Karakteristik Responden HASIL DAN PEMBAHASAN

59 Tabel 19 Respon penerimaan produk selama masa intervensi Atribut Peneri maan Penerimaan 2 Minggu Penerimaan 1 Bulan Penerimaan 2 Bulan Suka Agak Suka Agak Tidak Suka Tidak Suka Suka Agak Suka Agak Tidak Suka Tidak Suka Suka Agak Suka Agak Tidak Suka Tidak Suka Rasa 75 3 0 0 78 0 0 0 78 0 0 0 Aroma 75 2 1 0 78 0 0 0 78 0 0 0 Warna 76 1 1 0 78 0 0 0 78 0 0 0 Dari Tabel 19 diatas dapat dilihat bahwa semakin hari tingkat penerimaan produk oleh responden semakin meningkat, bahkan pada masa intervensi 1 bulan dan 2 bulan, terlihat bahwa seluruh responden menerima dengan baik produk tersebut. Hal ini ditunjang pula oleh kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan langsung oleh peneliti secara door to door setiap minggu dirumah responden. Kegiatan tersebut dapat memengaruhi persepsi dari responden, yang awalnya agak mau atau agak menolak, menjadi 100 mau menerima produk MSMn. Menurut Pilgrim 1957, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi persepsi dari responden yaitu karektiristik fisiologis individuresponden, sensasi yang merupakan hasil kombinasi pangan dan individu serta sikap individu. Faktor tersebut secara langsung dapat mengubah pandangan responden tanpa harus merubah karakteristik produk. Adanya responden yang agak menolak dengan rasa, warna dan aroma pada pemakaian 2 minggu disebabkan oleh adanya beberapa responden yang masih belum terbiasa dengan rasa yang agak getir dengan aroma yang khas dari lemak MSMn serta warna produk masakan agak kekuningan. Namun perlahan kesan tersebut menjadi berubah karena persepsi responden terhadap produk menjadi berubah.Rasa yang getir dan aroma yang khas dari MSMn karena adanya komponen asam lemak bebas dan komponen non-gliserida.

4.3.4 Respon Terhadap kemasan

Kemasan merupakan faktor penting yang melatarbelakangi minat responden dalam memilih produk, karena kemasan merupakan atribut pertama yang dinilai dalam suatu produk. Hal ini didukung oleh Tjahaja dan Hidayat 2009, bahwa kemasan menjadi faktor yang secara fisik dilihat pertama kali oleh konsumen dan 60 memiliki ciri khas dalam merebut hati konsumen. Semakin unik dan berbeda suatu kemasan, maka produk tersebut semakin potensial untuk dipilih oleh konsumen. Respon kemasan yang ditanyakan kepada 69 responden responden dewasa mengenai produk ini berupa bagus tidaknya kemasan, mudah rusaknya kemasan serta kemudahan dalam menggunakan kemasan. Secara keseluruhan responden menyatakan bahwa kemasan tersebut bagus dan mudah digunakan. Data mengenai kesan responden terhadap kemasan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Respon responden terhadap kemasan Indikator Kesan Respon Kemasan Bagus Cepat Rusak Jumlah orang 69 Kemudahan Menggunakan Mudah Agak Mudah Sulit Jumlah orang 69 Pada dasarnya kemasan yang digunakan untuk mengemas produk MSMn ini adalah bentuk kemasan yang sudah sering beredar dipasaran, sehingga tidak menimbulkan kesulitan bagi responden dalam menggunakannya. Kemasan dirancang sesuai dengan penggunaan dan bentuk produk, dengan volume kemasan 140 ml yang diperkirakan habis dalam 1 minggu. Namun, karena menggunakan responden yang berasal dari masyarakat prasejahtera dengan tingkat pendidikan rendah maka beberapa dari responden mengalami kesalahan dalam pemakaian. Kemasan yang digunakan untuk produk MSMn ini mirip dengan kemasan saus tomat atau sambal yang beredar dipasaran, sehingga beberapa responden yang mengunakannya tanpa membaca atau memahami terlebih dahulu, menggunakannya selayaknya saus atau sambal tersebut. Untuk menghindari kesalahan dalam pemakaian produk MSMn ini, maka diperlukan pengembangan model atau jenis kemasan yang lain yang menunjukkan adanya identitas dan ciri khas tersendiri dari produk. Sehingga dalam penggunaannya responden tidak menjadi keliru dengan produk lainnya. 61

