Kelembagaan KARAKTERISTIK SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

BAB V KARAKTERISTIK SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

5.1 Kelembagaan

Kelurahan Katulampa memiliki lembaga-lembaga yang berkembang di tengah masyarakat. Lembaga ini merupakan wadah bagi kelembagaan- kelembagaan yang tidak disadari telah menjadi bagian dari masyarakat, mengatur dan memberi nilai-nilai dan norma-norma tertentu. Horton dan Hunt 1999 menyatakan bahwa lembaga merupakan suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada kegiatan pokok manusia, dan prosesnya terstruktur untuk melakukan berbagai kegiatan tertentu. Kelembagaan- kelembagaan yang terlihat lebih kuat mempengaruhi masyarakat adalah pada bidang keagamaan. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai aktifitas sosial dalam kelembagaan berupa pengajian. Pengajian diadakan rutin dalam seminggu. Setiap RT memiliki jadwal yang berbeda dengan jumlah pertemuan yang berbeda setiap minggunya. Nilai dan norma yang berkembang dalam kelembagaan ini adalah nilai dan norma mengenai keagamaan. Nilai-nilai yang dianut diwujudkan dalam kegiatan- kegiatan yang dilakukan selama pengajian. Kegiatan pengajian ini gunanya adalah untuk memanjatkan syukur dan do’a-do’a kepada Sang Pencipta agar kehidupan mereka diberkahi serta memanjatkan do’a bagi orang-orang terdahulu. Kelembagaan agama ini memperkuat hubungan masyarakat karena masyarakat melakukan pertemuan rutin yang bisa menjadi wadah untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman. Namun dalam pengajian ini tidak ada materi yang disampaikan baik dalam bidang agama maupun bidang kehidupan lainnya. Sesuai yang dikemukakan oleh Gillin dan Gillin dalam Soemardjan dan Soemardi 1964, kelembagaan agama ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Kelembagaan merupakan organisasi konseptual dan pola kebiasaan yang terwujud melalui aktifitas sosial dan hasil-hasilnya. Kelembagaan agama yang terwujud melalui aktifitas sosial berupa pengajian ini telah menjadi pola kebiasaan masyarakat setempat. Kegiatan ini rutin dilakukan dan jarang ditinggalkan oleh masyarakat. Pengajian merupakan organisasi yang terkonsep dan memiliki kegiatan yang jelas dan dikonsep dengan rapi oleh anggotanya. Pengonsepan kegiatan ini dilakukan bersama-sama seperti membahas masalah jadwal pelaksanaan dan pengonsepan do’a-do’a yang akan dipanjatkan. Selain itu, mereka juga menentukan tempat dilaksanakannya pengajian. Biasanya setiap rumah dalam RT tersebut mendapatkan giliran untuk menyediakan tempat pengajian. 2. Tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga masyarakat. Kegiatan pengajian ini telah lama dilaksanakan oleh masyarakat dan tidak berubah dari dulu sampai saat ini. 3. Terdiri atas satu atau beberapa tujuan tertentu. Kegiatan pengajian ini dilaksanakan atas tujuan tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pengajian ini adalah meningkatkan pendalaman mengenai agama, mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa dan selain itu kegiatan ini bertujuan untuk mendo’akan keluarga yang sudah meninggal. 4. Kelembagaan masyarakat merupakan alat untuk mencapai tujuan kelembagaan, seperti alat-alat, bangunan, perabotan dan lainnya. Fungsi kelembagaan masyarakat sama seperti alat-alat, bangunan dan perabotan yang membantu untuk mencapai tujuan kelembagaan itu sendiri. Pada lembaga pengajian rutin yang dilakukan oleh masyarakat setempat, kelembagaan menjadi wadah bagi masyarakat dan juga menjadi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan- tujuannya. 5. Simbol merupakan karakteristik lembaga kemasyarakatan. Simbol yang digunakan dalam kelembagaan ini adalah simbol keagamaan yaitu do’a-do’a yang dipanjatkan. Simbol- simbol do’a ini dituangkan ke dalam tulisan yang dimiliki oleh setiap anggota pengajian, dibawa dan dipanjatkan setiap kali mereka mengadakan pengajian. Simbol yang berbentuk logo atau gambar tidak ditemukan di dalam kelembagaan ini. 6. Lembaga masyarakat memiliki tradisi tertulis atau tidak tertulis yang merumuskan tujuan, tata tertib yang berlaku dan lainnya. Pengajian yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat memiliki aturan-aturan yang tidak tertulis. Dalam merumuskan aturan, masyarakat menggunakan musyawarah dan mufakat dalam menentukan jadwal pelaksanaan, isi kegiatan dan