Model Surplus Produksi Sistem Informasi Perikanan

11

2.9 Model Surplus Produksi

Pengkajian stok mencakup suatu estimasi tentang jumlah atau kelimpahan abundance dari sumberdaya. Selain itu, mencakup pula pendugaan terhadap laju penurunan sumberdaya yang diakibatkan oleh penangkapan serta sebab-sebab lainnya, dan mengenai berbagai tingkat laju penangkapan atau tingkat kelimpahan stok yang dapat menjaga dirinya dalam jangka panjang Widodo Suadi 2006. Pada prinsipnya kelestarian sumberdaya akan terjamin jika jumlah volume ikan yang ditangkap sama dengan jumlah ikan akibat pertumbuhan populasi. Konsep ini kemudian berkembang menjadi model pengelolaan perikanan tangkap yang disebut model surplus produksi. Hal tersebut bertujuan untuk induk-induk berkembang biak secara alamiah Susilo 2009. Model surplus produksi merupakan model-model stok tunggal yang dikarakteristikkan tidak memerlukan data struktur umur namun menggunakan hasil tangkapan dan upaya penangkapan Aziz 1989. Tujuan penggunaan model surplus produksi untuk meningkatkan upaya optimum effort MSY atau f msy , yaitu upaya yang menghasilkan suatu hasil tangkapan yang maksimum lestari tanpa mempengaruhi stok secara jangka panjang atau yang sering disebut Maximum Sustainable YieldMSY serta jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTBTAC Sinaga 2011. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTBTAC adalah 80 dari potensi maksimum lestarinya MSY Susilo 2009.

2.10 Sistem Informasi Perikanan

Sistem dapat didefinisikan sebagai kesatuan elemen yang saling terkait Rochim 2002. Elemen-elemen tersebut saling berhubungan dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima inputmasukan serta menghasilkan outputkeluaran dalam proses yang terjadi O’Brien 2008. Komponen-komponen atau fungsi dasar dari sistem menurut O ’Brien 2008 diantaranya : inputmasukan, proses, outputkeluaran. Informasi memiliki arti data yang telah diolahterorganisir sehingga memiliki arti dan nilai bagi penerima informasi Stair 1992. Informasi 12 merupakan hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna bagi penerimanya dan menggambarkan suatu kejadian nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Sumber dari informasi adalah data yang merupakan bentuk yang masih mentah belum dapat bercerita banyak sehingga perlu diolah lebih lanjut melalui suatu model. Data tersebut akan ditangkap sebagai inputmasukan Andayati 2010. Pengertian dari sistem dan informasi dapat digabungkan menjadi sekelompok elemen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima inputmasukan berupa data serta menghasilkan outputmasukan berupa informasi dalam proses transformasi yang teratur. Komponen sistem informasi menurut Stair 1992 dalam bukunya Principle of Information Systems a Managerial Approach diantaranya : hardwareperangkat keras, softwareperangkat lunak, database, jaringan, prosedur dan manusia. Sistem informasi perikanan Indonesia pada dasarnya berfungsi sebagai infrastruktur informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai permasalahan dan juga mengakomodir semua tujuan yang diharapkan. Sistem ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berbasis multimedia kepada penggunanya Tangke 2010. Pembentukan sistem informsi perikanan memerlukan informasi perikanan. Informasi perikanan yang diperlukan dikelompokkan dalam informasi perikanan tangkap dan informasi perikanan budidaya. Informasi perikanan tangkap yang diperlukan meliputi: 1 distribusi spasial dan temporal jenis-jenis sumberdaya perikanan, 2 potensi lestari setiap jenis sumberdaya perikanan, 3 persyaratan ekologis bagi kehidupan dan pertumbuhan setiap jenis sumberdaya perikanan, 4 trophodynamics transfer energi dan materi antar trophic level dalam suatu ekosistem perairan dimana sumberdaya perikanan yang dikelola hidup, 5 dinamika populasi sumberdaya perikanan, 6 sejarah hidup dari sumberdaya perikanan, 7 kualitas perairan dimana sumberdaya hidup, dan 8 tingkat penangkapanpemanfaatan terhadap sumberdaya perikanan, dalam bentuk upaya tangkap secara berkala, 9 Jumlah armada penangkapan ikan dari berbagai ukuran baik yang artisanal maupun modern secara spasial dan temporal serta 13 jumlah nelayan yang memang benar-benar melakukan kegiatan sebagai nelayan Soselisa 2001 in Tangke 2010. Tantangan dalam pengembangan usaha perikanan di Indonesia adalah lemahnya sistem basis data dan sistem informasi perikanan yang berpengaruh terhadap akurasi dan ketepatan waktunya, kelemahan ini dapat mengakibatkan salah perencanaan akan berakibat pada kegagalan usaha. Namun pada masa sekarang dimana sumberdaya tersebut telah dimanfaatkan dan keadaan lingkungan yang semakin memburuk ketepatan data dan timingnya menjadi sangat menentukan. Tantangan lain adalah kualitas sumberdaya manusia, karena untuk membangun suatu sistem informasi dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu menguasai teknologi sistem informasi serta mengoperasikannya Tangke 2010. Salah satu permasalahan pembangunan perikanan Indonesia adalah keterbatasan data dan informasi yang dapat dijadikan rujukan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Ketersediaan data dan informasi perikanan yang akurat hingga saat ini masih dipandang sebagai hal yang tidak begitu penting dan mendesak dalam pembangunan perikanan nasional. Hingga saat ini, belum ada lembaga yang menangani penyediaan data dan informasi secara menyeluruh, melainkan masih dilakukan oleh masing-masing instansi sesuai dengan kebutuhan. Akibatnya sering terjadi perbedaan data dan informasi perikanan Tangke 2010.

2.11 Sistem Penunjang Keputusan