3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008, dengan lokasi penelitian diperairan Pulau Kotok Kecil, Pulau Kotok Besar, Pulau Gosong Pandan, dan
Pulau Karang Congkak, yang masuk dalam gugusan Kepulauan Seribu. Basis penangkapan bubu tersebut berada di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Lokasi
penelitian dan basis penangkapan bubu disajikan pada Lampiran 1.
3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah:
1. Bulu babi Diadema setosum yang digunakan sebagai umpan. 2. Bantal raja Culcita novaguineae yang digunakan sebagai umpan.
Alat yang digunakan pada kegiatan penelitian adalah: 1. Bubu sebanyak 20 unit, sebanyak 10 unit menggunakan celah pelolosan dan
10 unit yang lain tidak menggunakan celah pelolosan. 2. Ganco untuk mengangkat dan menimbun bubu.
3. Dongdang untuk membawa hasil tangkapan. 4. Satu unit kapal motor dengan dimensi panjang 7 meter, lebar 1.85 meter,
dalam 1.6 meter, dan mesin yang digunakan adalah Yanmar TS130. 5. Masker dan snorkel untuk menyelam ketika proses pemasangan dan
pengangkatan bubu. 6. Jangka sorong untuk mengukur lebar hasil tangkapan.
7. Penggaris kain untuk mengukur body girth hasil tangkapan. 8. Timbangan untuk mengukur massa hasil tangkapan.
9. Papan pengukur ikan measuring board untuk mengukur panjang hasil
tangkapan. 10. Kamera digital
11. Alat tulis
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode pengumpulan data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi: jumlah dan jenis hasil
tangkapan, panjang total, panjang cagak, body girth, dan berat hasil tangkapan. Data primer ini diperoleh melalui operasi penangkapan di laut.
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data keadaaan wilayah kelurahan pulau panggang, kependudukan, alat penangkapan ikan, keadaan ekonomi dan
mata pencaharian penduduk, jumlah armada, alat tangkap yang dioperasikan, dan hasil tangkapan alat tangkap. Data tersebut diperoleh dari kelurahan pulau
Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Penelitian ini adalah eksperimental fishing, yakni data diperoleh dengan melakukan operasi penangkapan di laut menggunakan serangkaian bubu yang
bercelah escape gap dan tanpa celah nonescape gap. Bubu yang digunakan adalah jenis bubu tambun. Bubu ini secara keseluruhan terbuat dari bambu dengan
dimensi p x l x t : 66 x 51 x 20 cm. Secara detail bubu tambun yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Bentuk mulut yang digunakan pada bubu tambun adalah corong dengan diameter mulut bagian luar 30 cm dan mulut bagian dalam berbentuk elips dengan
diameter 20 cm. Secara lebih detail spesifikasi teknis bubu yang digunakan pada penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Spesifikasi teknis bubu tambun
No. Spesifikasi Teknis
Bubu Tambun
1 Bahan
Bambu 2
Ukuran 66x51x20 cm
3 Mesh size
3 cm 4
Umur teknis 3 bulan
5 Sistem pemasangan
Tunggal 6
Kedalaman pemasangan 0,5 – 3 meter
Gambar 5 Gambar teknis alat tangkap bubu tambun. b Ukuran mata bubu
a Bubu tampak depan
3 cm
20 cm 20 c
c 30 cm
20 c
30 cm 50 cm
20 cm 45 cm
d Dimensi mulut bubu bagian dalam c Bubu tampak atas
51 cm 66 cm
9 cm
20 cm
Bubu yang digunakan pada penelitian ini adalah bubu baru. Untuk mengurangi bau bambu yang keluar saat operasi penangkapan, maka sebelum
digunakan bubu tersebut terlebih dahulu direndam di air laut selama 2 minggu. Bau ini dipercaya oleh nelayan dapat mengurangi hasil tangkapan.
Pada Penelitian ini bubu dioperasikan dengan sistem tunggal pada kedalaman 0.5 – 3 m. Bubu diletakkan secara berselangseling antara bubu yang
bercelah dan tanpa celah. Maksud pemasangan ini adalah untuk memberikan peluang yang sama terhadap tertangkapnya ikan pada bubu. Jarak pemasangan
antar bubu adalah 8 – 10 m. Secara keseluruhan posisi mulut bubu dipasang menghadap ke arah daratan. Hal ini dimaksudkan agar ikan yang melakukan
migrasi pada saat pasang surut bisa terperangkap oleh bubu. Posisi pemasangan bubu disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Posisi pemasangan bubu di perairan.
Berbeda dengan bubu lainnya bubu tambun ketika dioperasikan di laut tidak
dilengkapi dengan pelampung tanda. Untuk mendapatkan lokasi penangkapan
A B
B A
A B
Keterangan: A = Bubu escape gap
B = Bubu nonescape gap
yang telah dipasang bubu, nelayan menggunakan tandatanda alam seperti gundukan batu dan lainlain.
3.3.2 Konstruksi celah pelolosan
Celah pelolosan yang digunakan pada penelitian ini berbentuk bulat. Pertimbangan penggunaan celah pelolosan berbentuk bulat adalah untuk
memudahkan pelolosan hasil tangkapan berupa ikan Irawati, 2002. Celah pelolosan escape gap yang dibuat berbentuk bulat, dengan diameter 4 cm.