4.3.5 Cara Mengonsumsi Minyak Sawit Mentah MSMn

Cara responden dalam mengonsumsi produk merupakan faktor penting yang menentukan penerimaan produk oleh responden. Dalam penelitian ini dianalisa pula cara responden menggunakan produk MSMn, menggunakan format wawancara dan panduan kuesioner 3. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa rata-rata responden mengonsumsi produk MSMn sebagai bahan untuk menumis, ditambahkan ke makanan berkuah bakso, mie instant, sayur lodeh, ditambahkan pada adonan gorengan tahu isi, lumpia, resoles, pisang goreng, tempe goreng, menggoreng telur, serta pada adonan pepes sebagai pengganti kunyit dan menimbulkan rasa gurih. Cara mengonsumsi MSMn terbanyak adalah sebagai bahan untuk menumis. Namun penggunaan MSMn tersebut semakin bervariasi dengan semakin lamanya waktu intervensi. Penggunaan MSMn sebagai bahan tambahan untuk makanan berkuah, adonan gorengan dan pewarna pada masakan membuktikan bahwa MSMn cocok untuk berbagai jenis masakan. Selain itu, MSMn ini merupakan bahan pangan yang cukup aman dikonsumsi, secara terus menerus setiap hari.

4.3.6 Jumlah dan Frekuensi Konsumsi

Pemberian produk MSMn dilakukan secara rutin setiap minggu bagi setiap keluarga sebanyak 1 botol volume 140 ml. Volume tersebut sudah diperhitungkan terlebih dahulu bagi setiap keluarga dengan anggota keluarga maksimal 8 orang, dan jumlah intervensi per orang per hari ±2 ml. berdasarkan data pembagian produk selama 2 bulan masa intervensi atau 8 minggu, maka setiap keluarga menerima rata- rata 7 – 8 botol MSMn. Jumlah kepala keluarga yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 32 kepala keluarga meliputi desa Babakan dan Dramaga. Dari keseluruhan keluarga tersebut memiliki total anggota keluarga sebanyak 202 orang, namun dari keseluruhan anggota keluarga ini hanya 78 orang yang ditetapkan menjadi responden, yang dipantau selama 2 bulan. Angggota keluarga lainnya ikut menggunakan produk namun tidak dipantau tingkat penerimaan konsumen dan profil biokimiawi darahnya. Jumlah total anggota keluarga ini digunakan untuk mengetahu dengan pasti berapa banyak produk MSMn yang dikonsumsi masing-masing responden. Pada Tabel 62 21disajikan jumlah total botol yang dibagikan ke responden untuk 32 keluarga serta jumlah konsumsi rata-rata per orang per hari produk MSMn. Tabel 21Penghitungan volume konsumsi msmn per responden per hari Desa Jumlah Keluarga Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Botol 2 Bulan Dramaga 21 88 55 Babakan 11 37 147 Jumlah 32 125 202 Jumlah konsumsi MSMn per orang per 2 bulan : 1.616 Botol Volume MSMn per botol : 140 ml Volume konsumsi per orang per 2 bulan : 226.24 ml Volume konsumsi per orang per hari : 3.771 ml

