10
daerah, antar provinsi, antar kabupatenkota, serta antara provinsi dan kabupatenkota. Pembangunan daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk
mencapai sasaran pembangunan nasional serta untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan daerah bagi masyarakat secara adil dan merata Nasution, 2009
Miraza 2005 menyatakan bahwa pembangunan daerah berorientasi pada pengembangan wilayah pada suatu daerah yang dilakukan secara gradual, yang
menyangkut fisik dan nonfisik wilayah dimana tercipta penataan ruang yang efisien dan infrastruktur publik yang cukup serta kondisi lingkungan yang
nyaman. Dengan demikian keseimbangan antarkawasan menjadi penting karena keterkaitan yang bersifat simetris akan mampu mengurangi disparitas antar
wilayah dan pada akhirnya mampu memperkuat pembangunan ekonomi wilayah secara menyeluruh. Seperti halnya bagian tubuh manusia, ketidakseimbangan
pertumbuhan wilayah akan mengakibatkan kondisi yang tidak stabil. Disparitas antar wilayah telah menimbulkan banyak permasalahan sosial, ekonomi dan
politik Rustiadi et al., 2009. Pembangunan ekonomi dilaksanakan secara terpadu, selaras, seimbang dan
berkelanjutan dan diarahkan agar pembangunan yang berlangsung merupakan kesatuan pembangunan nasional, sehingga dalam mewujudkan pembangunan
ekonomi nasional perlu adanya pembangunan ekonomi daerah yang pada akhimya mampu mengurangi ketimpangan antar daerah dan mampu mewujudkan
kemakmuran yang adil dan merata antar daerah Wijaya dan Atmanti, 2006.
2.1.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan adalah bagian dari proses perencanaan tata guna tanah dengan membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan
yang akan diterapkan dengan kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Tujuan evaluasi lahan adalah untuk menentukan kelas kesesuaian
lahan untuk tujuan tertentu Sitorus, 2004; Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Pengelolaan sumber daya alam disamping memberikan manfaat masa kini,
juga menjamin kehidupan masa depan, harus dikelola sedemikian rupa sehingga fungsinya dapat selalu terpelihara sepanjang masa. Dewasa ini dinamika
pemanfaatan lahan berlangsung relatif lebih cepat dan akibatnya terjadi perubahan fungsi pemanfaatan lahan yang cenderung menyebabkan menurunnya kualitas
11
lingkungan dan pada akhirnya akan mengakibatkan menurunnya daya dukung lahan, sehingga pemanfaatan lahan perlu diarahkan menurut fungsinya untuk
menghindarkan dampak pembangunan yang negatif Faturuhu, 2009
Potensi suatu wilayah untuk pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim,
tanah, terain, dan hidrologi dengan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah
dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk
komoditas tersebut, artinya bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup
masukan yang diperlukan akan mampu memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan Sitorus, 2004
Inti prosedur evaluasi lahan adalah menentukan jenis penggunaan jenis tanaman yang akan ditetapkan, kemudian menentukan persyaratan dan pembatas
pertumbuhannya dan akhirnya membandingkan persyaratan penggunaan lahan pertumbuhan tanaman tersebut dengan kualitas lahan secara fisik. Klasifikasi
kelas kesesuaian lahan yang biasa digunakan adalah klasifikasi menurut metode FAO 1976. Metode ini digunakan untuk mengklasifikasikan kelas kesesuaian
lahan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, tergantung data yang tersedia Sitorus, 2004.
Hasil penilaian kesesuaian lahan dapat berupa kelas kesesuaian lahan aktual dan kelas kesesuaian lahan potensial. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka
2007, kelas kesesuaian lahan aktual menyatakan kesesuaian lahan berdasarkan data dari hasil survei tanah atau sumberdaya lahan, belum mempertimbangkan
masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang berupa sifat lingkungan fisik termasuk sifat-sifat tanah dalam
hubungannya dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-
usaha perbaikan. Usaha perbaikan yang dilakukan harus memperhatikan aspek ekonominya. Artinya, apabila lahan tersebut dibatasi kendala-kendalanya, maka
harus diperhitungkan apakah secara ekonomi dapat memberikan keuntungan.
12
2.1.3 Kelayakan finansial usaha tani
Untuk mengetahui secara komprehensif bagaimana aspek pengembangan usaha suatu komoditi pertanian maka perlu dikaji kelayakannya secara finansial.
Menurut Gittinger 1986, aspek finansial terutama menyangkut perbandingan antara pengeluaran dengan pendapatan dari usaha perkebunan karet rakyat serta
waktu didapatkannya hasil. Untuk mengetahui secara komprehensif tentang kinerja layak atau tidaknya usaha tersebut, dikembangkan berbagai kriteria yang
pada dasarnya membandingkan antara biaya dan manfaat atas dasar suatu tingkat harga umum tetap yang diperoleh dengan menggunakan nilai sekarang present
value yang telah didiskonto selama umur usaha produktif perkebunan Karet
rakyat. Cara penilaian jangka panjang yang paling banyak digunakan adalah dengan
menggunakan Discounted Cash Flow Analysis DCF atau Analisis Aliran Kas yang didiskonto Gittinger, 1986. Analisis DCF mempunyai keunggulan yaitu
bahwa uang mempunyai nilai waktu yang merupakan ciri-ciri yang membedakannya dari teknik lain. Ciri pokok dari analisis DCF adalah menilai
harga dengan memperhitungkan unsur waktu kejadian dan besarnya aliran pembayaran tunai cash flow. Biaya dipandang sebagai negative cash flow
sedangkan pendapatan dipandang sebagai positive cash flow.
Analisis sensitifitas digunakan untuk menghindari ketidakpastian perkembangan ekonomi di masa yang akan datang dan sering analisis proyek
didasarkan pada proyeksi-proyeksi sehingga ketidakpastian yang akan terjadi di masa yang akan datang, seperti terjadinya kenaikan biaya-biaya operasional,
terjadinya penurunan harga yang menyebabkan penurunan keuntungan dapat diminimalisasi Syahrani, 2003
Analisis kepekaansensitivitas dilakukan untuk melihat sampai seberapa besar persen penurunan atau peningkatan faktor-faktor tersebut dapat
mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak dilaksanakan Gittinger, 1986.
2.1.4 Kelayakan Pemasaran
Tingkat efisiensi sistem pemasaran suatu usaha dapat diukur antara lain dengan pendekatan margin tataniaga dan keterpaduan pasar. Azzaino 1983