Preferensi Stakeholder Persepsi stakeholder.

Hal ini menunjukan bahwa dalam pengembangan ekowisata, perlu disediakan ruang, aktifitas dan fasilitas yang mengakomodasi motivasi pengunjung baik wisman dan wisnus. Wisman lebih menyukai potensi pesisir dengan aktifitas bahari. Sebab itu perlu disediakan fasilitas-fasilitas seperti peralatan selam dan snorkeling, perahu, serta fasilitas penginapan berupa resort dengan ciri khas Kei. Sedangkan wisnus lebih berorientasi pada aktifitas rekreasi yang dilakukan di pantai.

5.2 Preferensi Stakeholder Persepsi stakeholder.

Keberhasilan pembangunan di suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh bentuk respon yang timbul dari para stakeholder, sehingga dapat diketahui apa dan bagaimana suatu kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan, siapa yang menjadi pelakunya, serta pada situasi dan kondisi yang bagaimana hal tersebut dapat dilakukan. Demikian halnya dengan pengembangan ekowisata pesisir Nuhuroa, akan berhasil dengan baik apabila mendapatkan dukungan respon yang positif dari para stakeholder. Para stakeholder yang terdiri dari masyarakat, pengusaha, pemerintah, lembaga non pemerintah dan pihak akademisi merupakan pihak-pihak yang berperan dalam mendukung pengembangan Ekowisata Pesisir Nuhuroa. Berdasarkan matriks analisa stakeholder Tabel 14, masyarakat dan pengusaha akomodasi setempat merupakan stakeholder utama yang memiliki kepentingan secara langsung, yakni sebagai pelaku dan pemanfaat dari kegiatan ekowisata di Kawasan Pesisir Nuhuroa ini. Pemerintah daerah setempat, Bappeda Maluku Tenggara dan Dinas Pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara merupakan stakeholder kunci yang memiliki kewenangan langsung dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ekowisata di kawasan ini. Sedangkan Dinas Pariwisata Propinsi dan instansi pemerintah lainnya serta LSM dan Akademisi merupakan stakeholder sekunder, karena tidak memiliki kepedulian terhadap kegiatan ekowisata di kawasan ini. Pemerintah daerah setempat, yaitu instansi pemerintah mulai dari tingkat desa sampai kecamatan berperan sebagai pengorganisir kegiatan yang berkaitan dengan ekowisata di kawasan ini. Bappeda Maluku Tenggara dan Dinas Pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara, selain berperan sebagai pengorganisir juga sebagai pengambil keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ekowisata di kawasan ini. Instansi pemerintah yang lain serta LSM dan pihak akademisi juga hanya berperan sebagai pendukung kegiatan ekowisata di kawasan ini. Hasil identifikasi masing-masing stakeholder dideskripsikan berikut. Masyarakat. Secara umum, masyarakat setempat merupakan penduduk asli Kei, dengan lama tinggal 60 30 tahun. Rata-rata tingkat pendapatan per bulan bagi yang bukan PNS adalah sekitar Rp 300.00,00-Rp 600.000,00. Adapun matapencaharian responden dari unsur masyarakat ini tertera pada Lampiran 2. Salah satu faktor yang cukup penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan ekowisata di kawasan pesisir Nuhuroa adalah bagaimana sikap masyarakat setempat terhadap rencana tersebut. Secara umum masyarakat mempunyai sikap yang mendukung terhadap pengembangan ekowisata di kawasan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di Kawasan Pesisir Nuhuroa, sebesar 100 menyatakan bahwa mereka setuju dengan adanya ekowisata di Kawasan Pesisir Nuhuroa. Dilihat dari pengetahuan masyarakat tentang istilah ekowisata hanya sekitar 35 yang mengetahui istilah ekowisata, yaitu mereka yang bermatapencaharian PNS yakni sebagai guru, pegawai kantor dan pensiunan. Sedangkan 65 lainnya, pernah mendengar dan sebagian lain memang tidak tahu tentang istilah ekowisata. Masyarakat yang terlibat dalam aktifitas wisata masih terbatas pada mereka yang tinggal di sekitar lokasi wisata. Keterlibatan mereka hanya sebatas berjualan makanan, menyewakan tempat duduk dan menyewakan bantal renang. Sedangkan keterlibatan untuk berpartisipasi aktif dalam hal perencanaan atau menentukan program-program yang dapat mendukung pembangunan wisata berbasis ekowisata masih sangat terbatas. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat di wilayah ini untuk berpartisipasi dapat disebabkan karena kurang aktifnya aparat setempat untuk melibatkan masyarakat dalam program-program yang berkaitan dengan wisata di daerah ini. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, tidak dijumpai adanya kegiatan perdagangan yang berkaitan khusus dengan kegiatan wisata, dalam arti belum tersedianya pusat-pusat kerajinan tangan atau art shop. Pusat kerajinan tangan berupa toko souvenir hanya terdapat di Tual, yang menjual aneka kerajinan dari kulit kerang, tenunan, aneka kerajinan dari bambu dan mutiara. Hasil pengamatan hanya dijumpai satu kegiatan yang berkaitan dengan wisata yaitu seniman lukis sekaligus pengelola penginapan yang terdapat di Pantai Ngurbloat. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan seniman tersebut, usaha lukisannya tidak berkembang karena kurangnya pemodalan dan terbatasnya akses pemasaran. Berkaitan dengan permasalahan tersebut, tentu perlu adanya keterlibatan dari instansi terkait, misalnya Dinas Pariwisata serta Dinas Industri Kecil dan Menengah untuk melakukan pembinaan, baik dalam hal dukungan fasilitasi permodalan maupun akses pemasarannya. Sehingga diharapkan pengembangan kawasan ekowisata di daerah ini juga dapat menciptakan diversifikasi lapangan kerja bagi masyarakatnya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Guna meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan ekosistem sumberdaya laut yang merupakan asset bagi pengembangan ekowisata di Nuhuroa, maka perlu adanya sosialisasi oleh instansi terkait seperti Dinas Pariwisata, Dinas Kelautan dan Perikanan dan TNI AL di tingkat Kabupaten kepada aparat setempat melalui pertemuan-pertemuan koordinasi yang melibatkan kelompok masyarakat dan pihak swasta yang mengelola usaha wisata di lokasi ini. Masyarakat juga perlu dilibatkan untuk secara aktif dalam kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan perlindungan sumberdaya alam. Peningkatan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya ekosistem sumberdaya laut tersebut harus diikuti dengan upaya peningkatan ketrampilan masyarakat agar dapat memiliki alternatif pekerjaan terutama yang berkaitan dengan kegiatan wisata. Selain itu peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem laut juga sangat penting dilakukan, misalnya penangkapan ikan dan biota laut lainnya menggunakan cara-cara yang ramah lingkungan. Keberlanjutan kawasan ekowisata di Nuhuroa, berkaitan dengan upaya pengelolaan berbasis perlindungan terhadap ekosistem pesisir dan laut secara menyeluruh, yang hanya dapat dilakukan apabila diiringi oleh upaya peningkatan pengembangan sosial ekonomi masyarakatnya. Karena tanpa hal tersebut upaya pengelolaan yang dilakukan akan sia-sia, dimana masyarakat sekitar maupun di luar wilayah yang memiliki kondisi sosial ekonomi yang buruk akan sangat berpotensi merusak lingkungan pesisir dan laut. Apabila lingkungan pesisir dan laut di Kawasan Pesisir Nuhuroa ini hilang tentu akan berakhir pula daya tarik kawasan ini sebagai daerah ekowisata. Pengusaha. Identifikasi peranan stakeholder pada para pemilik usaha yang berada di lokasi penelitian, didapatkan hasil bahwa berdasarkan bidang usaha yang dilakukan, terdapat dua jenis pengusaha yang terdapat di Kawasan Pesisir Nuhuroa, yaitu yang berkaitan secara langsung terhadap kegiatan wisata dan yang tidak berkaitan secara langsung. Yang berkaitan secara langsung terhadap kegiatan wisata adalah para pengusaha yang bergerak di bidang sarana akomodasi wisatawan seperti penginapan. Sedangkan pengusaha yang tidak berkaitan secara langsung terhadap kegiatan wisata adalah pengusaha yang mempunyai usaha di lokasi penelitian namun tidak berhubungan secara langsung untuk melayani kebutuhan wisatawan, misalnya pengusaha budidaya mutiara. Usaha budidaya ini dalam skala menengah, namun untuk pengolahannya menjadi aneka aksesoris tidak dilakukan di kawasan ini. Keberadaan para pengusaha ini tentu sangat membantu masyarakat setempat karena mendapatkan peluang pekerjaan. Namun untuk saat ini peluang tersebut masih sangat terbatas karena para pengusaha yang bergerak di bidang jasa pelayanan wisatawan, yakni para pemilik sarana akomodasi masih merupakan skala kecil sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan juga relatif sedikit. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para pegawai umumnya berasal dari masyarakat setempat dan merupakan anggota keluarga dari pemilik usaha. LSM. Identifikasi lembaga swadaya masyarakat diperoleh bahwa terdapat salah satu LSM yaitu LSM siran yang bergerak dibidang lingkungan hidup dan sosial. Kegiatan yang dilakukan LSM ini diantaranya perlindungan penyu belimbing di Perairan Kei sejak tahun 2003. Penyu belimbing Dermochelys coriacea merupakan satu-satunya jenis penyu yang berasal dari famili Dermochelidae. Tabel 14 Matriks analisis stakeholder pengembangan ekowisata pesisir di Kabupaten Maluku Tenggara. Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan ekowisata Kelompok stakeholder Peran dalam ekowisata Pengaruh ekowisata terhadap kepentingan stakeholder Tahap penyiapan Tahap pelaksanaan Bappeda Pengorganisir dan pembuat keputusan 5 5 5 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Malra Pengorganisir, pelaksana dan pembuat keputusan 5 5 5 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Malra Pendukung 2 2 2 DPRD Kab. Malra Pembuat keputusan 5 5 5 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi Maluku Pendukung dan pengontrol 3 3 3 Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Maluku Pendukung 2 2 2 Masyarakat setempat Pelaksana dan pemanfaat 4 4 4 Pengusaha setempat Pelaksana dan pemanfaat 4 4 4 Pemerintah tingkat DesaKecamatan Pengorganisir 5 5 5 Akademisi Pendukung 2 2 2 LSM Pendukung 2 2 2 Keterangan : 1 = sedikittidak penting 2 = agak penting 3 = sedang 4 = sangat penting 5 = pemain kunci .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 .1 .2 .3 .4 .5 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 .1 .2 .3 .4 .5

55.7 Kelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan 24.2 Peningkatan Ekonomi