Strategi Pengelolaan Risiko Analisis Risiko Pasca Panen Tanaman Obat di Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) Bogor Provinsi Jawa Barat

60

6.2 Strategi Pengelolaan Risiko

Startegi pengelolaan risiko merupakan kegiatan usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko yang baik akan mampu menekan dampak dari risiko tersebut walaupun dampak dari risiko tersebut tidak mungkin hilang atau habis. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif untuk mengurangi risiko. Startegi pengelolaan risiko atau manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen kebun UKBB untuk menangani berbagai risiko yang dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen kebun yaitu perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pelaksanaan actuating, dan pengontrolan controlling atau POAC. Keberhasilan manajemen kebun UKBB tergantung dengan kemampuan pihak kebun dalam menggunakan sumber daya yang ada. Dalam menajalankan usahanya, kebun UKBB menghadapi berbagai macam risiko yaitu risiko produksi pasca panen simplisia yang berfluktuatif yang dipengaruhi oleh cuaca sinar matahari, peralatan yang pasca panen yang tidak memadai, ketebalan perajangan, dan tidak adanya pengaturan suhu ruangan. Untuk itu perlu dilakukan strategi manajemen risiko produksi yang tepat agar risiko tersebut dapat diminimalkan. Saat ini kebun UKBB telah melakukan salah satu strategi dalam memanajemen risiko yaitu dengan melakukan diversifikasi produksi beberapa komoditi. Upaya yang dilakukan oleh pihak kebun UKKB dalam mengatasi risiko yang dihadapi adalah dengan melakukan identifikasi risiko yang akan muncul dalam proses pasca panen simplisia terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan pengambilan tindakan untuk meminimalkan risiko. Upaya untuk meminimalkan risiko itu adalah sebagai berikut : 1. Diversifikasi Diversifikasi merupakan strategi investasi dalam berbagai kegiatan usaha dengan tujuan untuk meminimalkan risiko. Diversifikasi dapat dilakukan jika dalam suatu perusahaan terdapat beberapa komoditi yang diusahakan. 61 Diversifikasi akan dapat menutupi risiko salah satu kegiatan usaha dengan kegiatan usaha lainnya. Diversifikasi yang dilakukan oleh kebun UKBB adalah dengan mengusahakan tiga komoditi yaitu temulawak, pegagan, dan mahkota dewa. Diversifikasi yang akan dilakukan, diharapkan risiko yang dihadapi pihak kebun dalam pasca panen simplisia dapat diminimalkan, walaupun risiko tidak dapat dihilangkan. Analisis risiko pasca panen yang telah dilakukan adalah portofolio dengan dua komoditi yaitu simplisia temulawak dengan simplisia pegagan, simplisia temulawak dengan simplisia mahkota dewa, dan simplisia pegagan dengan simplisia mahkota dewa. Analisis risiko portofolio untuk tiga komoditi dengan mengusahakan ketiga komoditi secara bersamaan yaitu simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa. Dari hasil analisis tersebut menggambarkan bahwa dengan melakukan diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada. Selain itu diversifikasi dapat mengefisienkan biaya karena peralatan dan tenaga kerja yang digunakan dapat dipakai secara bersamaan sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya pasca panen lagi untuk setiap proses pasca panen dan dapat diminimalkan. Oleh karena itu, diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko pasca panen simplisia di kebun UKBB. 2. Penggunaan Teknologi Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pengusahaan simplisia ini adalah penggunaan teknologi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan dalam pasca panen simplisia ini adalah penggunaan oven dan pengatur suhu ruangan. Penggunaan oven bertujuan untuk memaksimalkan proses pengeringan simplisia sehingga dapat mencapai standar simplisia yang telah ditetapkan oleh Badan POM untuk bahan baku obat herbal atau jamu yang baik adalah simplisia yang memiliki kadar air dibawah 10 persen. Oven ini telah digunakan oleh pihak kebun UKBB, namun masih menggunakan oven dalam kapasitas yang sedikit. Penggunaan oven dapat menjaga kualitas dan kuantitas simplisia. Penggunaan oven dapat menjaga kualitas simplisia pada saat pengeringan dan penyimpanan sehingga dapat dilakukan penyimpanan dalam waktu yang lama. Pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa, setelah dilakukan pengeringan dengan oven 62 dan dilakukan konversi setiap bulannya dapat dilihat bahwa hasil rendemen simplisia basah ke simplisia kering tetap. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pengolahan simplisia basah ke simplisia kering setelah menggunakan oven lumayan cukup stabil dan cukup meminimalkan risiko. Teknologi lainnya yang dapat digunakan oleh kebun UKBB dalam meminimalkan risiko di proses pasca panen simplisia adalah penggunaan pengatur suhu ruangan untuk penyimpanan. Saat ini, ruangan penyimpanan untuk simplisia di kebun UKBB masih menyatu dengan tempat peralatan produksi simplisia. Dengan penggunaan pengatur suhu ruangan, diharapkan dapat menjaga kualitas simplisia selama proses penyimpanan. Penggunaan teknologi, sebaiknya diimbangi dengan manajemen yang baik. Sehingga teknologi yang digunakan bisa tepat guna dan tepat waktu. 3. Memaksimalkan Pelaksanaan Fungsi Manajemen Saat ini, di kebun UKBB telah menerapkan fungsi manajemen dalam menjalankan usaha, namun masih belum maksimal. Fungsi manajemen yang dapat dilakukan di kebun UKBB adalah sebagai berikut : a. Perencanaan pelaksanaan proses pasca panen planning Perencanaan proses pasca panen di kebun UKBB dimulai dari pemanenan, penyortiran awal, pencucian, perajangan, pengeringan, penyortiran akhir, pengemasan, dan penyimpanan. Hal ini bertujuan agar kualitas dan kuanlitas dari simplisia yang dihasilkan tetap terjaga dan dapat ditingkatkan. Perencanaan untuk pemanen sebaiknya dilakukan lebih pagi sehingga proses pengeringan mendapatkan sinar matahari yang maksimal. Selain itu, perencanaan untuk penambahan bak pencucian simplisia sebaiknya segera dilakukan agar proses pencucian dapat berjalan dengan baik dan tidak mempengaruhi kualitas dari simplisia itu sendiri. Tujuan penamabahan bak pencucian ini adalah agar pencucian simplisia basah dapat maksimal. b. Pengorganisasian organizing Pengorganisasian pekerja yang terlibat langsung terhadap kegiatan pasca panen dengan cara mengoptimalkan sumber daya manusia atau tenaga kerja yang dimiliki oleh kebun UKBB. Mengoptimalkan tenaga kerja dilakukan dengan cara pembagian tugas yang jelas untuk masing-masing tenaga kerja. Dengan adanya 63 pengorganisasian tenaga kerja akan menghasilkan produksi yang optimal dan maksimal. c. Pelaksanaan actuating Dalam melaksanaan suatu kegiatan, harus ada \komunikasi yang jelas dan baik agar pelaksanaan kegiatan dalam suatu usaha dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan di kebun UKBB dilakukan selalu berdasarkan arahan dari pihak atasan dari kebun mulai dari Pusat Studi Biofarmaka, Kepala Divisi Pengembangan SDA dan Budidaya Biofarmaka, Manajer Oprasional UKBB, dan Manajer Produksi UKBB. Dalam pelaksanaan kegiatan di kebun UKBB tidak hanya berjalan satu arah saja dari atasan ke bawahan, namun informasi atau komunikasi juga bisa berasal bawah atau tenaga kerja. Pelaksanaan kegiatan di kebun dalam proses pasca panen terdiri dari pelaksanaan penyortiran basah, pencucian, perajangan, pengeringan, penyortiran kering, pengemasan, dan penyimpanan. Atasan selalu memberikan arahan dan informasi dalam pelaksanaan kegiatan pasca panen agar berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan dan mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu, sebaiknya pihak kebun sendiri berlanjut atau continue dalam pencatatan setiap produksinya. Tujuannnya adalah agar dapat memberikan informasi yang jelas dan baik untuk melihat produktivitas simplisia itu sendiri dan dapat diambil tindakan dalam peningkatan produksi simplisia. d. Pengontrolan controling Agar tidak terjadi berbagai kecurangan atau kesalahn dalam pelaksanan proses pasca panen simplisia ini, maka pihak manajem kebun selalu melakukan pengawasan dalam pelaksanaan proses pasca panen dan kinerja tenaga kerja. pengontrolan sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh pihak manajemen kebun, tapi sebaiknya dilakukan oleh tenaga kerja juga. Selain itu, pengontrolan dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketika pelaksanaan tidak sesuai dengan rencana, maka dapat dilakukan alternatif yang baik dan cepat agar tidak mempengaruhi prose pasca penen selanjutnya. 64 VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan