Jumlah hasil tangkapan kerapu koko Epinephelus quoyanus

escape gap memiliki slektivitas terhadap spesies species selectivity yang lebih baik dibandingkan bubu tambun tanpa celah pelolosan non­escape gap. Hasil tangkapan dominan pada bubu escape gap relatif lebih sedikit dibandingkan hasil tangkapan dominan pada bubu non­escape gap Gambar 15. Gambar 15 Jumlah spesies dominan pada bubu escape gap dan non­escape gap. Namun hal ini tidak menunjukkan bahwa bubu non­escape gap lebih baik dibanding bubu escape gap karena hasil tangkapan dominan seperti strip delapankepe­kepe, kupas­kupas, dan betok hitam bukan termasuk ikan ekonomis penting.

5.1.4 Jumlah hasil tangkapan kerapu koko Epinephelus quoyanus

Jumlah total hasil tangkapan kerapu koko Epinephelus quoyanus selama penelitian sebanyak 51 ekor. Ikan kerapu koko tersebut tertangkap pada beberapa daerah penangkapan ikan, yaitu Pulau Kotok kecil, Pulau Gosong Pandan, dan Pulau Karang Congkak. Rata­rata jumlah hasil tangkapan kerapu koko pada tiap bubu per trip berkisar antara 0,05­0,45 ekor. Hasil tangkapan kerapu koko tertinggi diperoleh pada trip ke 7, yakni ketika bubu tambun dioperasikan di perairan Pulau Karang Congkak. Daerah Karang Congkak merupakan daerah yang memiliki batu karang dengan kondisi relatif baik, sehingga merupakan habitat yang sesuai bagi kerapu koko. Selain itu, di perairan Karang Congkak terdapat padang lamun. Menurut PBC 2009, lamun memiliki fungsi sebagai tempat pembesaran nursery area, tempat mencari makan feeding area, dan habitat krustesea yang merupakan salah satu jenis makanan kerapu. Oleh karena itu pada lokasi tersebut diduga memiliki kelimpahan kerapu koko yang relatif lebih banyak dibanding lokasi lainnya. Hasil tangkapan kerapu koko terendah diperoleh pada trip ke 5, yakni ketika bubu dioperasikan di Pulau Busung Pandan dan Pulau Kotok Besar. Kondisi terumbu karang di Pulau Busung relatif lebih jelek jika dibanding dengan kondisi terumbu karang di Pulau Kotok Besar. Pada saat pemasangan bubu pada trip ke 5, diduga ada nelayan lain yang menggunakan potasium pada lokasi tersebut, sehingga hasil tangkapan kerapu koko yang diperoleh pada trip ke 5 sedikit. Selanjutnya berdasarkan uji Mann Whitney total jumlah hasil tangkapan kerapu koko pada bubu yang tidak menggunakan celah pelolosan non­escape gap dan bubu yang menggunakan celah pelolosan escape gap memperoleh nilai probabilitas 0,131 Lampiran 7. Pada taraf kepercayaan 95, nilai probabilitas tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai probabilitas Mann Whitney yakni 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah hasil tangkapan kerapu koko pada bubu yang tidak menggunakan celah pelolosan non­ escape gap dan bubu yang menggunakan celah pelolosan escape gap. Maka penggunaan escape gap tidak mengurangi produktifitas bubu terhadap hasil tangkapan kerapu koko. Secara detil rata­rata hasil tangkapan kerapu koko Epinephelus quoyanus tiap bubu per trip dan jumlah hasil tangkapan per trip disajikan pada Gambar 16. Gambar 16 Rata­rata hasil tangkapan kerapu koko Epinephelus quoyanus per bubu per trip.

5.1.5 Distribusi ukuran kerapu koko Epinephelus quoyanus