Bahan dan Alat Penelitian

48 4.7 juta jiwa dengan jumlah penduduk miskin sekitar 40 BPS kabupaten Bogor 2010. Dari Tabel 7 diatas, yang menjadi lokasi penelitian adalah desa Dramaga RT 01RW 01, RT 03RW01, RT 01 RW 03 dn RT 02RW 03 dan desa Babakan RT 01RW 02 dan RT 02RW 06. Desa Dramaga merupakan pusat pemerintahan kecamatan Dramaga. Secara umum, karakteristik desa Dramaga dan Babakan sama dengan karakteristik keseluruhan kecamatan Dramaga.

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan faktor penting yang harus diketahui berkaitan dengan penerimaan konsumen terhadap produk. Karakteristik responden secara langsung akan mempengaruh karakteristik keluarga, kebiasaan dan pola makan dalam keluarga, sikap dan presepsi responden, serta perilaku responden terhadap bahan pangan dan kecenderungan penerimaan bahan pangan tersebut. Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan per kapita per bulan, kondisi kesehatan awal penggunaan produk, pengetahuan umum tentang minyak sawit mentah, pola makan keluarga serta pengetahuan dasar tentang vitamin A. Keseluruhan responden yang diamati berasal dari keluarga prasejahtera yang diperoleh dari data sekunder berupa kartu keluarga dan informasi dari kantor desa Dramaga dan desa Babakan serta survei langsung secara door to dooryang disertai dengan pengisian kuesioner 1. Keseluruhan responden berjumlah 78 orang, yang terdiri atas 52 orang perempuan 66.7 dan 26 orang laki-laki 33.3 . Kisaran usia responden adalah 0 – 56 tahun, dengan rata-rata usia sebesar 28.78 tahun, dengan tingkat pendidikan rata- rata adalah Sekolah Dasar SD. Rata-rata pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga dan buruh harian, dengan total pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp. 100.000 – Rp. 250.000. Berdasarkan data karakteristik tersebut dapat dikatakan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini termasuk masyaraat prasejahtera. Karakteristik Responden dapat dilihat pada Tabel 15. Informasi karakteristik responden secaraumum disajikan pada Lampiran 14. 49 Tabel 15 Karakteristik responden di desa dramaga dan babakan Karakteristik Jumlah orang Karakteristik Jumlah orang Jenis Kelamin Pekerjaan Perempuan 52 Buruh 8 Laki-Laki 26 Supir 3 Usia PedagangWiraswasta 3 Balita 0-5th 12 Karyawan 3 Anak-anak 5-12th 6 Pelajar 8 Remaja 13-17 th 3 Ibu Rumah Tangga 38 Dewasa 18-54 th 55 Tidak Bekerja 15 Manula ≥55 th 2 Pendapatan Per Kapita Per Bulan KK Rataan 28.78 ≤ 30.000 3 Tingkat Pendidikan 30.000 P ≤ 100.000 3 Belum Sekolah 12 100.000 P ≤ 250.000 13 SD 47 250.000 P ≤ 500.000 7 SMP 13 500.000 P ≤ 1.000.000 5 SMA 6 Kondisi Kesehatan Awal Perguruan Tinggi Baik 53 Cukup Baik 21 Kurang Baik 4 - Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Dilihat dari data jenis kelamin, responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 52 orang atau sebesar 66.7dari total resonden dan laki-laki sebanyak 26 orang atau sebesar 33.3 dari total responden. Pemilihan responden perempuan yag lebih banyak karena dalam menentukan menu makanan dirumah didominasi oleh perempuan ibu. Di Indonesia sebagian besar yang berlaku sebagai gate keeper bagi keluarganya adalah para ibu, walaupun sebagian dari mereka adalah perempuan bekerja Waysima 2011. Oleh sebab itu langkah yang tepat dalam pengenalan produk baru dan cara penggunaan produk atau pemakaian dirumah dilakukan melalui ibu rumah tangga atau kaum perempuan. - Karakteristik Berdasarkan Usia Kisaran usia responden