Kompetensi GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

standar yang ditetapkan serta kompatibel dengan standar sejenis dari negara lain atau standar internasional BNSP, 2005. Standar kompetensi dibutuhkan dalam berbagai institusi atau lembaga dalam rangka pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhanya masing-masing. Alasan institusi atau lembaga membutuhkan standar kompetensi adalah sebagai berikut: a. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan 1. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan kurikulum; 2. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan, penilaian serta sertifikasi. b. Untuk dunia usahaindustri dan penggunaan tenaga kerja 1. Membantu dalam rekrutmen; 2. Membantu penilaian unjuk kerja; 3. Dipakai untuk membuat uraian jabatan; 4. Untuk mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia usahaindustri. c. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi 1. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya; 2. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan sertifikasi. Pengukuran level kompetensi oleh BNSP dilakukan melalui pendekatan dengan mendefinisikan karakteristik level kompetensi yang disebut Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia KKNI yang dijadikan sebagai pedoman pengukuran level kompetensi. Klasifikasilevel kompetensi terdiri dari sembilan level. Pengukuran kompetensi dengan menggunakan model SKKNI walaupun sudah sangat rinci namun belum belum bisa dipakai secara universal karena belum semua kompetensi di industri di standarkan.

3.3.3.2. Model Level Kompetensi Taxonomy Bloom’s

Taksonomy bloom dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom 1954 dan timnya melalui terori psikologi belajar sehingga dalam merumuskan standar kompetensi prinsip-prinsip teori tersebut harus selalu dipergunakan. Dalam teori belajar tersebut terbagi atas tiga tipe belajar yaitu kognitif, psikomotoris dan afektif pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diajarkan terintegrasi untuk mencapai tujuan suatu proses pendidikan dan pelatihan. 1. Aspek kognitif pengetahuan Aspek kognitif mencakup pengembangan kemampuan intelektual dan pengetahuan yang terdiri atas enam katagori utama, yang tersusun dari yang sederhana hingga yang kompleks berdasar pada tingkat kesulitan yang ditanganinya. Dalam hal ini aspek yang sederhana harus dikuasai terlebih dahulu sebelum meningkat ketingkat kesulitan yang berikutnya. 2. Aspek psikomotor keterampilan Aspek psikomotor mencakup kemampuan dalam mengkoordinasikan gerakan fisik dan menggunakan motoris. Untuk memperoleh kemampuan tersebut memerlukan pelatihan dan pembiasaan dan pengukuran yang mencakup tentang kecepatan, jarak, prosedur dan teknik pelaksanaan BNSP, 2005. 3. Aspek afektif Krathwohl Aspek afektif mencakup hal yang berkaitan dengan emosi seperti perasaan, apresiasi, antusiasme, motivasi, sikap. Aspek afektif terbagi atas lima katagori utama BNSP, 2005. Pengukuran tingkat kompetensi dengan menggunakan model tingkat taxonomy bloom’s, sangat cocok untuk diterapkan di dunia pendidikan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan juga untuk penyusunan kurikulum Norina, 2008 dan Sukamto,2011. 3.3.3.3.Derajat Kecanggihan Humanware UNESCAP, 1989 UNESCAP 1989 membagi teknologi menjadi empat komponen dasar yaitu technoware, humanware, infoware dan orgaware. Komponen technoware adalah teknologi yang melekat pada objek object embodied technology meliputi peralatan, perlengkapan, mesin-mesin, sarana transportasi serta infrastruktur lainnya. Komponen humanware adalah teknologi yang melekat pada manusia meliputi seluruh kemampuan abilities, yang dimiliki yang diperlukan dalam oprasi transformasi seperti pengetahuan knowledge, keterampilan, kebijakan, kreatifitas dan pengalaman. Komponen infoware adalah adalah teknologi yang melekat pada dokumen document embodied technology meliputi informasi atau dokumentasi yang berkaitan dengan proses, prosedur, teknik, metode, teori, spesifikasi, dan pengamatan. Komponen orgaware adalah teknologi yang melekat pada kelembagaan institution embodied technology meliputi praktek-praktek manajemen, lingkages dan pengaturan organisasi. Evaluasi derajat kecanggihan pada komponen humanware dapat dipakai untuk mengukur tingkatan kompetensi individu. Derajat kecanggihan komponen humanware terdiri dari tujuh level yang dapat dijelaskan pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Derajat Kecanggihan Humanware UNESCAP 1989 No Klasifikasi Karakteristik 1 Kemampuan Mengoperasikan operating ability Pekerjaan baku, keputusan rutin, usaha fisik rendah hingga tinggi, usaha mental sangat rendah, tingkat pendidikan menengah kebawah, pelatihan dasar dan menengah, kategori pekerjaan uskilled dan skilled 2 Kemampuan memasang setting-up abbility Pekerjaan baku, keputusan rutin, usaha fisik rendah hingga menengah, usaha mental sangat rendah, tingkat pendidikan menengah dan kebawah, pelatihan jangka pendek, katergori pekerjaan skilled dan teknisi. 3 Kemampuan Mereprasi repairing ability Pekerjaan sebagian tidak baku, keputusan rutin sebagian, usaha fisik rendah hingga menengah, usaha mental sedang, tingkat pendidikan kejuruanlanjutan keatas, pelatihan jangka pendek dan menengah, kategori pekerjaan teknisi, ilmuan dan insinyur. 4 Kemampuan Mereproduksi reproducing ability Pekerjaan umumnya tidak baku, keputusan hampir tidak rutin, usaha fisik rendah hingga menengah, usaha mental menengah sampai tinggi, pendidikan tinggi tertiary education, pelatihan jangka menengah kategori pekerjaan teknisi, ilmuan dan insinyur. 5 Kemampuan Mengadaptasi adapting ability Pekerjaan tidak baku, keputusan tidak rutin, usaha fisik rendah, usaha mental tinggi, pendidikan tinggi keatas, pelatihan tinggi kategori pekerjaan teknisi, ilmuan dan insinyur 6 Kemampuan Mengembangkan improving ability Pekerjaan tidak baku, keputusan tidak rutin, usaha fisik rendah, usaha mental sangat tinggi, tingkat pendidikan tinggi keatas, pelatihan tinggi, kategori pekerjaan teknisi, ilmuwan dan insinyur 7 Kemampuan Inovasi inovating ability Pekerjaan tidak baku, keputusan tidak rutin, usaha fisik rendah, usaha mental tinggi sekali, tingkat pendidikan tinggi keatas, pelatihan sangat tinggi, kategori pekerjaan teknisi ilmuwan dan insinyur. Pengukuran kompetensi dengan menggunakan model derajat kecanggihan UNESCAP 1989 sangat cocok diterapkan di industri karena menyangkut kemampuan teknis seseorang hard competency dalam menangani pekerjaan di industri dan langsung berkaitan dengan proses produksi di industri.

