Ikan Kurisi Sebaran Frekuensi Panjang

6 kembali dalam waktu dan dengan kecepatan tertentu. Sifatnya dapat diperbaharui. Tetapi juga punya batas, apabila eksploitasi melebihi batas maksimum, maka perkembangan dan pertumbuhan akan terganggu dan akan mengakibatkan kepunahan. Jadi dalam usaha eksploitasi diperlukan manajemen yang bijaksana Muzakir 2008. Potensi sumberdaya perikanan terdiri dari sumberdaya perikanan tangkap, budidaya pantai tambak, budidaya laut, dan bioteknologi kelautan Dahuri 2001 in Tangke 2010. Potensi perikanan laut sesungguhnya merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia namun masih belum banyak yang digarap secara optimal karena informasinya belum ditempatkan dalam suatu sistem basis data yang terpadu sehingga menyulitkan dalam pencariannya Tangke 2010. Salah satu sifat sumberdaya ikan adalah sangat dinamis yang dapat berubah dengan cepat sesuai dengan ruang dan waktu dan dengan kondisi lautan yang sangat luas, maka untuk pengelolaan sumberdaya ikan diperlukan informasi yang lebih spesifik baik secara temporal maupun secara spasial. Masih banyak informasi mengenai sumberdaya perikanan yang belum tersedia misalnya dimana ikan berada, kapan, jenis apa saja, berapa banyak, daerah mana yang belum dimanfaatkan, bagaimana pengaruh kondisi oseanografi terhadap sumberdaya dan sebagainya Tangke 2010.

2.3 Ikan Kurisi

Nemipterus japonicus Klasifikasi ikan kurisi menurut FAO 2001 in Rahayu 2012 adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Super kelas : Osteichthyes Kelas : Actinopterygii Sub Kelas : Actinopterygii Super ordo : Acanthopterygii Ordo : Perciformes Sub ordeo : Percoidei 7 Family : Nemipteridae Genus : Nemipterus Spesies : Nemipterus japonicus Bloch 1791 Nama Internasional : Japanese threadfine bream Nama Indonesia : Kurisi Ciri-ciri umum ikan kurisi menurut Russel 1990 in Fitriyanti 2000 antara lain sirip dada sangat panjang yaitu 1,0-1,3 kali panjang kepala dan hampir mencapai sirip dubur, sirip perut cukup panjang dan hampir mencapai anus. Sirip ekor menyerupai garpu dengan bagian cuping sirip ekor lebih panjang dari bagian bawah dan membentuk filamen yang cukup panjang. Terdapat 4-5 gigi taring yang kecil pada bagian anterior rahang atas. Warna ikan pada bagian atas merah muda dan keperakan dibawahnya, bagian atas kepala di belakang mata berwarna keemasan, serta mempunyai 11-12 garis berwarna kuning di sepanjang tubuh yang dimulai dari belakang kepala sampai dasar sirip ekor. Berikut Gambar 2 disajikan gambar ikan kurisi Nemipterus japonicus. Gambar 2. Ikan Kurisi Nemipterus japonicus Sumber : www.fishbase.org Ikan kurisi merupakan ikan demersal, namun ada juga yang hidup di dasar dan kolom air pada saat matahari terbenam. Ikan kurisi merupakan hewan karnivora. Makanan ikan ini terdiri dari ikan kecil, crustacea, molusca terutama cephalopoda, polychaeta dan echinodermata De Bruin et al. In Fitriyanti 2000. Berdasarkan penelitian yang terdahulu dapat diketahui bahwa pola pertumbuhan ikan kurisi adalah alometrik negatif dengan b = 2.664 Raeisi et al. 2012. Untuk 8 ukuran pertama kali matang gonad ikan kurisi Nemipterus japonicus menurut Kizhakudan 2008 sebesar 141 mm.

2.4 Sebaran Frekuensi Panjang

Metode pendugaan pertumbuhan berdasarkan data frekuensi panjang sering digunakan jika metode lain seperti metode penentuan umur tidak dapat dilakukan Sparre and Venema 1999. Menurut Pauly 1983 in Sinaga 2010 bahwa hasil dari pengukuran panjang ikan yang dijadikan contoh dan analisa dengan benar dapat menduga parameter pertumbuhan yang digunakan dalam pendugaan stok spesies tunggal. Parameter pertumbuhan tersebut diantaranya kelompok ukuran ikan yang penentuannya didasarkan pada frekuensi panjang individu dalam suatu spesies dengan kelompok umur yang sama akan bervariasi mengikuti sebaran normal Effendie 2005 dan untuk melihat komposisi tangkapan. Setelah komposisi umur diketahui melalui analisis frekuensi panjang, maka parameter pertumbuhan, mortalitas penangkapan dan laju eksplotasi dapat ditentukan dengan metode-metode estimasi yang sesuai Syakila 2009. Boer 1996 bahwa penggunaan histogram frekuensi panjang sering dianggap teknik yang paling sederhana diterapkan untuk mengetahui tingkatan stok ikan, tetapi yang perlu dicatat bahwa struktur data panjang sangat bervariasi tergantung letaknya baik secara geografis, habitat, maupun tingkah laku. Selain itu dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti perbedaan lokasi pengambilan ikan contoh, keterwakilan ikan contoh yang diambil dan kemungkinan tekanan penangkapan yang tinggi terhadap ikan Syakila 2009

2.5 Pertumbuhan