adalah 0–56 tahun, dengan jumlah balita 0-5 tahun sebanyak 12 orang, anak-anak 6-12 tahun sebanyak 6 orang, remaja 13-17 tahun sebanyak 3 orang, dewasa 18–54 tahun sebanyak 55 orang dan manula 55 tahun keatas sebanyak 2 orang. Rata-rata usia responden sebesar 28.78 tahun. Menurut 50 Tjiptoherijanto 2001, struktur usia dalam analisis demografi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok usia muda dengan umur dibawah 15 tahun, kelompok usia produktif dengan kisaran umur 15-64 tahun dan kelompok usia tua dengan umur 65 tahun keatas. Berdasarkan pengelompokan tersebut maka seluruh responden dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai kelompok usia produktif. Usia tersebut memungkinkan penyerapan informasi dan pengetahuan baru masih sangat tinggi. Demikian pula dalam menyebarkan informasi kepada anggota keluarga, responden pada usia produktif dinilai mampu menyampaikan berbagai informasi baru yang diserapnya dengan mudah kepada anggota keluarga. Hal ini sesuai pendapat Waysima 2011, bahwa responden dengan kisaran usia produktif adalah orang-orang yang masih mampu mencari pengetahuan dan bersedia untuk diberi pengetahuan baru. - Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan sangat menentukan tingkat penerimaan seseorang terhadap informasi baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka tingkat penerimaan terhadap informasi baru akan semakin mudah. Pada dasarnya tingkat pendidikan seorang ibu rumah tangga akan sangat memengaruhi cara ibu tersebut dalam memilih bahan pangan sehat dan sumber gizi penting. Menurut North dan Emmett 2000, tingkat pendidikan orang tua berhubungan secara positif dengan kesadarannya akan kesehatan dalam melakukan pemilihan pangan, terutama pendidikan ibu merupakan faktor yang memengaruhi pemilihan pangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka orang tersebut menjadi lebih terbuka terhadap informasi yang baru sehingga kemampuan dan kesadarannya terutama dalam mengonsumsi bahan pangan yang baik terhadap kesehatan, akan semakin meningkat. Dilihat dari tingkat pendidikan, maka pendidikan yang mendominasi adalah pendidikan Sekolah Dasar SD sebanyak 47 orang, yang kemudian diikuti oleh pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP sebanyak 13 orang dan Sekolah Menengah Atas SMA sebanyak 6 orang. Tingkat pendidikan responden yang rendah ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang bahan pangan sehat dan bergizi 51 sangat rendah, namun dengan tingkat pendidikan tersebut responden dianggap tidak terlalu sulit dalam menerima dan menyerap informasi yang diberikan selama proses intervensi berlangsung. Dari monitoring secara berkala didesa serta data kuesioner diperoleh data bahwa tidak sedikit para ibu yang memberikan jajanan pasar berupa snack atau makanan ringan dengan nilai gizi rendah pada anaknya. Namun, setelah proses intervensi produk berlangsung perlahan pola pikir para ibu mulai bergeser dengan mulai membatasi konsumsi snackataumakanan ringan kepada anaknya. - Karakteristik Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan responden memiliki pekerjaan yang rendah. Pekerjaan rata-rata dari responden adalah ibu rumah tangga karena berkaitan dengan tingginya persentase responden wanita. Suami para responden wanita tersebut bekerja sebagai buruh harian sebanyak 8 orangdan sopir angkot 3 orang.Sebanyak 3 orang responden bekerja sebagai pedagang di pasar, karyawan swasta sebanyak 3 orang, pelajar sebanyak 