4.3.7 Kesan Saat Mengonsumsi

Berbagai macam kesan yang muncul disaat responden mengonsumsi produk MSMn. Hal ini disebabkan oleh produk MSMn yang baru dan tampak asing bagi responden. Akan tetapi, dari data hasil wawancara menggunakan kuesioner diperoleh bahwa rata-rata responden tidak merasa terganggu dengan atribut produk rasa, aroma dan warna. Ketika ditanyakan apakah dilakukan konsumsi rutin terhadap produk, sebagian besar menyatakan konsumsi rutin ya dan sebagian kecil pernah tidak mengonsumsi atau kadang mengonsumsi. Hal ini disebabkan oleh sebagian responden berada diluar atau bekerja pada siang hari. Data kesan responden dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Kesan responden saat mengonsumsi MSMn No Atribut Kesan Biasa Saja Terganggu 1 Rasa 78 2 Aroma 78 3 Warna 78 4 Konsumsi setiap hari Ya Pernah Tidak Kadang 49 23 6 63

4.3.8 Respon Peningkatan Pengetahuan Mengenai Minyak Sawit Mentah

MSMn Setelah masa intervensi akan berakhir, dilakukan wawancara terhadap keseluruhan responden mengenai pengetahuannya tentang MSMn. Pada umumnya berdasarkan kuesioner 1 dan 5, terjadi peningkatan pengetahuan responden mengenai MSMn. Peningkatan Pengetahuan mengenai MSMn dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Respon peningkatan pengetahuan responden mengenai MSMn No Pertanyaan Pengenalan MSMn orang Peningkatan Awal Akhir 1 Melihat dan mengetahui pohon sawit 46 58.97 68 87.18 28.21 2 Mengenal CPOMSMn 2 2.56 69 88.46 85.90 3 Mengenal produk minyak sawit 22 28.21 72 92.31 64.10 4 Mengetahui MSMn 3 3.85 70 89.74 85.90 5 Mengetahui manfaan MSMn 0.00 69 88.46 88.46 6 Pernah mencoba MSMn 1 1.28 78 100 98.72 Berdasarkan aktivitas dan rangsangan yang dilakukan melalui kegiatan monitoring dan sosialisasi, semua input yang diterima oleh responden akan diolah sedemikian rupa berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh responden, baik tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, kondisi sosial, budaya, psikologis dan keadaan ekonomi. Peranan faktor-faktor diatas berbeda untuk setiap responden dalam memberikan respon terhadap produk. Menurut Deswindi 2007, bagi produk pangan yang dikategorikan baru dan menawarkan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan makan atau norma suatu suku, maka proses yang dilakukan untuk produk tersebut dapat diterima akan memakan waktu yang lama. Namun, faktor strategi dalam proses penerimaan produk tersebut sangat berpengaruh, terutama dalam distribusi dan komunikasi. Kecepatan penerimaan dalam distribusi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu proses komunikasi yang cepat dan kenyamanan bagi responden selaku konsumen karena memperoleh produk dengan cara yang mudah dan nyaman. Dalam penelitiaan ini, kegiatan kumunikasi dilakukan melalui proses pertemuan secara serentak antara pihak peneliti dan responden yang diikuti oleh berbagai kegiatan seperti diskusi mengenai morfologi dan bentuk kelapa sawit, 64 pemanfaatan buah kelapa sawit dan berbagai macam manfaatnya, produk-produk turunan kelapa sawit yang ada dipasaran, produk olahan minyak sawit mentah dan demo masak serta pengetahuan lainnya yang menunjang peningkatan pengetahuan dan konsumsi terhadap minyak sawit mentah. Selain itu, dilakukan kegiatan pemantauan secara door to door bagi responden dan keluarga yang terlibat menggunakan produk. Dalam kegiatan pemantauan, dilakukan juga diskusi yang melibatkan kelompok kecil yaitu anggota keluarga dan peneliti untuk mengetahui jenis makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi dan apa pengaruhnya jika ditambahkan minyak sawit mentah. Berdasarkan karakteristik responden, yaitu dengan pendidikan rata-rata sekolah dasar SD saja, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden sangatlah rendah. Dengan adanya kegiatan diskusi, sosialisasi, monitoring berkala yang melibatkan responden secara aktif maka perlahan tingkat pengetahuan responden meningkat. Peningkatan pengetahuan responden mengenai kelapa sawit, minyak sawit mentah dan produk olahan minyak sawit mentah dengan sendirinya akan memengaruhi sikap dan perilaku responden. Menurut Morton et al. 1995bahwa pengetahuan, sikap, nilai dan kepercayaan merupakan mediator perubahan perilaku. Perilaku dapat dirubah dengan merubah pengetahuan dan sikap.

