13 rupiah dan tahun 2005 meningkat menjadi 21,3 triliyun rupiah naik 25,29
persen. Hal ini menggambarkan masih tingginya peluas pasar untuk obat herbal di Indonesia. Pada tahun 2006 Direktorat Jendral Hortikultura menetapkan 13
tanaman utama untuk tanaman biofarmaka. Namun pada tahun 2009, Direktorat Jendral Hortikultura menetapkan tanaman utama dari tanaman biofarmaka
menjadi 15 komoditi. Hal ini dikarenakan makin banyaknya tanaman tanaman yang dapat dimanfaatkan menjadi obat.
2.2 Proses Pasca Panen pada Tanaman Biofarmaka
Penanganan pasca panen bertujuan agar mutu tanaman obat tetap terjaga dengan baik. Menurut Kitinoja dan Kader 1993 pasca panen dimulai sejak
komoditi dipisahkan dari tanaman dipanen dan berakhir bila komoditi tersebut dikonsumsi. Menurut Wardana, et al, 2002 pasca panen merupakan kelanjutan
dari proses panen terhadap tanaman budidaya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan bahan
tanaman yang ideal setelah dilakukan pemanenan. Tujuan akhir kegiatan pasca panen adalah agar bahan nabati atau simplisia yang dihasilkan memiliki nilai jual
tinggi. Proses pasca panen pada tanaman biofarmaka terdiri dari : a. Penyortiran basah
Penyortiran basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing lainnya dari bahan tanamansimplisia, misalnya kotoran atau bahan asing pada
simplisia jenis akar adalah tanah, kerikil, rumput, akar yang rusak, bagian tanaman lain selain akar, dan sebagainya. Bahan nabati yang baik memiliki
kandungan bahan organik asing tidak lebih dari 2 persen. Proses penyortiran pertaman ini bertujuan untuk menguragi jumlah pengotor yang ikut tertinggal
untuk proses selanjutnya. b. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat pada simplisia. Pencucian juga berguna untuk mengurangi mikroba-mikroba yang
terdapat pada simplisia. Karena itu, pencucian harus dilakukan dengan menggunakan air bersih seperti air dari mata air, air sumur, dan air PAM. Bila
menggunakan air yang kotor akan menambah jumlah mikroba yang ada pada simplisia. Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk
14 menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam simplisia.
Pencucian simplisia dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti perendaman bertingkat, penyemprotan, dan penyikatan.
c. Perajangan Perajangan pada simplisia dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya
seperti pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada simplisia yang tebal dan tidak lunak seperti akar, rimpang, dan
batang. Ukuran perajangan sangat berpengaruh pada kualitas bahan simplisia. Jika perajangan terlalu tipis dapat menambah kemungkinan berkurangnya zat yang
terkandung dalam simplisia. Sebaliknya, jika terlalu tebal maka kandungan air dalam simplisia akan sulit dihilangkan. Apabila simplisia sulit dikeringkan atau
hanya kering di bagian permukaan maka akan mudah busuk atau rusak. d. Pengeringan
Syukur dan Hernani 1999 dan Wardana, et al, 2002 menyatakan bahwa pengeringan merupakan usaha untuk menurunkan kadar air bahan sampai tingkat
yang diinginkan sehingga tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalan jangka waktu yang lama. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang
dari 10 persen. Waktu pengeringan biasanya bervariasi tergantung pada jenis simplisia dan metode yang digunakan. Metode pengeringan simplisia dapat
dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari atau secara modern dengan menggunakan alat pengeringoven. Syukur dan Hernani 1999
menyatakan dengan adanya keragaman dalam bentuk bahan baku simplisia maka ada perbedaan cara mengeringkan pada masing-masing bahan tersebut. Ada bahan
yang dapat langsung dikeringkan dibawah sinar matahari, dikeringkan di bawah nauangan, dan ada pula pengeringan lambat atau pemeraman terlebih dahulu
setelah panen. Berikut cara pengeringan beberapa bahan tanaman obat : - Bahan yang berasal dari daun : pemanen dilakukan pada saat pagi atau sore
hari untuk memperkecil kehilangan senyawa-senyawa yang dibutuhkan didalam daun. Daun dilayukan di bawah naungan dan tidak dijemur langsung
dibawah sinar matahari. Untuk mencegah terjadinya fermentasi atau berjamur maka sebaiknya daun disimpan dalam keadaan kering pada kondisi dingin.
15 - Bahan yang berasal dari buah : bahan yang berasal dari buah bisa langsung
dijemur setelah dipanen. - Bahan yang berasal dari rimpang : simplisia yang berasal dari rimpang terlebih
dahulu dilakukan perajangan sebelum dilakukan penjemuran. Pada saat pengeringan dengan sinar matahari harus sering dibolak balik agar tidak terjadi
fermentasi yang menyebabkan bahan jadi busuk. e. Penyortiran kering
Penyortiran kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan benda-benda asing yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering. Setelah penyortiran selesai, simplisia yang dihasilkan ditimbang untuk menghitung rendemen hasil dari proses pasca panen
yang dilakukan. Menurut Rismawati 2010 kriteria penyortiran berdasarkan pada warna, bentuk, berat, kerusakan mekanis, dan busuk, serta derajat kematangan.
f. Pengemasan Syukur dan Hernani 1999 dan Wardana, et al, 2002 menyatakan bahwa
dalam pengemasan simplisia harus menggunakan bahan yang bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi antara bahan kemasan dengan simplisia.
Selain itu, bahan pengemasan sebaiknya kering, dapat menjamin produk bahan yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan selanjutnya, dan
dapat melindungi isi pada saat pengangkutan. Untuk pengemasan bahan yang telah dikeringkan dapat digunakan karung plastik, karung goni, dan peti kayu
yang kedap udara. g. Penyimpanan
Menurut Syukur, Hernani 1999 dan Rismawati 2010 penyimpanan adalah upaya untuk memperpanjang ketersediaan produk sehingga membantu memenuhi
kebutuhan pemasaran, distribusi, dan penggunaan. Penyimpanan yang baik dirancang untuk mencegah menurunnya kelembaban, terjadinya pembusukan, dan
perkecambahan dini, serta menghilangkan panas akibat respirasi. Wardana, et al, 2002 menyatakan bahwa sumber utama kerusakan simplisia adalah air,
kelembaban, sinar matahari langsung, dan hama seperti kutu, rayap, dan tikus. Kondisi penyimpanan yang ideal adalah ruangan yang dilengkapi dengan
pengaturan kelembaban dan suhu yang tepat.
16
2.3 Penelitian Terdahulu Analisis Risiko