8 orang, ibu rumah tangga sebanyak 38 orang dan responden yang tidak bekerja sebanyak 15 orang. Kelompok Ibu rumah tangga merupakan yang tertinggi sebab rata-rata semua wanita yang menjadi responden adalah ibu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan pendapat Waysima 2011, kaum Ibu di Indonesia, apapun statusnya baik bekerja atau tidak bekerja, dapat dikatakan sebagai gate keeper untuk segala urusan rumah tangga, diantaranya dalam penyediaan bahan pangan. Jenis pekerjaan responden memperlihatkan produktifitasnya sehari-hari dan menentukan jumlah penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya Zakaria et al. 2011.Dengan pekerjaan seperti diatas dapat dilihat bahwa tingkat penghasilan responden sangat rendah. Hal ini memberikan pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dan keterjangkauan responden terhadap bahan pangan bergizi dalam memenuhi kebutuhannya. Selain itu, jenis pekerjaan responden juga turut memengaruhi status sosial responden tersebut dalam masyarakat. 52 - Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Perkapita Dari hasil wawancara dan informasi kelurahan, bahwa pekerjaan buruh harian dan sopir tersebut menuntut untuk menghasilkan pendapatan perkapita per bulan yang rendah. Dari 78 responden sebanyak 5 orang memiliki pendapatan per kapita per bulan sebesarRp. 500.000 – Rp. 1.000.000, 7 orang memiliki pendapatan per kapita per bulan sebesarRp. 250.000 – Rp. 500.000, 13 orang memiliki pendapatan per kapita per sebesar Rp. 100.000 – Rp. 250.000, 3 orang memiliki pendapatan per kapita per sebesar Rp. 30.000 – Rp. 100.000 serta 3 orang memiliki pendapatan per kapita per kurang dari Rp. 30.000. Tidak terdapat responden yang memiliki pendapatan per kapita per bulan diatas Rp. 1.000.000,-, hal ini karena semua responden yang diteliti merupakan masyarakat prasejahtera. Pada dasarnya Pendapatan keluarga merupakan faktor penentu dalam membentuk pola makan keluarga. Pendapatan akan sangat berpengaruh dalam pemilihan bahan pangan yang akan dikonsumsi. Menurut Soedikarijati 2001, bahwa pendapatan keluarga berhubungan secara nyata dan positif dengan perilaku konsumsi pangan anggota keluarga. Keluarga dengan pendapatan tinggi akan mempunyai banyak alternatif atau pilihan pangan dibandingkan dengan keluarga yang berpendapatan rendah. Responden memiliki pendapatan rata-rata per kapita yang rendah, sehingga anggota keluarga tidak memiliki banyak alternatif dalam memilih menu makanan yang dikonsumsi per hari. Standar upah minimum regional yang ditetapkan di Kabupaten Bogor sebesar Rp. 800.000, sehingga dengan mengacu pada standar tersebut maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden termasuk masyarakatkeluarga prasejahtera dengan pola makan yang tidak bervariasi. - Karakteristik Berdasarkan Kondisi Kesehatan Awal Kondisi kesehatan awal responden secara rata-rata adalah baik sebesar 67.9 , cukup baik sebesar 26.9 dan kurang baik sebesar 5.2 . Data ini diperoleh dari hasil wawancara awal kuesioner 1 sebelum responden ditetapkan menjadi responden selama 2 bulan. Langkah awal penentuan responden adalah sehat secara fisik dan tidak menderita penyakit menahun, sehingga pada saat penentuan responden lebih mudah 53 untuk mengkategorikan responden dalam kondisi kesehatan baik, cukup baik dan kurang baik. Penentuan kondisi kesehatan baik, cukup baik, kurang baik dan tidak baik berdasarkan hasil wawancara awal berupa riwayat kesehatan dan kondisi sakit yang