4.3.9 Respon Pengetahuan Vitamin A Setelah Intervensi

Dengan adanya intervensi selama dua bulan, yang diikuti oleh kegiatan penyuluhan, sosialisasi dan monitoring maka terjadi peningkatan pengetahuan responden mengenai sumber serta manfaat vitamin A. Sekitar 90 responden menjadi paham mengenai sumber dan manfaat vitamin A. Tabel 24 menyajikan peningkatan pengetahuan responden mengenai vitamin A. 65 Tabel 24 Respon peningkatan pengetahuan responden mengenai vitamin A No Jenis Pengetahuan Jawaban Benar Jumlah Sebelum Sesudah Jumlah Jumlah 1 Mengetahui sumber vitamin A 38 orang 48.72 64 Orang 82.05 2 Mengonsumsi sumber vitamin A 40 Orang 51.28 72 Orang 92.31 3 Pengalaman buruk mengonsumsivitamin A 0 Orang 0 Orang Peningkatan pengetahuan mengenai vitamin A dapat disebabkan oleh adanya peningkatan pengetahuan mengenai minyak sawit mentah. Seperti diketahui, konsumsi minyak sawit mentah secara rutin setiap hari sebanyak ±2 ml akan mampu meningkatkan status vitamin A masyarakat pada berbagai tingkatan usia, mulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Untuk itu, dengan meningkatnya pengetahuan mengenai manfaat minyak sawit mentah dan berbagai manfaatnya, akan mendorong responden untuk mencari tahu berbagai sumber vitamin A dari bahan pangan dan mendorong kegiatan konsumsi responden, terutama sumber vitamin A yang mampu dijangkau, mengingat responden merupakan keluarga prasejahtera dengan daya beli yang rendah. Peningkatan pengetahuan mengenai vitamin A tersebut, tidak hanya dipengaruhi oleh peningkatan pengetahuan mengenai minyak sawit mentah saja, akan tetapi oleh adanya kegiatan diskusi dan sosialisasi antara responden dengan peneliti secara personal melalui pendekatan keluarga atau melalui pertemuan-pertemuan masal bersama seluruh responden. Perubahan pengetahuan akan vitamin A yang merangsang perubahan perilaku dan sikap responden, tidak dipengaruhi oleh satu faktor tunggal saja, tetapi melibatkan berbagai macam faktor. Menurut Green 1980, ada tiga faktor yang mampu membentuk perilaku atau sikap, yaitu faktor predisposisi predisposing factor terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, sikap, keyakinan dan nilai-nilai, faktor pendukung enabling factor yang terdiri dari lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas dan sarana kesehatan dan faktor pendorong reinforcing factor terdiri dari sikap dan perilaku petugas kesehatan, kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 66