3.3.3.4. Analitic Hirearchy Process AHP

Metode Analitic Hirearchy Process AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty 2008 Metode AHP sering digunakan untuk masalah yang kompleks dan tidak terstruktur sehingga mempermudah proses pengambilan keputusan dan penilaian. Penelitian dengan AHP tidak membutuhkan jumlah sampel besar tapi cukup orang-orang kunci key person yang mempunyai peranan dan mengetahui dengan baik tentang bidang yang jadi objek penelitian. Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut Pardian, 2010: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan; 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin di rangking; 3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya; 4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom; 5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data preferensi perlu diulangi; 6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki; 7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan; 8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan consistency ratio CR atau inconsistency 0, 100 maka penilaian harus diulang kembali. Kriteria skala tingkat kepentingan penilaian perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Kriteria Skala Tingkat Kepentingan pada Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan Definisi Keterangan 1 Sama pentingnya Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama terhadap sebuah tujuan 3 Agak lebih penting daripada Suatu aktivitas terbukti lebih penting dibandingkan aktivitas lainnya, tetapi kelebihan tersebut kurang meyakinkan atau tidak signifikan 5 Lebih penting daripada Terdapat bukti yang bagus dan kriteria logis yang menyatakan bahwa salah satu aktivitas memang lebih penting daripada aktivitas lainnya 7 Jauh lebih penting daripada Salah satu aktivitas lebih penting dibandingkan aktivitas lainnya dapat dibuktikan secara meyakinkan Tabel 3.2. Kriteria Skala Tingkat Kepentingan pada Perbandingan Berpasangan Lanjutan Intensitas Kepentingan Definisi Keterangan 9 Mutlak lebih penting daripada Suatu aktivitas secara tegas memiliki kepentingan yang paling tinggi 2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua pendapat yang berdampingan Dibutuhkan kesepakatan untuk menentukan tingkat kepentingannya Langkah-langkah dalam menyusun AHP adalah: 1. Menyusun matriks banding berpasangan pairwise comparison 2. Perhitungan rata-rata pembobotan untuk masing-masing elemen dan unsur 3. Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matriks Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matriks merupakan perhitungan rasio konsistensi menggunakan rumus-rumus yang disajikan secara jelas sebagai berikut: a. Perhitungan Rasio Konsistensi Rasio Konsistensi = Matriks Perhitungan Rata-rata Pembobotan Vektor Bobot tiap baris b. Perhitungan Konsistensi Vektor Konsistensi Vektor = Rasio Konsistensi Bobot Parsial tiap baris c. Rata-rata entri m aks  m aks  = n iVektor Konsistens n 1 i   ………………. 2.1 d. Consistency Index CI 1 n n CI maks     ………………. 2.2 e. Consistency Ratio CR Index y Consistenc Random CI CR  ………………. 2.3 dimana jawaban respo nden akan konsisten jika CR ≤ 0,1

3.3.3.5. Key Performance Indicator

KPI atau Key Performance Indicator, adalah indikator yang digunakan satu perusahaan untuk mendefinisikan dan mengukur progres kerja. Jika satu perusahaan telah menentukan misinya, dan menentukan tujuannya goals, diperlukan satu cara untuk melihat progress kerja tersebut. KPI adalah cara pengukuran itu. KPI merupakan sebuah keharusan bagi satu perusahaan karena jika kita tidak bisa mengukur sesuatu, kita tidak bisa mengontrolnya, dan semua yang tidak bisa dikontrol juga tidak bisa di-manage. Jadi KPI harus sesuatu yang bisa terukur, dan bisa merefleksikan kemajuan strategis perusahaan. Syarat KPI adalah: 1. Terukur 2. Mencerminkan goal perusahaan 3. Kunci sukses perusahaan KPI dibuat berdasarkan kebutuhan masing-masing perusahaan. KPI sebuah sekolah bisa berupa persentase kelulusan murid-muridnya, atau bisa berupa nilai rata-rata NEM atau STTB. KPI salesman bisa berupa persentase kenaikan penjualan perbulan, atau value penjualannya. KPI procurement bisa berupa persentase item yang pembeliannya sudah di cover oleh kontrak, persentase item yang langsung ditangani vendor, waktu yang dibutuhkan untuk memproses satu permintaan pembelian oleh user, atau persentase supplier yang tepat waktu. Sedangkan KPI yang digunakan Inventory dan warehouseing secara umum adalah Turn Over, service level, dan inventory accuracy. KPI untuk diri sendiri juga tergantung pada tujuan masing-masing individu, misalnya jumlah tabungan, atau untuk yang mau sehat, kilometer yang ditempuh tiap minggu waktu lari pagi atau sore. 3.3.3.6.Model SMART Strategic Management Analysis and Reporting Technique System Model SMART Strategic Management Analysis and Reporting Technique System, mengukur kinerja dan menganalisis pencapaian target dari strategi objektif, dan menganalisis skala prioritas perbaikan strategi objektif untuk meningkatkan kinerja perusahaan, khususnya SDM. Beberapa hal yang ditinjau dari Model SMART antara lain: 1. Identifikasi Strategi Objektif dan Key Performance Indicator KPI Dengan menggunakan kerangka kerja SMART System, strategi objektif perusahaan dilihat dari level bisnis perusahaan dan perspektif masing-masing level bisnisnya. Melalui data perusahaan dan wawancara dengan para manajer perusahaan, strategi objektif perusahaan dalam menentukan kompetensi sumber daya manusia dapat ditentukan. 2. Penstrukturan Key Performance Indicator KPI Pihak manajemen telah menyimpulkan bahwa hasil KPI dianggap valid kemudian dilakukan penstrukturan sesuai dengan jenis perspektif yang terdapat pada kerangka kerja SMART System. Kriteria-kriteria di atas kemudian disusun kedalam struktur hirarki. 3. Pembobotan Key Performance Indicator Pembobotan KPI dengan Proses Hierarkhi Analitik AHP didasarkan pada strukturisasi hierarkhi sistem pengukuran kinerja. Pembobotan diperlukan agar preferensi dari pihak manajemen terhadap tingkat kepentingan kriteria Perspektif, Strategi, dan KPI dapat diketahui. Desain kuesioner bersifat tertutup dan diberikan kepada pihak manajemen yang mengerti terhadap kriteria-kriteria yang hendak ditanyakan. Hasil data dari kuesioner kemudian diolah.