tujuan kegiatan. Berdasarkan pengklasifikasian kelembagaan oleh Gillin dan Gillin dalam Soekanto 2003, pengajian termasuk ke dalam Crescive Institution yaitu kelembagaan primer yang tumbuh dari adat istiadat, yang salah satunya adalah lembaga keagamaan. Lembaga keagamaan ini tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dari dulu hingga sekarang dan menjadi arahan bagi masyarakat dalam menguatkan keagamaan mereka. Kelembagaan ekonomi lokal kurang berkembang di daerah ini. Kegiatan yang berhubungan dengan perekonomian hanyalah sekitar jual-beli dan arisan. Tidak adanya kelembagaan ekonomi ini menjadikan status ekonomi masyarakat menjadi kurang berkembang karena tidak ada lembaga yang mampu untuk mengekspresikan kreatifitas masyarakat dalam bidang ekonomi. Sedangkan arisan hanyalah simpanan biasa yang kadang-kadang jumlah yang dituntut juga cukup besar jika dibandingkan dengan penghasilan masyarakat dan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelembagaan ini tidak terlalu mengakar di dalam masyarakat. Keterlibatan masyarakat tidak terlalu besar dan hanya orang- orang tertentu yang mampu untuk mengikutinya, seperti masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi yang sedikit berlebih dibandingkan dengan yang lainnya. Kelembagaan lain yang sangat berperan dalam kebencanaan adalah RT dan RW sebagai perpanjangan tangan kelurahan dan penjaga bendungan. Sistemnya adalah dari penjaga bendungan akan diberikan informasi mengenai status debit air. Apabila debit air dirasa akan membahayakan dan dapat mengakibatkan terjadinya banjir, maka pemerintah kelurahan akan menyampaikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan akan datangnya banjir melalui ketua RT dan ketua RW. Selain RT dan RW, lembaga lain yang juga sangat berperan adalah TAGANA Taruna Siaga Bencana yang dibentuk di kecamatan. Anggota TAGANA tersebut merupakan perwakilan dari setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Bogor Timur. Di setiap kelurahan terdapat satu anggota TAGANA. Mereka berperan dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana bersama dengan pemerintah dan menjadi jembatan antara pemerintah dengan masyarakat bersama ketua RT dan ketua RW apabila terjadi banjir seperti yang diungkapkan oleh Bapak K 38 Tahun sebagai anggota TAGANA, “... waktu air di Bendungan Katulampa naik, Bapak An yang ngejaga bendungan bakal ngasih kabar ke orang kelurahan. Dari kelurahan disampein ke Ketua RW, trus diterusin ke Ketua RT, baru disebar ke masyarakat untuk bersiap-siap. Kelurahan sama TAGANA juga bersiaga untuk kemungkinan terjadinya banjir...” TAGANA bersama RT dan RW dilihat sebagai suatu kelembagaan yang memiliki fungsi sebagai pengendali sosial, dimana mereka secara bersama-sama mengendalikan masyarakat untuk dapat melakukan kegiatan kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya banjir apabila debit air Sungai Ciliwung mulai meningkat.

5.2 Derajat Kohesi Sosial

Dokumen yang terkait

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 2 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

1 2 17

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOSURAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

1 1 17

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR KELURAHAN SUMBER KECAMATAN BANJARSARI KOTA Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

1 3 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR KELURAHAN SUMBER KECAMATAN BANJARSARI KOTA Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 1 9

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT RAWAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Kesiapsiagaan Masyarakat Rawan Bencana Banjir Di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

1 6 16

PENDAHULUAN Kesiapsiagaan Masyarakat Rawan Bencana Banjir Di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 7 7

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT RAWAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Kesiapsiagaan Masyarakat Rawan Bencana Banjir Di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 2 12

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN SEMANGGI KECAMATAN Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di kelurahan semanggi kecamatan pasar kliwon kota surakarta.

0 1 11

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 1 13