4.3.10 Respon Perubahan Kondisi Kesehatan

Kondisi kesehatan awal responden secara rata-rata adalah baik sebesar 67.9 , cukup baik sebesar 26.9 dan kurang baik sebesar 5.2 . Data ini diperoleh dari hasil wawancara awal kuesioner 1 sebelum responden ditetapkan menjadi responden selama 2 bulan. Setelah program berjalan selama 1 bulan, kondisi kesehatan responden dipantau kembali melalu pengisian kuesioner 4, dimana terjadi peningkatan sebesar 12.9 kondisi kesehatan responden, artinya sebanyak 80.8 responden dinyatakan dalam kondisi baik. Sedangkan untuk kondisi cukup baik dan kurang baik mengalami penurunan 9 dan 3.9. pada akhir pemakaian produk diamati kondisi kesehatan responden selama 2 bulan, dan terjadi peningkatan status kesehatan baik sebesar 10.21 dari penggunaan 1 bulan, sedangkan kondisi cukup baik dan kurang baik menurun sebesar 9 dan 1.3. Peningkatan kondisi kesehatan dan grafik peningkatan kondisi kesehatan dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Peningkatan kondisi kesehatan setelah masa intervensi Kondisi Kesehatan Jumlah Awal Penggunaan 1 Bulan Penggunaan 2 Bulan Penggunaan Baik 53 63 71 Cukup baik 21 14 7 Kurang baik 4 1 Tidak baik Perilaku merupakan hasil proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian tindakan tersebut. Sikap positif responden terhadap konsumsi minyak sawit mentah akan berpengaruh terhadap perilaku penggunaan minyak sawit mentah dalam meningkatkan kesehatan. Dengan mengetahui manfaat minyak sawit mentah maka responden akan semakin mau menggunakan produk tersebut yang berdampak pada peningkatan jumlah dan pola konsumsi bahan pangan dalam hal ini olahan makanan yang menggunakan minyak sawit mentah. Jumlah dan pola konsumsi yang tepat tersebut mampu meningkatkan status gizi dan kesehatan responden. Meskipun responden 67 tergolong masyarakat prasejahtera dengan daya jangkau yang rendah terhadap bahan pangan bergizi tinggi dan beragam, namun dengan adanya kegiatan penggunaan produk minyak sawit mentah, sosialisasi, diskusi dan pemantauan yang rutin mampu meningkatkan kondisi kesehatan responden, yaitu melalui peningkatan pengetahuan tentang minyak sawit mentah dan konsumsi minyak sawit mentah secara terus meneus selama dua bulan.

4.3.11 Keberlanjutan Konsumsi Minyak Sawit Mentah MSMn

Secara umum responden cukup menerima produk MSMn ini, yang ditunjukkan oleh minat responden pada saat akhir program dan pengisian kuesioner 5 dalam rangka keberlanjutan konsumsi minyak sawit mentah MSMn. Menurut teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein 1980, bahwa terdapat tiga asumsi yang mampu menjelaskan pengaruh sikap terhadap perubahan perilaku, yaitu manusia umumnya melakukan tindakan dengan cara yang masuk akal, manusia akan mempertimbangkan informasi yang ada dan secara eksplisit maupun implisit manusia akan memperhitungkan akibat dari tindakan.Secara rata-rata responden menyatakan mau untuk melanjutkan konsumsi produk. Hal ini disebabkan oleh responden merasakan manfaatnya dan agar senantiasa bisa merasakan manfaatnya. Pada akhir wawancara responden menyatakan apabila produk ini dijual dengan harga tertentu dipasaran, maka responden akan bersedia membeli dengan harga yang terjangkau. 4.4Hasil Analisa Darah Minyak sawit mentahMSMnmerupakan bahan pangan yang kaya akan antioksidan dan sumber vitamin A. Campuran berbagai jenis antioksidan dalam MSMn mengalami tahapan pencernaan didalam saluran pencernaan, penyerapan di usus halus dan pengangkutan ke hati untuk digunakan oleh sel-sel hati dalam memproduksi energy, sintesis protein dan enzim antioksidan. Selanjutnya enzim- enzim tersebut dialirkan kedalam aliran darah sel darah meraheritrosit oleh suatu protein pengangkut sehingga enzim mampu melindungi membran sel darah merah dari stess oksidatif. Proses metabolism komponen antioksidan MSMn dan produksi