1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang dapat diandalkan dalam menunjang perekonomian Indonesia. Pentingnya sektor
pertanian dapat terlihat jelas sebagai penyedia utama pangan dan penyediaan lapangan pekerjaan sebesar 41.494.941 jiwa atau 38,35 persen terhadap total
jumlah tenaga kerja
1
. Peranan sektor pertanian dalam arti luas pertanian, peternakan, kehutanan, dan peternakan dapat mempengaruhi pertumbuhan
perekonomian Indonesia secara signifikan yang dapat dilihat dari besarnya Produk Domestik Bruto PDB pada Tabel 1.
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 Triliun Rupiah
No Lapangan Usaha
2006 2007
2008 2009 2010
1 Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan
433,2 541,9
716,6 857,2 985,1
2 Pertambangan dan
Penggalian 366,5
440,6 541,3
591,9 591,9 3 Industri
Pengolahan 919,5
1.068,6 1.376,4
1.477,7 1.594,3
4 Listrik, Gas, dan Air
Bersih 30,3
34,7 40,9
47,2 50,0 5 Konstruksi
251,1 305,0
419,7 555,2 661,0
6 Perdagangan, Hotel, dan
Restoran 501,5
592,3 691,5
744,1 881,1 7 Pengangkutan
dan Komunikasi
231,5 264,3
312,2 352,4 417,5
8 Keuangan, Real Estate,
dan Jasa Perusahaan 269,1
305,2 368,1
404,0 462,8 9 Jasa-Jasa
336,3 398,2
481,8 574,1 654,7
Total PDB Nasional 3.339,2
3.950,9 4.948,7
5.603,9 6.422,9
Kontribusi 13,0
13,7 14,5
15,4 15,3 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011
Keterangan : Angka sementara Angka sangat sementara
1
Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010.
http:www.bps.go.idtab_subview.php?tabel=1daftar=1id_subyek=06notab=3 [5 Januari 2012]
2 Sektor pertanian dalam arti luas pertanian, peternakan, kehutanan, dan
peternakan mencakup beberapa subsektor, yaitu subsektor perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, pangan, dan beserta hasil-hasilnya. Subsektor
perkebunan merupakan salah satu subsektor andalan penopang perekonomian pertanian di Indonesia. Peranannya dapat terlihat dalam penerimaan devisa negara
pada tahun 2010 melalui kegiatan ekspor perkebunan sebesar US22 miliar meningkat drastis dibanding tahun 2005 yang hanya US9 miliar
2
. Pemenuhan kebutuhan untuk konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai
industri dalam negeri, perolehan nilai tambah, daya saing, dan optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan juga merupakan berbagai
peranan dari subsektor ini. Departemen Pertanian telah menyusun rencana- rencana strategis beserta program-program dan kebijakan pembangunan yang
terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan pengembangan masing- masing komoditas perkebunan yang bertujuan untuk meningkatkan peran
subsektor perkebunan ini Departemen Pertanian 2009
3
. Berdasarkan Produk Domestik Bruto, subsektor perkebunan terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Atas dasar harga berlaku data Badan Pusat Statistik, mulai tahun 2006 sebesar 63,4 Triliun Rupiah tanaman
perkebunan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2010 sebesar 135,2 Triliun Rupiah yang dapat dilihat pada Tabel 2. Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman perkebunan masih banyak dibudidayakan karena memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Menghasilkan ouput maksimal
dalam membudidaya tanaman perkebunan harus memiliki tehnik-tehnik khusus, seperti pencegahan atau pengobatan serangan hama dan penyakit, pengolahan
tanah, dan mengantisipasi sumber risiko dari alam. Salah satu tujuan dengan adanya tehnik tersebut adalah untuk dapat menjaga pohon dengan baik dari
sumber atau faktor risiko yang terjadi sehingga umur produktif tanaman dapat bertahan lama dan mengurangi kerugian perusahaan.
