Integrasi Pasar Kelayakan Finansial Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat
yang efektif . Di samping itu, kayu karet memiliki corak dan kualitas yang baik sehingga dapat mensubstitusi beberapa jenis kayu yang dieksploitasi dari hutan.
Selain itu, kayu karet mempunyai prospek yang cerah sebagai bahan baku industri untuk menyubstitusi kayu hutan alam meningkat ketersediaannya sangat besar dan
diharapkan terus mengingat sejalan dengan adanya peremajaan tanaman karet tua. Kayu karet mempunyai sifat-sifat fisik, mekanis, dan kimia yang setara dengan
kayu hutan alam, sehingga tanaman karet sangat cocok untuk dikembangkan di kawasan hutan produksi sebagai pelindung kawasan konservasi selain untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar hutan dengan klon- klon anjuran seperti BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5,
IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, DAN IRR 118 yang direkomendasikan untuk di kembangkan dalam skala luas sebagai penghasil lateks sekaligus kayu.
Boerhendhy, 2006. Dari peta penggunaan lahan arahan pengembangan diarahkan kepada
penggunaan lahan kebun rakyat, padang rumput, alang-alang, semak, dan tegalan. Pemilihan penggunaan lahan diatas dengan alasan masing-masing merupakan
lahan yang belum termanfaatkan secara optimal kecuali penggunaan lahan kebun rakyat sehingga diharapkan dengan arahan ini pemanfaatan lahan tersebut dapat
memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat. Penggunaan lahan kebun rakyat sengaja dimasukkan sebagai arahan karena diperkirakan banyak tanaman
perkebunan rakyat di Kabupaten Mandailing Natal yang sebagian besar kebun campuran sudah tidak produktif lagi. Tingginya minat masyarakat untuk
mengembangkan tanaman karet dan prospek pengembangan tanaman karet yang cerah serta pertimbangan economic scale, sangat dimungkinkan adanya
masyarakat yang menginginkan mengganti tanaman perkebunannya dengan tanaman karet. Untuk mengakomodir minat masyarakat yang tinggi tersebut,
maka arahan pengembangan tanaman karet dilakukan dengan memasukkan penggunaan lahan kebun rakyat sebagai salah satu arahan pengembangan.
Pembuatan peta lokasi arahan pengembangan tanaman karet ini baru sebatas mengarahkan masyarakat bahwa lokasi-lokasi tersebut sesuai secara fisik dan
spasial untuk pengembangan tanaman karet, belum mempertimbangkan keberadaan tanaman perkebunan lain di lokasi tersebut atau bukan merupakan
pewilayahan komoditas perkebunan. Artinya masyarakat dipersilahkan untuk mengambil keputusan sendiri komoditi apa yang akan dikembangkannya. Hal ini
merupakan salah satu kelemahan penelitian ini. Dalam penelitian ini, komoditas karet sengaja dijadikan obyek karena tanaman ini merupakan tanaman yang
memiliki prospek pasar yang cerah, diminati masyarakat, telah diusahakan secara turun temurun dan merupakan tanaman perkebunan utama di Kabupaten
Mandailing Natal. Pengunaan lahan pada lahan basah tidak diarahkan untuk pengembangan tanaman karet karena lahan basah merupakan modal yang sangat
penting bagi ketahanan pangan daerah. Sebagian besar lahan basah di Kabupaten Mandailing Natal ditanami padi dan tanaman pangan lain seperti jagung, kedelai,
dan kacang tanah. Lokasi arahan pengembangan tanaman karet dibagi menjadi beberapa
prioritas arahan dengan mempertimbangkan ketentuan arahan pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal Tabel 4, status areal
kawasan hutan, kelas kesesuaian lahan, penggunaan lahan saat ini dan hasil analisis kelayakan finansial. Lahan kelas S1 dan S2 dengan penggunaan lahan
padang rumput, alang-alang, semak dan tegalan di luar kawasan hutan yang sesuai untuk pertanaman Karet sudah tidak tersedia lagi di Kabupaten Mandailing Natal
dan tanaman karet tua tidak terdapat di areal kesesuaian lahan S1, sehingga lahan- lahan tersebut tidak dipertimbangkan dalam penentuan prioritas arahan
pengembangan Karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal. Areal HTR yang telah ditetapkan semuanya berada pada kelas kesesuaian lahan S3. Pembagian
prioritas arahan pengembangan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Pembagian prioritas arahan pengembangan karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal Prioritas
lokasi arahan
Kelas kesesuaian
Penggunaan lahan ketersediaan Prioritas I
S3 Padang rumput, alang-alang, semak belukar di luar
kawasan hutan Prioritas II
S2 Kebun karet tua di luar kawasan hutan
Prioritas III S3
Kebun karet tua di luar kawasan hutan, areal yang telah ditetapkan sebagai areal HTR
Prioritas IV S1,S2,S3
Padang rumput, alang-alang, semak belukar, karet tua di dalam kawasan Hutan Produksi, kebun rakyat
di APL dan HP
Pembagian prioritas lokasi arahan pengembangan karet berdasarkan kawasan hutan, aspek kelas kesesuaian lahan dan penggunaan lahan saat ini.