Ukuran ini didasarkan atas wawancara dengan nelayan, bahwa ikan kerapu koko yang layak jual memiliki body gird lingkar tubuh minimal 4 cm. setiap satu
bubu, dipasang escape gap serjumlah 4 buah dan ditempatkan pada sisi kiri dan kanan bubu. Jumlah escape gap 4 buah pada setiap bubu bertujuan agar
memudahkan ikan melihat keberadaan escape gap ini.
Escape gap dibuat dari bahan bambu yang dilingkarkan, dan diikat dengan menggunakan tali. Pemasangan escape gap pada bubu dapat dilihat pada Gambar
7.
Gambar 7 Bubu berescape gap berbentuk lingkaran. Escape gap
4 cm
Diameter escape gap
3.4 Metode Pengoperasian Bubu Tambun
Metode pengoperasian bubu tambun di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu adalah sebagai berikut:
1 Persiapan
Pada tahap ini dilakukan persiapan meliputi persiapan alat tangkap, persiapan alat bantu penangkapan, persiapan kapal perikanan, dan persiapan perbekalan.
Persiapan alat tangkap diataranya menyiapkan bubu yang akan dioperasikan dan rautan bambu yang berfungsi untuk menambal bubu ketika terjadi
kerusakan saat bubu dioperasikan. Persiapan alat bantu penangkapan dilakukan dengan menyiapkan alat bantu penangkapan berupa kaca mata renang, ganco,
dan dongdang. Persiapan kapal perikanan meliputi pembelian bahan bakar kapal dan pengecekan kondisi kapal. Adapun persiapan perbekalan meliputi
persiapan makanan dan minuman yang diperlukan selama operasi penangkapan dilakukan. Setelah tahap persiapan dilakukan, selanjutnya pergi ke fishing
ground.
2 Pemasangan umpan Pemasangan umpan dilakukan setelah tiba di fishing ground. Umpan yang
digunakan ada 2 macam, yaitu bantal raja Culcita novaguineae dan bulu babi Diadema setosum. Bantal raja merupakan biota laut sejenis bintang laut.
Bantal raja yang digunakan biasanya yang sudah mati dan dibiarkan beberapa hari di atas kapal sehingga kondisinya sudah busuk dan berbau menyengat. Hal
ini dimaksudkan agar dapat menarik ikan untuk masuk ke dalam bubu. Selanjutnya bantal raja dipotongpotong menjadi sekitar 5 bagian, kemudian
diletakkan di dasar bubu. Adapun bulu babi yang digunakan merupakan bulu babi yang ada di sekitar fishing ground. Sebelum dimasukkan ke dalam bubu,
bulu babi tersebut dihancurkan menggunakan ganco. Setelah bulu babi dalam keadaan hancur selanjutnya diletakkan secara sembarang di dasar bubu. Proses
pemasangan umpan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Proses pemasangan umpan berupa bulu babi.
3 Pemasangan bubu setting Bubu diletakkan di dasar perairan tanpa menggunakan pelampung tanda.
Pemasangan bubu dilakukan dengan cara menimbun bagian sisisisi bubu menggunakan batu karang. Hal ini dimasudkan agar ikan menganggap bahwa
bubu tersebut merupakan gugusan karang, sehingga ikan tertarik untuk masuk ke dalam bubu. Posisi mulut bubu ketika dipasang menghadap ke arah daratan.
Hal ini bertujuan agar ikan yang melakukan ruaya pasang surut dapat masuk ke dalam bubu. Bubu tambun dipasang pada kedalam 0,5 – 3,0 meter dan
pemasangan bubu dilakukan pada pagi hari. Pemasangan bubu berlangsung selama kurang lebih 3 – 5 menit per bubu. Proses pemasangan bubu
menggunakan alat bantu ganco. Ganco berfungsi sebagai alat bantu untuk memindahkan batu karang ketika proses penimbunan dilakukan. Proses
pemasangan setting bubu disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9 Proses pemasangan setting bubu. 4 Perendaman bubu soaking
Perendaman bubu dilakukan kurang lebih selama 24 jam. Selama proses perendaman, bubu tersebut ditinggalkan di perairan. Selanjutnya nelayan
kembali ke fishing base untuk beristirahat di rumah atau melakukan operasi penangkapan menggunakan jaring gebur untuk menangkap ikan hias. Selain
itu, bagi nelayan yang memiliki tambak kerapu, setelah pulang memasang bubu biasanya nelayan tersebut memberi makan ikan kerapu.
5 Pengangkatan bubu hauling Pengangkatan bubu dilakukan pada pagi hari setelah bubu direndam selama
sehari semalam. Proses pengangkatan bubu diawali dengan menyingkirkan batu karang yang digunakan untuk menimbun bubu. Proses pengangkatan bubu
berlangsung selama kurang lebih 3 – 5 menit per bubu. Pengangkatan bubu dibantu dengan alat bantu ganco. Setelah bubu diangkat, kemudian pintu bubu
dibuka untuk mengeluarkan hasil tangkapan. Hasil tangkapan kemudian dimasukkan ke dalam dongdang. Hal ini bertujuan agar hasil tangkapan
tersebut dalam kondisi hidup ketika tiba di fishing base. Setelah bubu selesai diangkat kemudian diberi umpan dan dipasang kembali. Proses pengangkatan
hauling bubu disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10 Proses pengangkatan hauling bubu.
3.5 Analisis Data