sedang diderita calon responden sebelum ditetapkan menjadi responden. Rata- rata penyakit yang diderita responden adalah infeksi saluran pernafasanISPA batuk, pilek, asma, gatal-gatal, dan diare. - Karakteristik Berdasarkan Pengetahuan Awal MSMn Pengetahuan responden mengenai minyak sawit ditanyakan dua kali dalam kuesioner, yaitu pada awal intervensi dan setelah proses intervensi berlangsung. Pengetahuan awal responden digunakan sebagai informasi awal untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan responden terhadap minyak sawit mentah, sedangkan pengetahuan akhir dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan pengetahuan responden mengenai minyak sawit mentah dan produk olahannya. Pada Gambar10 dapat dilihat jumlah dan persentase pengenalan minyak sawit mentah responden di awal proses intervensi. Gambar 10Persentaseresponden berdasarkan pengetahuan awal mengenai MSMn Kebiasaan atau pola makan keluarga juga memengaruhi karakteristik responden. Kebiasaan makan keluarga dipantau dari kebiasaan responden dalam 62 3 30 4 1 Melihat dan Mengetahui Pohon Sawit Mengenal CPO Mengenal produk minyak sawit Mengetahui Minyak Sawit Merah Mengetahui manfaat MSMn Pernah mencoba MSMn 54 mengonsumsi berbagai sumber karbohidrat, lauk pauk, sayuran atau lalapan, cemilan dan jenis makanan apa yang paling disukai. Dari hasil kuesioner dapat diketahui bahwa rata-rata kebiasaan makan responden untuk sumber karbohidrat adalah dikukus, sayuran ditumis dan direbus, namun untuk lauk pauk, dan cemilan rata-rata lebih menyukai produk yang digoreng, demikian pula dengan jenis makanan yang paling disukai adalah produk goreng-gorengan. Rata-rata responden menyukai dan mengonsumsi lalapan setiap kali makan, bahkan cenderung menjadikan lalapan sebagai pengganti lauk. Mengingat keseluruhan responden berasal dari masyarakat prasejahtera, maka tak jarang bahkan secara rutin responden suka mengonsumsi mie instant yang dimakan bersamaan dengan produk gorengan. - Karakteristik Berdasarkan Pengetahuan Awal Vitamin A Pada awal intervensi ditanyakan tingkat pengetahuan responden tentang vitamin A. Hal ini dilakukan karena telah diketahui bahwa asupan vitamin A dapat memengaruhi kesehatan seseorang Jatmika dan Guritno 1997. Pada awal intervensi ditanyakan kepada responden mengenai sumber-sumber vitamin A yang diketahui, dikonsumsi, manfaat mengonsumsi serta pengalaman-pengalaman buruk selama mengonsumsi vitamin A . Melalui hal tersebut diperoleh informasi dasar pengetahuan responden mengenai vitamin A dan akan meningkat melalui kegiatan intervensi, sosialisasi dan monitoring. Tabel16menyajikan berbagai pengetahuan responden terutama para Ibu mengenai Vitamin A serta berbagai manfaat Vitamin A yang diketahui. Tabel 16 menunjukkan bahwa sebanyak 48.72 responden sudah mengetahui sumber vitamin A. Artinya masih terdapat lebih 50 responden yang tidak mengetahui sumber vitamin A, yang memungkinkan responden masih berpeluang untuk mendapatkan informasi yang baru mengenai sumber vitamin A, khususnya MSMn. Sebanyak 51.28 responden mengonsumsi sumber vitamin A yang berupa bahan nabati, diantaranya wortel, bayam, papaya, pisang, mangga dan tomat. Ada pula beberapa responden yang pernah mengonsumsi kapsul vitamin A sintetik. Meskipun mengonsumsi vitamin A yang alami dan sintetik, namun tidak ada respnden yang mengalami gangguan terhadap konsumsi. 