kelompok merupakan keadaan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Sebuah
kelompok dikatakan sudah kohesif apabila terdiri dari anggota yang berusaha untuk mengaktualisasikan berbagai kemampuan untuk mencapai kehendak
bersama Ramdhani dan Martono, 1996. Dion 1973 dalam Ramdhani dan Martono 1996 melaporkan bahwa
dalam kelompok yang kohesif, komunikasi lebih lancar, kooperatif, dan lebih dimungkinkan untuk memberikan koreksi yang positif. Kohesivitas juga membuat
anggota kelompok saling mempengaruhi dengan kuat, bahkan membuat kesepakatan kelompok yang kompak dalam pengambilan keputusan kelompok
Festinger dkk, 1950 dalam Hadipranata, 1986. Penelitian yang dilakukan oleh Nasution 2005 mengenai penanggulangan
bencana berbasis masyarakat menemukan bahwa hubungan kekerabatan yang sangat erat dan nilai gotong royong yang sangat tinggi dapat membantu
masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana.
2.1.3.3 Stratifikasi Sosial
Pada setiap masyarakat terdapat stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Stratifikasi sosial menurut Sorokin 1959 dalam Soekanto 1990 adalah
pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat, sedangkan menurut Sunarto 1993 stratifikasi sosial merupakan pembedaan
anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya Ukuran yang biasa digunakan untuk menggolongkan anggota masyarakat
ke dalam suatu lapisan menurut Soekanto 1990 adalah:
1. Unsur kekayaan, dimana lapisan teratas biasanya yang memiliki kekayaan paling banyak. Kekayaan bisa berbentuk rumah, kendaraan, dan pakaian.
2. Ukuran kekuasaan, lapisan teratasnya adalah yang paling memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar.
3. Ukuran kehormatan, dimana orang-orang yang paling dihormati dan disegani berada di lapisan teratas.
4. Ukuran ilmu pengetahuan, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Terkadang berakibat negatif karena yang dihargai adalah
gelarnya bukan ilmu yang dimilikinya. Fothergill dan Peek 2004 dalam tulisannya menyatakan bahwa
penanggulangan bencana dipengaruhi oleh status sosial ekonomi masyarakat. Pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam tahap persiapan untuk menghadapi bencana. Ditemukan bahwa masyarakat yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi lebih siap dalam
menghadapi bencana seperti kepemilikan terhadap asuransi, alat-alat yang digunakan dalam masa tanggap darurat dan memperkuat keadaan rumah mereka.
Hal ini juga dijelaskan oleh Brym 2009 dalam tulisannya yang berjudul Hurricane Katrina and The Myth of Natural Disaster dalam bukunya Sociology
as a Life or Death Isuues bahwa antara masyarakat yang berada pada kelas lebih tinggi dengan masyarakat yang berada pada kelas lebih rendah tidak memiliki
keseimbangan kekuatan dalam menghadapi badai Katrina. Masyarakat yang berada di kelas lebih rendah bertempat tinggal di daerah yang sangat rentan untuk
mengalami banjir, sedangkan masyarakat yang berada di kelas lebih tinggi dapat tinggal di tempat yang lebih jauh dari bahaya. Masyarakat yang berada di kelas
lebih rendah adalah masyarakat berkulit hitam yang telah lama didiskriminasi dan masyarakat miskin serta orang-orang tua.
2.1.3.4 Kearifan Lokal