9 Berdasarkan Gambar 1 dan 2, fluktuasi produktivitas dan kecenderungan
produksi yang menurun menjadi suatu permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor-faktor sumber risiko
produksi, seperti curah hujan, hama, dan penyakit juga menjadi suatu kendala yang menyebabkan total produksi karet alam setiap tahun mengalami penurunan
dengan luas lahan setiap tahun yang tetap. Penanganan yang tepat sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko tersebut agar dapat menghasilkan produksi
maksimal dengan kualitas atau standar mutu karet alam yang diharapkan oleh perusahaan sesuai permintaan pasar domestik maupun internasional. Risiko
produksi merupakan risiko yang sangat berpengaruh besar dalam perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh dari faktor-faktor sumber risiko produksi terhadap produksi karet alam PT Socfindo ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1 Mengkaji gambaran umum usaha karet alam di perkebunan Aek Pamienke
PT Socfindo. 2
Menganalisis pengaruh faktor-faktor sumber risiko produksi terhadap produksi karet alam PT Socfindo.
1.4 Manfaat Penelitian
1 Pihak perusahaan yaitu PT Socfindo, dapat menjadikan hasil penelitian ini
sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam melakukan perencanaan, memperbaiki pembuatan keputusan, dan membantu untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sehingga dapat di kurangi dengan baik.
2 Penulis, menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang
telah diperoleh selama kuliah, serta melatih kemampuan analisis dalam pemecahan masalah.
3 Pembaca, agar dapat mengembangkan penelitian ini dan menjadi sebagai
salah satu sumber rujukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya
10 sehingga dapat menggunakan variabel input-input produksi, seperti benih,
pupuk, pestisida, dan lain sebagainya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1 Studi kasus pada penelitian ini dilakukan di PT Socfindo perkebunan Aek
Pamienke Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara yang bergerak dalam bidang perkebunan karet.
2 Penelitian ini terfokus pada faktor-faktor sumber risiko yang
mempengaruhi produksi karet alam, yaitu jumlah pohon yang mati, penderes yang melakukan kesalahan, jumlah pohon yang dideres, jumlah
blok yang terkena Secondary Leaf Fall SLF, curah hujan, biaya perawatan Brown BastBark Necrosis BBBN, dan produksi sebelumnya.
Penelitian ini tidak menggunakan variabel-variabel input produksi, seperti benih, pupuk, pestisida, dan lain sebagainya dalam model.
3 Tanaman karet yang diteliti adalah tanaman karet menghasilkan yang
berumur 8-25 tahun dalam tahun tanam 1986-2003. 4
Data yang digunakan adalah data produksi perusahaan dari tahun 2009- 2011 dalam perbulan.
11
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Karet
Tanaman karet Havea Brasiliensis berasal dari Brazil, Amerika Selatan, tumbuh secara liar di lembah-lembah Amazon. Tanaman karet merupakan pohon
yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan
yang tinggi diatas. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak
daun. Panjang tangkai daun utama 3 – 20 centimeter. Panjang tangkai anak daun antara 3 – 10 centimeter. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
runcing, tepinya rata, gundul, dan tidak tajam. Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Buah
karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Buah yang sudah masak akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan
tanaman karet secara alami. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah berukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak
berpola yang khas. Biji karet sebenarnya berbahaya karena mengandung racun. Akar tanaman karet merupakan akar tunggang yang mampu menopang batang
tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Adapun beberapa jenis karet alam antara lain sebagai berikut Swadaya 2008:
1 Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang
diperoleh dari pohon karet. Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 macam, yaitu lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan
lump segar.
2 Karet alam konvensional dapat dimasukkan ke dalam beberapa golongan
mutu menurut Buku Green Book yang dikeluarkan oleh International Rubber Quality and Packing Conference IRQPC
. Berikut ini adalah jenis-jenis karet alam olahan yang tergolong konvensional menurut Green
Book , yaitu ribbed smoked sheet RSS, white crepe dan pale crepe, estate
12 brown crepe, compo crepe
, thin brown crepe remills, thick blanket crepes ambers
, flat bark crepe, pure smoked blanket crepe, dan off crepe. 3
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya.
4 Karet bongkah atau block rubber adalah karet remah yang telah
dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan.
5 Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber adalah karet alam yang dibuat
khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. 6
Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai
barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet
alam lainnya. 7
Karet reklim atau reclaimed rubber adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas. Boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil
pengolahan scrap yang sudah di vulkanisir. Setiap jenis karet akan menghasilkan berbagai standar mutu yang harus
dapat dipenuhi sesuai syarat atau kriterianya masing-masing, begitu juga dengan salah satu komoditas perkebunan seperti karet. Standar mutu karet alam
menjelaskan berapa kadar kotoran yang ada didalam lateks dan berapa tingkat kelenturan mooney viscosity karet alam yang dihasilkan. Kadar kelenturan karet
alam diukur dengan alat mooney viscometer dalam waktu lima menit dengan suhu 100
o
C. Tingkat kelenturan karet tidak dapat menjelaskan seberapa baik standar mutu karet alam yang dihasilkan dibandingkan standar mutu karet alam lainnya.
Karena hal tersebut diproduksi sesuai permintaan atau kebutuhan konsumen dalam penggunaannya. Beberapa standar mutu karet dapat dilihat pada Tabel 6
8
.
8
[BI] Bank Sentral Republik Indonesia. 2011. Standar Mutu Karet. http:www.bi.go.idwebidDIBIInfo_EksportirProfil_komoditiStandartMutumutu_karet.html.
[25 Desember 2011]
13
Tabel 6
. Standar Mutu Komoditi Karet No
Mutu Karet Nomor Standar Nasional
Indonesia 1
Karet SIR 3CV SNI. 06-1903-1990
2 Karet Sir 3 L
SNI. 06-1903-1990 3
Karet Sir 3 WF SNI. 06-1903-1990
4 Karet SIR 5
SNI. 06-1903-1990 5
Karet SIR 10 SNI. 06-1903-1990
6 Karet SIR 20
SNI. 06-1903-1990 7
Karet SIR lainnya SNI. 06-1903-1990
8 Karet Spesifikasi teknis TSRN lainnya
SNI. 06-1903-1990 9
Ban dalam dari karet untuk sepeda motor SNI. 06-1542-1989
10 Ban dalam dari karet untuk scooter
SNI. 06-1542-1989 11
Sarung tangan bedah dari karet SNI.06-1301-1989
12 Sarung tangan lainnya dari karet
SNI.06-1301-1989 13
Sepatu olahraga dari karet SNI.06-1844-1990
Sumber : Bank Sentral Republik Indonesia 2010
Semakin banyak standar mutu yang dihasilkan akan menunjukkan semakin banyak jumlah produksi karet alam dalam suatu perusahaan. Konsumsi karet alam
pada saat ini masih jauh di bawah karet sentetis atau buatan pabrik. Hal ini dikarenakan karet alam memiliki beberapa kelebihan yang belum dapat digantikan
oleh karet sintetis, di antaranya :
1 Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna
2 Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
3 Tidak mudah panas low heat build up
4 Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan groove cracking
resistance Selain kelebihannya, karet alam juga memiliki kelemahan dalam
penggunaannya. Kelemahan karet alam dalam penggunaannya terletak pada keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan pasar. Saat pasar membutuhkan
pasokan tinggi, para produsen karet alam tidak dapat meningkatkan produksi dalam waktu singkat, sehingga harga cenderung tinggi.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Komoditi Perkebunan