55 Tabel 16 Pengetahuan vitamin A sebelum masa intervensi No Jenis Pengetahuan Jawaban Benar Jumlah Persentase 1 Mengetahui sumber vitamin A 38 orang 48.72 2 Mengonsumsi sumber vitamin A 40 Orang 51.28 3 Pengalaman buruk mengonsumsi vitamin A 0 Orang 4 Manfaat Vitamin A 38 Orang 48.72 Keterangan : No 1. : Sayuran, buah, pil di Posyandu No 2. : Wortel, Bayam, pepaya, tomat, pil vitamin A sintetik No 3. : Rasa beda jika digunakan terlalu banyak No 4. : Untuk Penglihatan atau kesehatan mata Pengetahuan akan vitamn A yang tinggi oleh responden dapat dihubungkan dengan program pemerintah yang selalu rutin setiap 2 kali dalam setahun memberikan kapsul vitamin A sintetik kepada masyarakat. Kegiatan tersebut diikuti pula oleh kegiatan penyuluhan posyandu tentang vitamin A. Namun, kegiatan penyuluhan tersebut hanya terbatas pada ibu ibu yang memiliki balita saja, sehingga penyebaran pengetahuannya tidak merata. Pada awal intervensi rata-rata responden hanya mengetahui bahwa vitamin A berguna untuk kesehatan mata, namun setelah kegiatan intervensi berakhir maka pengetahuan responden mengenai manfaat vitamin A tidak terbatas untuk penglihatan saja. Responden umumnya menjadi tahu bahwa vitamin A juga memberikan efek terhadap pertumbuhan anak, regenerasi sel, mencegah kanker, jantung koroner dan katarak. - Karakteristik Responden Analisa Darah Sebagian besar karakteristik responden analisa darah sudah diuraikan pada karakteristik responden. Namun, ada beberapa kriteria khusus yang digunakan untuk mendukung pemilihan responden yang dianalisa darah, yaitu : 1. Ibu rumah tangga 2. Wanita Usia Produktif 28 tahun sampai 45 tahun 3. Sehat menurut pemeriksaan klinis 4. Status gizi normal dengan berat badan tekanan darah normal 5. Tidak hamil dan tidak menyusui 56 6. Tidak mengonsumsi suplemen vitamin A selama 3 bulan sebelum masa intervensi dilakukan sampai masa intervensi selesai 7. Tidak merokok atau mengonsumsi alkohol Informasi data status kesehatan berupa berat badan, tekanan darah dan umur responden analisa darah dapat dilihat pada Lampiran15. 4.3 Penerimaan Produk 4.3.1 Konsumsi minyak dalam keluarga Produk yang diintervensikan kepada responden berupa minyak sawit mentah MSMn yang dalam penggunaannya dapat dijadikan bahan dasar dalam menumis makanan, sehingga pengetahuan dasar tentang penggunaan minyak goreng dalam keluarga perlu diketahui. Pada dasarnya jenis penyiapan makanan dalam keluarga sangat memengaruhi penggunaan minyak. Pada Tabel 17dapat dilihat cara penggunaan minyak keluarga. Tabel 17 Informasi penggunaan berbagai jenis minyak oleh responden No Jenis Makanan Minyak yang Digunakan Minyak Mentega Lainnya 1 Campuran nasi 26 1 2 Menumis 32 3 Mengoles 0 17 4 Campuran adonan 18 5 Kecrot ke makanan Dari Tabel 17diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 26 responden menggunakan minyak sebagai bahan untuk dicampurkan pada nasi membat nasi goreng dan 32 menggunakan minyak untuk menumis. Responden yang menggunakan mentega untuk mengoles sebanyak 17 orang dan digunakan untuk dicampurkan ke adonan sebanyak 18 orang. Untuk itulah maka produk MSMn yang digunakan selama proses intervensi adalah produk Tumis, dengan harapan bahwa produk ini akan selalu digunakan selama memasak masakan tumis atau digunakan secara bersama sebagai campuran minyak goreng dalam menggoreng. 57

4.3.2 Respon Awal Minyak Sawit Mentah MSMn

