Tabel 3 Daftar penggolongan komponen substrat bentik penyusun komunitas karang lifeform karang dan kodenya English et al. 1997.
Kategori Kode
Keterangan
Dead Coral DC
Baru saja mati, warna putih atau putih kotor Dead Coral with Alga
DCA Karang ini masih berdiri, struktur skeletal
masih terlihat Acropora
Branching ACB
Paling tidak 2
o
percabangan. Memiliki axial dan radial oralit.
Encrusting ACE
Biasanya merupakan dasar dari bentuk acropora belum dewasa
Submassive ACS
Tegak dengan bentuk seperti baji Digitate
ACD Bercabang tidak lebih dari 2
Tabulate
o
ACT Bentuk seperti meja datar
Non-Acropora Branching
CB Paling tidak 2
o
percabangan. Memiliki radial oralit.
Encrusting CE
Sebagian besar terikat pada substrat mengerak Paling tidak 2
o
percabangan Foliose
CF Karang terikat pada satu atau lebih titik,
seperti daun, atau berupa piring. Massive
CM Seperti batu besar atau gundukan
Submassive CS
Berbentuk tiang kecil, kenop atau baji. Mushroom
CMR Soliter, karang hidup bebas dari genera
Heliopora CHL
Karang biru Millepora
CML Karang api
Tubipora CTU
Bentuk seperti pipa-pipa kecil Sof Coral
SC Karang bertubuh lunak
Sponge SP
Bertubuh lunak, terlihat dalam berbagai bentuk seperti tabung, vas, pipih, membulat.
Zoanthids ZO
Seperti anemone tetapi lebih kecil, biasanya hidup sendirikoloni seperti hewan kecil
menempel pada substratum seperti platythoa Others
OT Ascidians, anemon, gorgonian, dan lain-lain
Alga Alga assemblage
AA Lebih kecil dari satu spesies yang agak sulit
diperuntukkan Coralline alga
CA Dinding tubuh mengandung kapur
Halimeda HA
Alga dari genus Halimeda Macroalga
MA Berbagai jenis alga, alga coklat, hijau, merah
Turf alga TA
Alga halus berspiral lebat Abiotik
Sand S
Pasir Rubble
R Patahan karang yang ukurannya kecil
Silt SI
Pasir berlumpur Water
W Air
Rock RCK
Batu
3.4.2 Kondisi Ikan Kerapu
Untuk mengetahui, ukuran kecil, sedang dan panjang, kebiasaan hidup dan kelimpahan ikan kerapu metode yang digunakan adalah metode sensus visual ikan
karang coral reef fish visual census yang dikemukakan oleh English et al. 1997. Pemasangan garis transek ikan karang 50 m di lokasi yang sama dengan
LIT. Tujuannya agar data ikan karang yang diperoleh dapat juga mendeskripsikan secara rinci daerah terumbu karang yang sedang diteliti. Kelimpahan ikan tiap
spesies dihitung dalam batasan jarak 2,5 m ke kiri dan 2,5 meter ke kanan. Pembatasan jarak pandang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan
mata dalam mengidentifikasi ikan karang. Kegiatan sensus dimulai setelah periode normal tenang kurang lebih 15 menit setelah transek dipasang.
Pengamatan dilakukan pada rentang waktu pukul 9 pagi sampai dengan pukul 4 sore pada kedalaman 3-10 meter. Semua jenis ikan kerapu yang ada dicatat pada
kertas atau lembaran data yang sudah disediakan. Selain itu, penggunaan foto bawah air juga digunakan untuk mempermudah dan menkonfirmasi identifikasi
spesies.
Gambar 5 Ilustrasi teknik pengumpulan data ikan dengan metode sensus visual.
3.4.3 Interaksi Masyarakat Sekitar Lokasi Penelitian Terhadap
Sumberdaya Ikan Kerapu dan Terumbu Karang Pengambilan data interaksi masyarakat sekitar lokasi penelitian dengan cara
wawancara langsung dengan nelayan dan para pemangku kepentingan, dan pengambilan data sekunder dengan cara studi literatur penelitian yang
berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maupun sumberdaya terumbu karang di Pesisir Selatan Teluk Kupang dan Sekitarnya, Kabupaten
Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3.4.4 Parameter Lingkungan
Pengambilan data parameter lingkungan dilakukan secara insitu di lokasi penelitian. Metodealat yang digunakan untuk mendapatkan data parameter
lingkungan selengkapnya disajikan pada Tabel 4.
0 m 50 m
2.5 m 2.5 m
Tabel 4 Metode dan peralatan untuk pengambilan data parameter perairan
Parameter Unit
Alat Keterangan
Kecerahan Secchi disc
in situ Suhu
o
Thermometer C
in situ Salinitas
Ppt Refraktometer
in situ Kecepatan Arus
mdt Floating drough
in situ Kekeruhan
NTU Turbidimeter
Lab pH
- pH meter
Lab
3.5 Analisa Data