Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN
                                                                                Pembatas  akan  mengurangi  produksi  dan  keuntungan  atau  lebih meningkatkan masukan yang diperlukan dan memerlukan input lebih
besar dari pada lahan kelas S2. Lahan kelas tidak sesuai N adalah lahan yang tidak sesuai karena memiliki
faktor pembatas yang berat terbagi pada 2 kelas yakni : Kelas N1  :  Tidak sesuai pada saat ini
Lahan  ini  mempunyai  pembatas  yang  lebih  besar,  masih memungkinkan  diatasi,  tetapi  tidak  dapat  diperbaiki  dengan  tingkat
pengelolaan  dengan  modal  normal.  Keadaan  pembatas  sedemikian besarnya,  sehingga  mencegah  penggunaan  lahan  yang  lestari  dalam
jangka panjang. Kelas N2  :  Tidak sesuai selamanya
Lahan  ini  mempunyai  pembatas  permanen  yang  mencegah  segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
Dalam  evaluasi  kesesuaian  lahan  dikenal  ‟Kesesuatan  Lahan  Aktual‟  dan ‟Kesesuaian  Lahan  Potensial.  Kesesuaian  Lahan  Aktual  atau  kesesuatan  saat
inisaat  survai  dilakukan  adalah  kelas  kesesuaian  lahan  yang  dihasilkan berdasarkan  data  yang  ada  dan  belum  mempertimbangkan  asumsi  atau  usaha
perbaikan  yang  dapat  dilakukan  untuk  mengatasi  kendala  atau  faktor-faktor pembatas  yang  ada.  Kesesuaian  Lahan  Potensial  adalah  keadaan  lahan  yang
dicapai  setelah  adanya  usaha-usaha  perbaikan  approvement.  Usaha  perbaikan yang  dilakukan  haruslah  sejalan  dengan  tingkat  penilaian  kesesuaian  lahan  yang
akan dilakukan. Berdasarkan  informasi  dari  Bappeda  Kabupaten  Mandailing  Natal,  peta
kesesuaian  lahan    ini  menggunakan  pedomankriteria  kesesuaian  lahan  menurut Pusat Penelitian Tanah tahun 1993 Lampiran 1 dengan sumber peta RePPProT
1: 250.000  yang dioverlay dengan peta rupa bumi dengan informasi kemiringan lahan, ketinggian tempat dan iklim dan peta administrasi Kabupaten Mandailing
Natal skala 1:50.000, dengan asumsi tingkat kesuburan sama, sehingga diperoleh informasi kesesuaian lahan sampai pada tingkat sub kelas.  Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi penilaian kesesuaian lahan di lokasi sebagai berikut : -
Iklim, unsur Iklim terpenting adalah curah hujan.
- Kemiringan  lahanlereng.  Kemiringan  lahanlereng  merupakan  salah  satu
masalah  serius  di  sebagian  lokasi.  terutama  pada  areal  dengan  kemiringan lereng  lebih  dari  40.  Faktor  kemiringan  lereng  lebih  sebagai  kendala  dalam
teknis pengelolaan kebun, seperti pengangkutan hasil atau panen, tanah dengan kemiringan  lereng  lebih  dari  40  juga  beresiko  besar  mengalami  erosi
permukaan  cukup  berat.  Penanaman  tanaman  penutup  tanah  cover  crop sebaiknya  tidak  terlambat  dilaksanakan  pada  lahan-lahan  dengan  kemiringan
lereng di atas 15. 3.4.2 Analisis Kelayakan Finansial
Untuk melihat tingkat kelayakan pengusahaan kebun karet rakyat pada tiap tingkat  kesesuaian  lahan  yang  ada  di  Kabupaten  Mandailing  Natal  maka
dilakukan analisis kelayakan finansial pengusahaan kebun karet. Data didapatkan dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuisoner dengan petani pada desa-
desa  yang  ditentukan.  Desa  yang  menjadi  lokasi  penelitian  ditentukan  secara sengaja  dengan  kriteria  :  desa-desa  yang  penduduknya  dominan  mengusahakan
tanaman  karet,  tanaman  karet  yang  diusahakan  telah  berproduksi,  dan  desa tersebut  merupakan  pewakil  kelas  kesesuaian  lahan.  Enam  desa  digunakan
sebagai  lokasi  pengambilan  data  untuk  analisis  ini,  dimana  masing-masing  kelas kesesuaian lahan diwakili oleh dua desa.
Berdasarkan peta kesesuaian lahan yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Mandailing Natal, enam desa yang dijadikan lokasi pengambilan data adalah:
S1 :   Desa Sihepeng Kecamatan Siabu dan Desa Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang
S2 :  Desa Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik Merapi Desa Roburan Lombang Kecamatan Panyabungan Selatan
S3 :  Desa Tambangan Pasoman Kecamatan Tambangan Desa Hutarimbaru SM Kecamatan Kotanopan
Pemilihan  petani  dilakukan  secara  purposive  sengaja  25  orang  per  desa sampel dimana jumlah petani karet tiap desa sampel yakni:
Desa Sihepeng Kecamatan Siabu sebanyak:  1.560 orang Desa Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang: 780 orang
Desa Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik Merapi: 250 orang