Dalam memilih makanan, seseorang memasuki tahap independensi, yaitu kebebasan dalam memilih makanan apa saja yang disukainya Khomsan 2003. Namun kondisi ekonomi, tingkat pengetahuan akan gizi yang baik, tingkat pendidikan serta selera akan menjadi faktor pembatas dalam hal penerimaan makanan tersebut, terutama jika makanan tersebut adalah jenis makanan yang baru. Berdasarkan pendapat Shepherd and Raats 1996, bahwa faktor –faktor yang memengaruhi pemilihan pangan food choice dikelompokkan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan pangan, individu yang membuat pilihan dan lingkungan sosial ekonomi dimana pilihan itu dibuat. Sifat fisiko kimia pangan serta kandungan gizi pangan akan memberikan efek fisiologis individuresponden berdasarkan apa yang diterima oleh sensori rasa, aroma dan warna. Namun adanya faktor kondisi sosial ekonomi individu yang mencakup harga bahan pangan, ketersediaan pangan akan turut berpengaruh terhadap pemilihan pangan dan konsumsi pangan. Sebagai produk pangan yang baru, maka perlu diketahui respon awal responden terhadap produk MSMn untuk mengetahui seberapa besar tingkat penerimaan konsumen awal. Respon awal tersebut dilakukan berdasarkan data wawancara responden setelah 2 – 4 hari penggunaan dengan menggunakan kuesioner 2. Data respon awal responden terhadap produk dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18Respon awal responden terhadap produk MSMn No Atribut Penerimaan Respon Jumlah Orang Tidak Terganggu Terganggu 1 Rasa 74 4 2 Aroma 74 4 3 Warna 70 8 Pada dasarnya responden tidak merasa terganggu dengan produk MSMn ini, karena dari Tabel rata-rata respon awal responden adalah biasa saja. Untuk beberapa responden yang merasa terganggu dengan aroma disebabkan oleh pada saat 58 menuangkan MSMn kedalam adonan makanan terlalu banyak dari standar yang dianjurkan peneliti sehingga berpengaruh terhadap rasa, aroma dan warna.

4.3.3 Respon Penerimaan ProdukSelama Intervensi

Penerimaan produk pangan merupakan ekspresi dari rasa suka dan kesenangan responden terhadap suatu produk yang didukung oleh perilaku dari responden tersebut. Perilaku responden adalah tindakan responden yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti keputusan ini Engel et al.2003. Menurut Loudon dan Bitta 1998, perilaku konsumen responden adalah suatu proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa. Perilaku konsumen tersebut menyangkut proses pengambilan keputusan sebelum menggunakan atau memakai, mengonsumsi dan menghabiskan produk. Penerimaan responden terhadap produk baru tidak terjadi begitu saja, tetapi diperlukan proses pengulangan berulang kali untuk mengonsumsi makanan tersebut sampai akhirnya responden mulai terbiasa dan terjadi peningkatan kesukaan. Menurut Sulivan and Birch 1994, Brich and Marlin 1982, dan Sullivan and Birch 1990, bagi bayi diperlukan pengulangan 15 kali makan makanan baru bagi bayi untuk meningkatkan konsumsi lebih dari 2 kali, 10 kali makan bagi anak usia dua tahun dan 8 – 15 kali pengulangan makan pada anak usia 4-5 tahun untuk meningkatkan penerimaan. Penelitian mengenai penerimaan produk dilakukan pula oleh de Graaf et al 2005 terhadap pria dan wanita dewasa, dimana responden diberi makan sebanyak 4-11 kali untuk mengetahui tingkat penerimaannya. Penilaian terhadap penerimaan konsumen dalam penelitian ini dilakukan beberapa kali, yaitu pada 2 minggu setelah penggunaan, 1 bulan setelah penggunaan dan 2 bulan setelah penggunaan. Keseluruhan penerimaan produk oleh responden tertuang pada kuesioner 3, 4 dan 5. Data hasil penerimaan produk oleh responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 19.