Kawasan hutan menjadi kriteria utama pemprioritasan. Oleh karena itu, lahan- lahan yang berada di luar kawasan hutan berada pada prioritas yang lebih utama.
Kelas kesesuaian lahan menjadi bahan pertimbangan untuk penentuan prioritas selanjutnya dan pertimbangan berikutnya adalah penggunaan lahan saat ini serta
mempertimbangkan arahan pengembangan wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Prioritas satu diarahkan pada lahan-lahan yang belum dimanfaatkan oleh
masyarakat tersedia, yaitu pada lahan semak, padang rumput, tegalan, dan alang- alang dan berada di luar kawasan hutan. Prioritas kedua diarahkan pada kebun-
kebun karet tua yang berada di luar kawasan hutan yang merupakan salah satu program yang harus dipercepat pemerintah Kabupaten Mandailing Natal. Prioritas
ketiga diarahkan pada kebun-kebun karet tua yang berada dalam kawasan hutan produksi dan areal yang telah dicadangkan oleh Menteri Kehutanan sebagai Hutan
Tanaman Rakyat dimana sesuai hasil kesepakatan masyarakat koperasi dan pemerintah akan ditanami karet rakyat.
Prioritas keempat adalah lahan-lahan yang telah digunakan mayarakat yaitu pada penggunaan lahan kebun rakyat. Lahan arahan pada perkebunan rakyat
dimasukkan dalam prioritas untuk mengakomodir minat masyarakat terhadap pertanaman karet. Penggunaan lahan ini untuk pengembangan tanaman karet tentu
akan mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan bila lahan tersebut belum diusahakan dan lahan-lahan karet tua yang memang sudah saatnya untuk
diremajakan atau dibongkar. Areal dengan penggunaan lahan baik semak, padang rumput, tegalan, dan alang-alang, kebun karet tua dan kebun rakyat tidak
produktif yang berada di dalam kawasan hutan produksi juga diarahkan untuk pengembangan karet untuk mengakomodir peraturan pemerintah dan menteri
kehutanan bahwa perkebunan karet di dalam kawasan hutan produksi dapat diusahakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan sebagai
penyangga bagi hutan lindung dan hutan konservasi. Lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman karet di Kabupaten
Mandailing Natal terdapat pada 23 kecamatan dengan total luasan 201.875 ha atau 30,84 dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Kecamatan dengan
lahan berpotensi terluas adalah kecamatan Muara Batang Gadis dengan luasan 71.406 ha 10,91, diikuti dengan kecamatan Natal dan Batahan dengan luasan
masing-masing 17.993 ha 2,75 dan 12.691 ha 1,94. Luasan lahan arahan pengembangan tanaman karet pada masing-masing kecamatan beserta
pemprioritasannya tersaji dalam Tabel 20. Tabel 20 Luasan lokasi arahan pengembangan perkebunan karet rakyat beserta
pemprioritasannya di Kabupaten Mandailing Natal
1 Batahan 21.700
2.733 -
- 9.959
2 Batang Natal 67.273
177 -
- 11.021
3 Bukit Malintang 4.711
223 -
9 766
4 Huta Bargot 9.605
- -
- 706
5 Kotanopan 19.351
1.365 118
3.654 4.752
6 Lembah Sorik Marapi 918
- 652
47 1.578
7 Lingga Bayu 12.231
1.924 -
- 9.170
8 Muara Batang Gadis 104.205
1.127 -
5 70.274
9 Muarasipongi 11.766
63 -
405 888
10 Naga Juang 4.178
8 -
- 595
11 Natal 65.084
3.633 -
- 14.361
12 Pakantan -
- -
- 6.918
13 Panyabungan 13.200
914 510
3.900 5.668
14 Panyabungan Barat 6.937
93 20
39 627
15 Panyabungan Selatan 5.835
- 94
62 473
16 Panyabungan Timur 23.577
119 -
4.952 6.481
17 Panyabungan Utara 3.990
- 12
151 1.498
18 Puncak Sorik Marapi 4.652
21 -
- 255
19 Ranto Baek 16.194
- -
2.171 20 Siabu
20.630 172
106 816
7.359 21 Sinunukan
8.259 163
- -
5.684 22 Tambangan
5.323 1.431
415 2.183
4.957 23 Ulu Pungkut
23.048 570
- 116
2.712 Total
452.667 14.735
1.927 16.341
168.871 Prioritas arahan pengembangan karet
Kecamatan No
Bukan Arahan
Prioritas I
Prioritas II
Prioritas III Prioritas IV
Secara spasial lokasi arahan pengembangan tanaman karet di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada Gambar 12.