2
Media Indonesia. 2010. Devisa dari sektor perkebunan.
http:www.htysite.compertanian202011.htm [5 Januari 2012]
3
[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2009. Outlook Komoditas Perkebunan. www.pusdatin.deptan.go.id. [6 Januari 2012]
3
Tabel 2
. Laju Pertumbuhan Subsektor Pertanian dalam Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010 Triliun Rupiah
NO Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
2006 2007
2008 2009
2010 1
Tanaman Bahan Makanan 214,3
265,1 349,8
419,2 483,5
2 Tanaman Perkebunan
63,4 81,7
106,0 111,4
135,2 3
Peternakan 51,1
61,3 83,3
104,9 119,1
4 Kehutanan
30,1 36,1
40,4 45,1
48,0 5
Perikanan 74,3
97,7 137,2
176,6 199,2
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011 Keterangan : Angka sementara
Angka sangat sementara
Tanaman perkebunan merupakan tanaman yang memiliki luas areal terbesar di Indonesia. Salah satu keunggulan Indonesia adalah tersedianya lahan
tropis yang cukup besar dan sesuai untuk penanaman berbagai tanaman perkebunan. Luas lahan perkebunan dari beberapa jenis tanaman perkebunan yang
ditanam di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
. Luas Lahan Perkebunan di Indonesia Tahun 2006-2010 Ribu Ha
Tahun Karet
Kelapa Sawit Coklat
Kopi Tembakau
2006 513,2
3748,5 101,2
53,6 5,1
2007 514,0
4101,7 106,5
52,5 5,8
2008 515,8
4451,8 98,4
58,3 4,6
2009 482,7
4888,0 95,3
48,7 4,2
2010 472,2
5032,8 95,9
48,7 4,2
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011 Keterangan : Angka sementara
Berdasarkan Tabel 3, terlihat jelas bahwa karet merupakan tanaman perkebunan kedua yang banyak diusahakan di Indonesia setelah kelapa sawit. Hal
ini ditinjau dari luas areal perkebunan karet yang digunakan di Indonesia. Selain itu, luas areal perkebunan karet mulai tahun 2005 sampai 2008 mengalami
peningkatan, sedangkan untuk tahun 2009 mengalami penurunan. Fluktuasi disebabkan karena adanya penurunan harga karet dunia pada tahun tersebut.
Akibatnya, ketertarikan masyarakat Indonesia untuk membudidayakan karet menjadi berkurang sehingga luas lahan perkebunan untuk karet pun menjadi
bertambah banyak di Indonesia.
4 Luas areal tanaman perkebunan yang masih cukup luas di Indonesia tidak
selalu berkorelasi dengan produksi tanaman perkebunan yang dihasilkan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa penghasil tanaman perkebunan di Indonesia tidak
dapat membudidayakan sesuai teknik budidaya yang baik dan benar. Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia menjadi salah satu kendala dalam
permasalahan ini. Produksi tanaman perkebunan di Indonesia tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
. Produksi Tanaman Perkebunan di Indonesia Tahun 2006-2010 Ton
Tahun Karet
Kelapa Sawit Coklat
Kopi Tembakau
2006 2.637.231
17.350.848 769.386
682.158 146.265
2007 2.755.172
17.664.725 740.006
676.476 146.851
2008 2.751.286
17.539.788 803.594
698.016 168.037
2009 2.440.347
18.640.881 809.583
682.590 176.510
2010 2.591.935
19.844.901 844.626
684.076 122.276
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011 Keterangan : Angka sementara
Berdasarkan Tabel 4, perbandingan total produksi dari lima tanaman perkebunan tahun 2006-2010 menunjukkan bahwa total
produksi karet merupakan total produksi terbesar kedua setelah kelapa sawit. T
erlihat jelas bahwa total produksi karet di Indonesia mulai tahun 2006-2008 mengalami peningkatan dan
mengalami penurunan pada tahun 2009, kemudian mengalami peningkatan kembali pada tahun 2010. Penurunan tersebut dapat dikarenakan adanya risiko
produksi dikaret yang menyebabkan adanya fluktuasi total produksi. Salah satu tanaman subsektor perkebunan adalah karet. Indonesia
merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar di dunia selain Malaysia dan Thailand. Luas lahan perkebunan karet alam Indonesia, terluas
dibandingkan Thailand dan Malaysia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization
2010
4
, Indonesia memiliki luas areal perkebunan karet sebesar 3.064.600 Ha, sedangkan Thailand hanya sebesar 1.929.260 Ha, dan untuk
Malaysia sebesar 1.289.700 Ha. Meskipun demikian, produksi karet alam Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan produksi yang dicapai oleh Thailand
4
[FAOSTAT] Food and Agriculture Organization Statistic. 2010. Produksi dan Luas Areal Perkebunan Karet di Thailand, Malaysia, dan Indonesia
. http:faostat.fao.orgdefault.aspx FAO. [6 Januari 2012]
5 dan Malaysia. Indonesia memiliki total produksi pada tahun 2010 sebesar
2.788.300 Ton dengan produktivitas 909,8 KgHa, sedangkan Thailand sebesar 3.051.780 Ton dengan produktivitas 1.581,8 KgHa. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi, seperti risiko produksi alam, hama, atau penyakit. Produktivitas karet alam Indonesia masih rendah dalam
penggunaan input-input pertanian yang berkualitas, masih minimnya pengetahuan mengenai pembudidayaan karet yang baik dan benar, dan masih kurangnya cara
untuk dapat menanggulangi risiko yang terjadi pada tanaman karet alam, seperti hama dan penyakit. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi produksi karet alam
yang dihasilkan. Akibatnya, produksi karet alam di Indonesia masih rendah dibandingkan produksi karet alam dari Thailand.
