Dalam budaya ini keeputusan sering diambil sebagai hasil intuisi, para pemimpin cenderung inventif dan berorientasi pada resiko. Ketaatan
karyawan diukur dari komitmen mereka terhadap nilai-nilai organisasi. Secara umum, karakteristik budaya ini adalah adaptabilitas, otonomi, dan
kreatifitas. 3.
Budaya Organisasi Klan. Merupakan budaya konsensus dengan tujuan pemeliharaan kelompok dan mengukur kinerja dalam pengertian apakah
memfasilitasi kesatuan dan moril. Otoritas diberikan kepada anggota organisasi secara umum dan dasar penggunakan kekuasaan berdasarkan
status informal. Pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif dan konsensus, dan gaya kepemimpinan dominan. Nilai karakteristik dari
organisasi adalah kesopanan, keadilan, integritas moral dan ekualitas sosial. 4.
Budaya Organisasi Hierarki. Merupakan budaya hirarkis untuk melaksanakan peraturan yang stabil dan terkontrol. Keputusan dibuat dan
dilaksanakan berdasarkan analisis faktual dan para pemimpin cenderung konservatif dan hati-hati. Kepatuhan karyawan dipantau berdasarkan
pengawasan dan pengontrolan. Mereka dinilai berdasarkan kriteria formal yang disepakati dan diharapkan menghargai nilai sekuriti. Nilai-nilai budaya
ini adalah formalitas, logika, kepatuhan dan keteraturan.
2.6 Model Budaya Organisasi
Fons Tropenaars dalam Wirawan 2008, mengemukakan model budaya organisasi dalam 3 lapisan berikut:
Gambar 3.Model Lapisan Budaya Menurut Tropenaars 1995 dalam Wirawan 2008.
Artefak dan Produk
Norma dan Nilai
Asumsi Dasar Imsplisit
1. Lapisan paling luar merupakan produk-produk eksplisit atau budaya
eksplisit. Budaya adalah realitas yang dapat diobservasi terdiri dari artefak- artefak dan produk-produk. Isi lapisan budaya organisasi adalah bahasa,
bagunan, pakaian, teknologi dan perilaku organisasi. 2.
Lapisan tengah merupakan norma dan nilai-nilai. Budaya eksplisit merefleksikan norma dan nilai-nilai. Norma merupakan rasa bersama yang
dimiliki kelompok mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Nilai-nilai menentukan definisi apakah sesuatu itu baik atau buruk dan karenanya
berhubungan dengan ide-ide yang dianut bersama kelompok. 3.
Inti. Merupakan asumsi mengenai eksistensi manusia. Untuk menjawab pertanyaan nilai-nilai antara budaya-budaya. Inti dari eksistensi manusia
merupakan acuan dasar. Nilai-nilai dasar manusia adalah melangkah untuk bertahan hidup atau tetap hidup menghadapi tantangan lingkungannya.
Anggota sistem sosial mengorganisasikan dirinya dan mengembangkan cara yang paling efektif untuk menghadapi tantangan lingkungannya
menggunakan sumber-sumber yang ada dan berhasil. Dari sini mereka menciptakan asumsi dasar mengenai eksistensi manusia. Asumsi dasar ini
dipergunakan sebagai pola berperilaku dan bertindak dalam menghadapi tantangan.
2.7 Good Corporate Governance
Good Corporate Governance merupakan suatu prinsip dasar pengelolaan perusahaan secara transparan akuntabel dan adil sesuai dengan aturan dan etika
yang berlaku umum. Terdapat beberapa pengertian dari pakar mengenai definisi GCG ini yang tertuang dalam Tunggal 2010, diantaranya:
1. Good Corporate Governance adalah upaya mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan agar terjadi keseimbangan kekuatan kewenangan diantara para pengelola perusahaan Cadbury dalam Tunggal 2010
2. Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengaturan hak rights,
termasuk kendali di dalam maupun di luar manajemen secara keseluruhan yang dimaksud dengan rights itu sendiri adalah hak yang dimiliki oleh para
stakeholders CEPS dalam Tunggal 2010.
3. Good Corporate Governance kerap diartikan sebagai checks and balance
antara kewenangan para pengambil keputusan di dalam perusahaan, antara manajemen, direktur, stakeholders, karyawan dan stakeholder yang lain
OECD dalam Tunggal 2010. GCG merupakan struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-
organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan norma, etika, budaya dan aturan yang berlaku.
GCG sebagai struktur, mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan Komisaris, Direksi, Pemegang saham Stakeholder lainnya. GCG
sebagai sistem, berfungsi sebagai pengawasan dan penimbagan kewenangan
atas pengendalian perusahaan yang dapat mencegah munculnya pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan. GCG sebagai proses
terwujudnya transparansi atas penentuan tujuan perusahaan dan pencapaian tujuannya CPGI dalam Tunggal 2010.
Landasan penerapan GCG pada perusahaan secara umum dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance KNKCG tahun 2001
sedangkan landasan hukum bagi perusahaan perasuransian adalah dikeluarkannya pedoman umum GCG yang disempurnakan oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance KNKG pada akhir 2006. Disamping itu, pada tahun 2007 dikeluarkan UU.No.402007 tentang Perseroan Terbatas dan
PP No. 392008 tentang perubahan kedua atas PP No. 731992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian sehingga kedua perundang-undangan
tersebut digunakan menjadi acuan dalam pedoman penerapan GCG perusahaan perasuransiaan Indonesia.
2.8 Tujuan dan manfaat Good Corporate Governance