interdependent self construal. Semakin rendah skornya, semakin rendah pula kecenderungannya memiliki interdependent self construal. Demikian juga halnya
dengan aspek independent self construal.
E. Uji Coba Alat Ukur Penelitian
Menurut Suryabrata 2008 uji coba merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pengembangan instrumen karena dari uji coba inilah
diketahui informasi mengenai mutu instrumen yang dikembangkan. Syarat utama uji coba alat ukur adalah bahwa karakteristik subjek uji coba harus sama dengan
karakteristik subjek penelitian. Tujuan pelaksanaan uji coba menurut Azwar 2009 adalah:
a. Untuk melihat apakah pernyataan setiap aitem dapat dimengerti dan mudah
dipahami oleh responden. b.
Untuk melihat apakah alat ukur mampu mengungkap hal yang hendak diukur dengan baik.
Uji coba alat ukur meliputi uji validitas, uji daya beda aitem, dan reliabilitas.
1. Validitas Alat Ukur
Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya Azwar,
2010. Skala yang disusun berdasarkan kawasan ukur yang teridentifikasi dengan baik dan dibatasi dengan jelas, secara teoritis akan valid.
Validitas pada penelitian ini diuji melalui validitas isi content validity. Validitas isi yaitu sejauh mana aitem-aitem dalam alat ukur mencerminkan ciri
atribut yang hendak diukur. Validitas isi terbagi menjadi validitas muka face validity dan validitas logik logical validity.
Validitas muka yaitu validitas yang didasarkan pada penampilan Azwar, 2009. Pada alat ukur dalam penelitian ini, petunjuk pengisian dan aitem-
aitem dibuat sejelas dan sesingkat mungkin dengan tujuan menjaga validitas muka.
Validitas logik menunjukkan sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri atribut yang hendak diukur. Validitas logik diestimasi lewat pengujian
aitem melalui professional judgement dari dosen pembimbing peneliti dan dua dosen Fakultas Psikologi USU lainnya yang mengevaluasi aitem-aitem dalam alat
ukur berdasarkan kriteria kesesuaian aitem dengan atribut yang akan diukur serta kejelasan dan efektivitas kalimat pada tiap aitem.
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak
memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai
dengan fungsi ukur tes. Dengan kata lain, memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes secara keseluruhan Azwar, 2007.
Komputasi korelasi antara distribusi skor skala diperlukan untuk menguji daya diskriminasi aitem. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi
aitem total r
ix
yang disebut parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan r
ix
0,30. Daya pembeda aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 pembedanya dianggap
memuaskan. Aitem yang memiliki harga r
ix
0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah Azwar, 2004. Oleh karena itu,
penelitian ini menggunakan batasan r
ix
0,30.
3. Reliabilitas Alat Ukur