3.3.3.7. Technique for Order Preference By Similarity To Ideal Solution

TOPSIS 3 TOPSIS didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negative. Konsep ini banyak digunakan 3 Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset. Hal 228. pada beberapa model MADM untuk menyelesaikan masalah keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami; komputasinya efisien; dan memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja relative dari alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara umum, prosedur TOPSIS mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi 2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot 3. Menentukan matriks solusi ideal positif matriks solusi ideal negatif 4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif matriks solusi ideal negatif 5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif TOPSIS membutuhkan Rating kinerja setiap alternatif A i pada setiap kriteria C i yang ternormalisasi, yaitu: r ij = ; dengan i = 1,2,…,m dan j = 1,2,….,n. 1 Solusi ideal positif A + dan solusi ideal negative A - dapat ditentukan berdasarkan Rating bobot ternormalisasi y ij sebagai: y ij = w i r ij ; dengan i = 1,2,…,m dan j = 1,2,…,n. 2 A + = , ,…, 3 A - = , ,…, 4 dengan 5 6 j =1,2,…,n Jarak antara alternatif A i dengan solusi ideal positif dirumuskan sebagai: ; i = 1,2,…,m 7 Jarak antara alternatif A i dengan solusi ideal negatif dirumuskan sebagai: ; i = 1,2,…,m 8 Nilai preferensi untuk setiap alternatif V i diberikan sebagai: V i = ; i = 1,2,…,m 9 Nilai V i yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif A i lebih dipilih. Contoh: Suatu perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta DIY ingin membangun sebuah gudang yang akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan sementara hasil produksinya. Ada 3 lokasi yang akan menjadi alternatif, yaitu: A 1 = Ngemplak A 2 = Kalasan A 3 = Kota Gedhe Ada 5 kriteria yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu: C 1 = jarak dengan pasar terdekat km C 2 = kepadatan penduduk di sekitar lokasi orang C 3 = jarak dari pabrik km C 4 = harga tanah untuk lokasi x Rp 1000 C 5 = Biaya Transportasi Rp. Rating kecocokan setiap alternative pada setiap kriteria, dinilai dengan 1 sampai 5, yaitu: 1`= Sangat Buruk 2 = Buruk 3 = Cukup 4 = Baik 5 = Sangat Baik Tabel 3.3 menunjukkan Rating kecocokan dari setiap alternative pada setiap kriteria. Sedangkan tingkat kepentingan setiap kriteria juga dinilai dengan 1 sampai 5, yaitu: 1`= Sangat Rendah 2 = Rendah 3 = Cukup 4 = Tinggi 5 = Sangat Tinggi Tabel 3.3 . Rating Kecocokan dari Setiap Alternatif pada Setiap Kriteria. Alternatif Kriteria C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 A 1 4 4 5 3 3 A 2 3 3 4 2 3 A 3 5 4 2 2 2 Pengambil keputusan memberikan bobot preferensi sebagai berikut: W = 5, 3, 4, 4, 2 Matriks keputusan dibentuk dari table kecocokan sebagai berikut: Permasalahan akan diselesaikan dengan metode metode TOPSIS. Proses normalisasi nilai atribut untuk membentuk matriks ternormalisasi R dan perkalian antara bobot dengan nilai setiap atribut untuk membentuk matriks Y, Dengan demikian seterusnya, sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R: Matriks ternormalisasi R Matiks Y, dihitung dengan mengalikan matriks ternormalisasi R dengan bobot W, sebagai berikut: Dan seterusnya, hingga diperoleh matriks Y: Matriks Y Solusi ideal positif dihitung berdasarkan persamaan 3 sebagai berikut : Solusi ideal negatif dihitung berdasarkan persamaan 4 sebagai berikut : Jarak antara nilai terbobot setiap alternatif terhadap solusi ideal positif Si, dihitung berdasarkan persamaan 7 sebagai berikut : = 0,7071 = 1,8752 = 2,0792 Jarak antara nilai berbobot setiap alternatif terhadap solusi ideal negatif Si, dihitung berdasarkan pada persamaan 8 sebagai berikut : = 0,7071 = 1,2665 = 1,4898 Kedekatan setiap alternatif terhadap solusi ideal dihitung berdasarkan persamaan 9 sebagai berikut : Dari nilai V ini dapat dilihat bahwa V 1 memiliki nilai terbesar, sehingga dapat disimpulkan alternative pertama yang akan lebih dipilih. Dengan kata lain lokasi Ngemplak akan terpilih sebagai lokasi untuk mendirikan gudang yang baru.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry yang bergerak di bidang farmasi pembuatan obat-obatan dan beroperasi sejak tahun 1980. Pabrik ini terletak di Jl. Medan Namorambe No. 68 Pasar V Kecamatan Deli Tua, Medan, Sumatera Utara. Produk yang dihasilkan oleh PT. Mutifa Pharmaceuticals Industry adalah obat-obatan yang berbentuk tablet, kapsul, kaplet, serbuk powder, salep, dan sirup.

