Topografi Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Mandailing Natal

4.3.3 Hidrologi

Potensi hidrologi cukup penting untuk menunjang pembangunan, baik untuk kepentingan irigasi, air minum sanitasi, transportasi, maupun untuk kepentingan lainnya. Sumber air yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal bagi kebutuhan tersebut di atas berasal dari mata air dan sungai. Kabupaten Mandailing Natal dialiri oleh sungai besar dan kecil. Beberapa sungai yang terdapat di daerah ini di antaranya adalah Sungai Batang Gadis, Batahan, Kun-kun, Parlampungan, Hulu Pungkut, Aek Rantau Puran, Aek Mata dan lain-lain. Luas daerah aliran sungai terbesar yakni Sungai Batang Gadis, yang terletak di ibukota Kecamatan Panyabungan. Aliran sungai sepanjang 180,00 km dan lebarnya 65 m, dengan volume normal sekitar 25.781,11 m 3 Secara umum sungai-sungai yang berada di daerah ini biasa digunakan untuk sarana irigasi, perhubungan, MCK Mandi, Cuci dan Kakus dan lainnya. Secara umum, sungai-sungai di Kabupaten Mandailing Natal beraliran pendek, terjal, dan sempit, sehingga sulit untuk digunakan sebagai sarana transportasi. Sebagian sungai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik hydromini dan untuk irigasi. Alur sungai senantiasa bergerak secara horisontal dan jalur sungai berpindah-pindah bergerak secara terus-menerus pula. Setelah melalui perjalanan hidupnya sebuah sungai yang lurus dalam jangka waktu tertentu akan berkelok-kelok atau membentuk meander. Pola Daerah Aliran Sungai DAS sangat dipengaruhi leh keadaan morfologis, topografi dan bentuk wilayah disamping bentuk atau corak DAS itu sendiri. Di wilayah Mandailing Natal terdapat 6 enam DAS, yaitu: 1. DAS Batang Gadis 2. DAS Batang Batahan 3. DAS Batang Natal 4. DAS Batang Tabuyung 5. DAS Batang Bintuas 6. DAS Batang Toru. DAS yang terbesar adalah DAS Batang Gadis dengan luas 369.963 Ha atau sekitar 55,88 dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Keenam DAS bermuara ke Pantai Barat Samudera Indonesia.

4.3.4 Iklim

4.3.4.1 Musim

Wilayah Mandailing Natal mempunyai iklim yang hampir sama dengan sebagian besar KabupatenKota yang ada di Indonesia. Hanya dikenal dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Musim kemarau terjadi antara bulan Juni sampai bulan September. Arus angin berasal dari Australia yang tidak mengandung uap air, sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret karena arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik. Keadaan ini seperti silih berganti setiap tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April –Mei dan Oktober–November. Frekuensi curah hujan lebih tinggi selama tahun 2008 jika dibandingan dengan tahun 2007.

4.3.4.2 Suhu dan Curah Hujan

Tinggi atau rendahnya suhu udara di suatu tempat dipengaruhi oleh ketinggian daerah di atas permukaan laut. Daerah Mandailing Natal yang terletak di ketinggian antara 0-1.915 meter di atas permukaan laut mengakibatkan suhunya berkisar antara 23 C –32 C dengan kelembaban antara 80 –85. Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh iklim, keadaan orografi dan perputaran pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan wilayah tiap kecamatan. Tahun 2008 rata-rata jumlah curah hujan di Kabupaten Mandailing Natal yakni 2.945 mmtahun. Curah hujan maksimum terdapat di Kecamatan Muara Sipongi yaitu: 3.288 mmtahun sedangkan minimum curah hujan 2.603 mmtahun di Kecamatan Panyabungan Utara.

4.3.5 Jenis Tanah

Jenis-jenis tanah utama di wilayah Kabupaten Mandailing Natal adalah Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol merupakan jenis tanah dengan luas mencapai 223.240 ha. Jenis tanah ini terutama terdapat pada bagian rendah pegunungan tinggi deretan Bukit Barisan, seperti di sebelah kiri dan kanan dari Lembah Semangko dan Lembah Batang Gadis, sebagian besar terdapat pada Kecamatan Natal, Kecamatan Batang Natal, Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Kotanopan dan Kecamatan Muarasipongi.