Langkah-langkah AHP Analytical Hierarchy Process AHP

2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

2.8.2 Langkah-langkah AHP

Menurut Saaty 1991, langkah-langkah penyusunan AHP adalah sebagai berikut : 1. Mendefinisikan masalah persoalan dan menentukan solusi dan pemecahan masalah yang diinginkan. Pada tahap ini difokuskan kepada identifikasi permasalahan mutu perusahaan dan kinerja setiap bagian yang ada di perusahaan. Untuk mengetahui data tersebut dilakukan wawancara kerpada para pakar yang terdapat pada perusahaan. Setelah dilakukan fokus ananlisis, kemudian ditentukan komponen-komponen pendukung dari fokus tersebut. Komponen-komponen pendukung selanjutnya dilakukan pendefinisian secara cermat untuk menyatukan persamaan persepsi antara peneliti dan responden pakar yang di wawancara. 2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Setelah komponen-komponen dari fokus analisis diketahui, kemudian dilakukan pembuatan struktur hierarki. Hierarki merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang mmpelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Pembuatan hierarki bertujuan untuk mengetahui tingkatan-tingkatan analisis. Penyusunan model hierarki ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan seperangkat peubah, yaitu unsur manajemen mutu. Pada fokus identifikasi permasalahan tersusun beberapa tingkatan seperti tingkatan satu adalah fokus sasaran cita-cita utama ultimate goal, tingkat kedua adalah faktor atau kriteria masalah, tingkat tiga adalah aktor atau pelaku, tingkat keempat adalah objektif atau tujuan yang ingin dicapai yaitu sesuai dengan fokus sasaran utama tingkat pertama, dan tingkat kelima adalah skenario atau alternatif pemecahan masalah. Contoh struktur hierarki dari identifikasi pemecahan masalah dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Struktur hierarki identifikasi permasalahan 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks perbandingan berpasangan adalah matriks yang membandingkan bobot unsur dalam suatu hierarki dengan unsur dalam hierarki di bagian atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment Tingkat 4 Tujuan Tingkat 3 AktorPelaku Tingkat 2 FaktorKriteria Masalah Tingkat 1 FokusUltimate Goal Identifikasi Masalah UG F1 F2 F4 F3 A1 A2 A4 A3 T1 T2 T4 T3 S1 S2 S4 S3 Tingkat 5 SkenarioAlternatif dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya UG dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya F1, F2, F3, dan F4, dan begitupun seterusnya hingga level alternatif. 4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil perbandingan yang diperoleh pada langkah 3. Setelah matriks perbandingan berpasangan antar elemen dibuat, selanjutnya dilakukan perbandingan berpasangan antara setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen ke-j, yang berhubungan dengan fokus identifikasi permasalahan. Perbandingan berpasangan antar elemen-elemen tersebut dilakukan dengan petanyaan : “seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi, dipengaruhi, dipenuhi, atau diuntungkan oleh fokus permasalahan, dibandingkan dengan kolom ke- j?”. Sementara itu jika elemen-elemen yang dibandingkan merupakan suatu peluang atau waktu maka pertanyaannya adalah : “seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i diandingkan elemen kolom ke- j dalam mempengaruhi fokus?” Skala perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty 1991 terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai skala perbandingan berpasangan Nilai Skala Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu 3 Elemen satu sedikit penting dari lainnya Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya 5 Elemen yang satu jelas lebih penting dibanding elemen lainnya Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek Lanjutan Tabel 3 Nilai Skala Definisi Penjelasan 7 Satu elemen sangat jelas lebih penting dibanding elemen lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya Sokongan elemen yang satu atas yang lainnya terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan di atas Kompromi diperlukan di antara dua pertimbangan Kebalikan nilai-nilai di atas Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan atara elemen A dan B, maka nilai-nilai kebalikan digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A Sumber : Saaty, 1991 Setelah itu hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. 5. Memasukkan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan satu 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1-9 digunakan bila F1 lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat UG dibandingkan dengan F2. Sedangkan F1 kurang mendominasi atau mempengaruhi dibanding dengan F2, maka digunakan angka kebalikannya pada kolom diagonal sebaliknya. 6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. Perbandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terbatas pada hierarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks perbandingan dalam model AHP dibedakan menjadi : a. Matriks Pendapat Individu MPI Matriks pendapat individu adalah matriks pendapat hasil perbandingan yang dilakukan oleh individu pakar. Matriks pendapat individu ini memiliki elemen yang disimbolkan dengan simbol a ij , yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j, Tabel 4. Tabel 4. Matriks pendapat individu MPI G A1 A2 A3 … A n A1 a 11 a 12 a 13 … a 1n A2 a 21 a 22 a 23 … a 2n A3 a 31 a 32 a 33 … a 3n … … … … … … A n a n1 a n2 a n3 … a 3n Sumber : Saaty, 1991 b. Matriks Pendapat Gabungan MPG Matriks pendapat gabungan adalah susunan matriks baru yang elemennya g ij berasal dari rataan geometrik pendapat- pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari matriks pendapat individu yang satu dengan matriks pendapat individu yang lainnya tidak terjadi konflik Tabel 5. Tabel 5. Matriks pendapat gabungan MPG G G1 G2 G3 … G n G1 g 11 g 12 g 13 … g 1n G2 g 21 g 22 g 23 … g 2n G3 g 31 g 32 g 33 … g 3n … … … … … … G n g n1 g n2 g n3 … g 3n Sumber : Saaty, 1991 Rataan geometrik pada Matriks Pendapat Gabungan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : ............................................................. 1 Dimana : = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j k = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi persyaratan = perkalian dari elemen k = 1 sampai k = m 7. Mensistesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor- vektor prioritas Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap yaitu ; 1 pengolahan horizontal dan 2 pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI maupun MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi. Pengolahan horizonal data dilakukan setelah MPI atau MPG yang akan diolah telah siap dan lengkap dengan elemennya. Pengolahan horizontal terdiri dari 3 bagian yaitu : 1 penentuan vektor prioritas, 2 uji konsistensi, 3 revisi pendapat MPI atau MPG yang memiliki rasio inkonsistensi lebih dari 10. 8. Memeriksa konsistensi hirarki Kekonsistenan hasil yang diperoleh sangat diperlukan dalam menganalisis menggunakan metode AHP ini. Rasio kekonsistensian hasil dapat dilihat dengan menghitung index konsistensi. Evaluasi konsistensi hierarki dapat dilakukan dengan cara mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas utama kriteria yang bersangkutan, dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama pada setiap indeks inkonsistensi acak juga dibobot berdasrkan kriteria yang bersangkutan, dan hasilnya dijumlahkan. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 .

2.9. Penelitian Terdahulu yang Relevan