4.2. Tipe Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif descriptive research. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini berusaha untuk memperoleh permasalahan yang relevan dari fenomena yang terjadi pada perusahaan, kemudian memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan data yang telah tersedia juga dengan studi literatur ataupun studi pustaka. Penelitian deskriptif ini termasuk ke dalam penelitian survey survey research,

4.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan cara berpikir yang logis dan sistematis dengan melihat hubungan setiap variabel yang telah diidentifikasi sebelumnya yang digunakan dalam menganalisis masalah penelitian sehingga pemaparan dari konsep penelitan lebih mudah dipahami. Kerangka berpikir merupakan sebuah model yang ditujukan dalam bentuk diagram yang menggambarkan struktur dan sifat hubungan logis antar variabel penelitian. Spencer 1993 menjelaskan bahwa kompetensi variabel dependen dipengaruhi oleh dari 20 dua puluh karakteristik variabel dependen, yaitu sebagai berikut: 21. Achievement and order adalah pencapaian yang berhasil dilakukan seseorang dan keteraturan yang dimiliki. 22. Initiative adalah karakteristik yang mendorong seseorang untuk mau memulai melakukan sesuatu. 23. Discipline adalah perilaku seseorang yang mempunyai kedisplinan. 24. Information seeking adalah sikap seseoarang yang ingin mencari informasi tentang sesuatu yang tidak diketahuinya. 25. Customer service orientation adalah sikap yang selalu mengutamakan kepuasan konsumen. 26. Interpersonal understanding adalah sikap yang mau memahami pribadi orang lain. 27. Relation building adalah kemampuan seseorang dalam membangun hubungan antar satu dengan yang lain. 28. Organizational awareness adalah perilaku seseorang yang memperhatikan dan memahami kondisi yang ada dalam organisasi. 29. Impact and influence adalah karakteristik seseorang yang mampu memberikan kontribusi atau pengaruh kepada orang lain atau kepada organisasi. 30. Development other adalah sikap seseorang yang peduli kemajuan orang lain. 31. Motivation adalah karakteristik seseorang yang bersemangat dalam melakukan sesuatu. 32. Organizational commitment adalah karakteristik dimana seseorang bersedia bekerja demi kemajuan organisasi. 33. Flexibility adalah perilaku seseorang yang mampu menyesuaikan dengan keadaan. 34. Self confidence adalah sikap seseorang percaya diri. 35. Skill adalah karakteristik keterampilan seseorang dalam melakukan sesuatu. 36. Knowledge adalah karakteristik seseorang dimana dia mampu memahami konsep tentang bagaimana sesuatu bekerja. 37. Analytical thinking adalah karakteristik seseorang yang mampu mengurai permasalahan menjadi akar-akar permasalahan. 38. Team leadership adalah karakteristik seseoarang yang memiliki jiwa kepemimpinan. 39. Team work adalah sikap seseoarang yang mampu bekerja sama dengan orang lain 40. Self control adalah sikap yang yang mampu menguasai dan mengatur dirinya sendiri. Kerangka konseptual yang menunjukkan hubungan variabel independen dengan variabel dependen dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut: Achievement and order X 1 Initiative X 2 Discipline X 3 Information seeking X 4 Customer service orientation X 5 Interpersonal understanding X 6 Kompetensi SDM Y Relation building X 7 Organizational awareness X 8 Impact and influence X 9 Development other X 10 Motivation X 11 Organizational commitment X 12 Flexibility X 13 Self confidence X 14 Skill X 15 Knowledg X 16 Analytical thinking X 17 Team leadership X 18 Team work X 19 Self control X 20 Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Kompetensi SDM Gambar diatas menunjukkan adanya hubungan antara variabel-variabel penelitian . Dalam kerangka ini terdapat hubungan antara variabel-variabel independen achievement and order, initiative, discipline, information seeking, customer service orientation, interpersonal understanding, relation building, organizational awareness, impact and influence, development other, motivation, organizational commitment, flexibility, self confidence, skill, knowledge, analytical thinking, team leadership, team work, dan self control dan Variabel Dependen Kompetensi SDM. Sedangkan kompetensi SDM Y, berkenaan dengan karakteristik yang berhubungan dengan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya secara efektif dan efisien.

4.4. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dapat dilihat melalui blok diagram pada Gambar 4.2.