Menurut data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia GAPKINDO, untuk tahun 2011 produksi karet alam dunia diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton
sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton. Kurangnya produk karet
alam dunia di tahun 2011 salah satunya di karenakan terganggunya produksi karet di beberapa negara seperti Australia, hujan deras yang disebabkan oleh la-nina
yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut telah mengganggu proses penyadapan karet. Asosiasi Natural Rubber Producing Countries di Thailand
memperkirakan produk karet alam pada musim dingin yang berlangsung mulai Febuari-Mei berdampak pada menurunnya produk karet hingga 50 persen.
Berdasarkan asumsi tersebut dipastikan Indonesia berpeluang besar untuk memasok karet alam hasil produk Indonesia ke luar negeri ekspor dan tentunya
dengan catatan untuk produk karet Indonesia agar lebih ditingkatkan Purba 2011
5
. Luas areal perkebunan karet berdasarkan penguasaannya terbagi atas tiga
yaitu perkebunan karet milik rakyat, perkebunan besar milik negara, dan perkebunan besar milik swasta. Luas area perkebunan karet tahun 2011 tercatat
mencapai lebih dari 3,4 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
5
Purba FHK. 2011. Potensi dan Perkembangan Pasar Ekspor Karet Indonesia di pasar Dunia.
http:www.agribisnis.netmobileindex.php?content=informasi_mobileid=1sub=5kat =54fuse=1185. [7 Januari 2012]
6 Diestimasikan diantaranya sebesar 2.935.081 ha merupakan perkebunan karet
milik rakyat, dan hanya 239.132 ha perkebunan besar negara serta 275.931 ha perkebunan besar milik swasta Direktorat Jenderal Perkebunan 2011.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan
karena daerah tersebut memiliki iklim yang lebih basah. Hal tersebut dapat dilihat dari luas areal perkebunan karet di beberapa provinsi Indonesia pada Tabel 5.
Terlihat jelas bahwa untuk bagian Sumatera, luas areal perkebunan karet Sumatera Utara lebih luas setelah Sumatera Selatan, sedangkan untuk luas areal perkebunan
karet bagian Kalimantan dicapai oleh Kalimantan Barat. Luas areal perkebunan karet Sumatera Utara dari tahun 2006-2008 terus mengalami peningkatan dan
pada tahun 2009 mengalami penurunan, kemudian mengalami peningkatan kembali tahun 2010. Hal ini masih dapat dikarenakan harga karet dunia yang
masih berfluktuatif.
Tabel 5
. Luas Areal Perkebunan Karet di Beberapa Provinsi Indonesia Tahun 2006-2010 Ribu Ha
Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010
Sumatera Utara 456.986
461.496 462.036
461.148 463.861
Sumatera Barat 124.256
126.135 125.716
135.435 133.137
Sumatera Selatan 648.754
659.134 662.788
659.769 665.129
Kalimantan Barat 379.038
387.768 388.861
385.528 389.093
Kalimatan Tengah 255.657
261.947 264.203
264.947 265.038
Kalimantan Selatan 129.946
132.675 133.901
134.254 134.210
Kalimantan Timur 58.105
59.132 57.855
64.626 61.154
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2011 Keterangan : Angka sementara
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan karet di Provinsi Sumatera Utara adalah PT Socfin Indonesia Socfindo. PT Socfindo
merupakan salah satu perusahaan milik swasta yang resmi berdiri pada tahun 1930 dengan lokasi perkebunan yang tersebar di Sumatera Utara dan Aceh.
Bertahannya PT Socfindo hingga saat ini, telah dapat membuktikan bahwa PT Socfindo berhasil mengendalikan berbagai risiko yang dihadapi dengan terdapat
suatu manajemen di dalam perusahaan. Oleh karena itu, PT Socfindo dapat bersaing dalam persaingan pasar dunia karet baik dalam maupun luar negeri.
7
1.2 Perumusan Masalah