
Konstruk γ
Kontribusi Nilai t-
value 1,96
X1 Customer Focused
0,37 0,85
0,31 5,28
X2 Intergrity
0,83 0,85
0,70 9,92
X3 Teamwork
0,72 0,85
0,61 8,20
X4 Innovation
0,65 0,85
0,55 7,84
X5 Professionalism
0,68 0,85
0,58 7,76
artinya, jika perusahaan meningkatkan implementasi budaya korporat dengan baik maka akan meningkatkan implementasi GCG pada
perusahaan. Berdasarkan Tabel 19, Integrity memiliki kontribusi terhadap GCG
sebesar 0,70 bernilai positif dan signifikan sebagai perkalian loading factor integrity X2 terhadap GCG sebesar 0,83 dengan koefisien
konstruk budaya korporat sebesar 0,85. Integrity merupakan variabel budaya korporat yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap
implementasi GCG di PT XYZ. Nilai kontribusi yang besar tersebut menunjukkan bahwa budaya korporat integrity yang diterapkan oleh PT
XYZ sudah berjalan sangat baik Integrity atau integritas merupakan konsep yang menunjukkan
konsistensi antara tindakan dengan nilai, prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang
Keraf,1998. Integritas merupakan aset tak berwujud yang akan meningkatkan reputasi dan kredibilitas perusahaan dimata stakeholders.
Integritas akan menghasilkan perilaku dan karakter unggul yang dapat di percaya, koperatif, tidak oportunistik dan akan memberikan perusahaan
daya saing yang kuat melalui keunggulan kompetitif. Karyawan PT XYZ dalam menjalankan tugasnya selalu dilandasi
pada integritas yang baik. Integritas sangat diperlukan terutama terkait transparansi dalam pelaporan keuangan, transparansi memberikan
informasi kepada para stakeholder sehingga integritas merupakan hal yang mutlak dibutuhkan. Integritas akan mendorong hubungan yang efektif
antara perusahaan dengan semua stakeholders dengan begitu akan memperkuat implementasi GCG pada perusahaan. Integritas sangat
mempengaruhi perilaku karyawan dalam pengambilan keputusan, jika perusahaan memiliki integritas yang tinggi setiap pengambilan keputusan
selalu memamatuhi kode etik dan peraturan yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan akan terhindar dari penyalahgunaan wewenang yang akan
berdampak buruk bagi perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PT
XYZ telah menerapkan budaya integritas yang baik sehingga hal tersebut dapat mendukung implementasi dari GCG.
Berdasarkan Tabel 19 customer focused memilki kontribusi terkecil terhadap GCG sebesar 0,31 bernilai positif dan signifikan
sebagai hasil perkalian loading factor customer focused X1 terhadap GCG sebesar 0,37 dengan koefisien konstruk budaya korporat terhadap
GCG sebesar 0,85. Kontribusi tersebut menunjukkan bahwa customer focused berpengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi GCG.
Customer focused atau fokus pelanggan merupakan elemen budaya korporat yang penting bagi perusahaan karena setiap aktivitas
bisnis yang dilakukan hasil akhir yang akan dicapai adalah kepuasan pelanggan. Hal ini selaras dengan Colley et al dalam Setiawan, 2007,
yang menempatkan customer pada posisi teraratas hirarki pemangku kepentingan karena pelanggan memiliki peranan penting dalam
kelangsungan dan keberlanjutan perusahaan. Sebagai perusahaan penyedia jasa asuransi PT XYZ berfokus pada
usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Semua aktivitas perusahaan tujuan akhirnya adalah untuk memberikan kepuasan
pelanggannya. Untuk mengetahui respon pelanggan atas pelayanan jasa yang diberikan oleh perusahaan, PT XYZ memiliki customer complaint
management yang diterapkan untuk mengetahui tanggapan, kritik, serta saran customer terhadap kualitas layanan perusahaan. Selain itu,
perusahaan telah menerapkan ISO 9001:2008 sebagai wujud kesungguhan perusahaan dalam menjaga kualitas pelayanan serta meningkatkan
kepercayaan customer. Nilai
kontribusi customer
focused yang
kecil terhadap
implementasi GCG harus dijadikan perusahaan sebagai hal yang harus selalu ditingkatkan terkait dengan kebijakan perusahaan yang menjadikan
pelanggan menjadi fokus utamanya seperti customer complaint management dan ISO 9001:2008. Upaya peningkatkan tersebut tentunya
harus didukung oleh pemahaman karyawan seluruh karyawan terhadap budaya customer focused. Budaya customer focused dapat tingkatkan
melalui komunikasi dua arah antara pemimpin dengan karyawan. Pemimpin haruslah mengetahui kendala-kendala yang dihadapi karyawan
di dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Dengan begitu akan terjadi umpan balik komunikasi yang akan meningkatkan kerjasama yang sinergi
dalam meningkatkan budaya customer focused. Selain itu lead by example perlu dilakukan oleh para pemimpin artinya bahwa kesadaran dan contoh
teladan akan budaya customer focused harus datang dari pucuk pimpinan, disemaikan ke bawah dengan berbagai media penyampaian. Setelah itu
memberikan keleluasaan pada karyawan berkreasi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan.
Selain itu, untuk meningkatkan kepuasan pelanggan perusahaan sebaiknya terus memperbaiki waktu layanan terkait dengan penyelesaian
claim, memperluas mitra usaha dan memberikan kemudahan akses bagi lebih banyak customernya di berbagai lokasi.
4.9. Analisis Implementasi GCG