Dampak Peraturan Daerah Di Kabupaten Pesisir Selatan

Dalam UU No 32 tahun 2004 Pasal 22 secara jelas juga disebutkan bahwa dalam menyelenggarakan otonomi daerah, daerah berkewajiban menjaga persatuan, kesatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Pasal 27 juga menyebutkan bahwa kepala daerah berkewajiban memegang teguh dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 serta siap mempertahankan dan memelihara kedaulatan NKRI. Jika rumusan ini dipegang teguh oleh seluruh pemerintah daerah di Indonesia, maka perda-perda yang bernuansa keagamaan tidak akan keluar dari jalur konstitusi, sebab dalam sebuah negara yang berdasarkan Pancasila, seluruh produk hukumnya harus mengacu dan bersumber pada Pancasila dan UUD 1945. 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang di kemukakan dalam skripsi ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Munculnya Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Berpakaian Muslim dan Muslimah di Kabupaten Pesisir Selatan menimbulkan pro dan kontra dimasyarakat. Bagi kalangan yang pro, lahirnya perda syariah dianggap sebagai terobosan untuk menjamin ketertiban masyarakat, baik dari sisi hubungan antar individu maupun jaminan moral untuk individu dimasyarakat. Bagi kalangan yang kontra, mereka menganggap bahwa perda syariah dinilai berlebihan, bahkan ada yang mengatakan secara terbuka bahwa perda syariah tersebut bertentangan dengan peraturan perudang- undangan yang lebih tinggi dan juga melanggar Hak Asasi Manusia. 2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi lahirnya Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2005 di Kabupaten Selatan yaitu mayoritasnya Agama Islam dibandingankan non-Muslim, orang yang kuat seprti para Ulama yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, peraturan Bupati Kabupaten Pesisir Selatan dan dukungan dari Masyarakat Islam itu sendiri maka terjadinlah Peraturan Daerah berpakaian Muslim dan Muslimah di Kabupaten Pesisisr Selatan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dikemukakan diatas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan kedepannya dapat membuat perda yang lebih baik dan dapat membawa perubahan yang lebih baik lagi untuk mayarakat Kabupaten Pesisir Selatan. 2. Setiap rancangan perda harus melalui uji publik terlebih dahulu secara terbuka dan tidak sekedar main-main. Harus ada yang diciptakan dari Pemerintah Daerah untuk mendapatkan partisipasi masyarakat dan tidak ada satu pun yang dirugikan. 3. Kepala Pemerintah Daerah harus lebih baik memecahkan masalah- masalah yang riil terhadapat masyarakat, seperti kemiskinan dari pada merespon usulan penerapan Syariah Islam. DAFTAR PUSTAKA Abdul Latief, Hukum Dan Peraturan Kebijaksanaan Pada Pemerintahan Daerah, Yogyakarta : UII Pres, 2005. cet. Ke-1. Abu al-Ghifari, Kudung Gaul. Berjilbablah Tapi Telanjang. Bandung: Mujahid, 2002. cet. Ke-2. Ahmad Hasan Karzun, “Adab Berpakaian Pemuda Islam” Jakarta: Darul Falah, 1999, cet. Ke-1. Beryl C. Syamwil, “Akar Sejarah Busana Muslimah Indonesia”, dalam Aswab Machasin eds, Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa Konsep Estetika. Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber Daya, Jakarta : Djambatan, 2004. Disajikan dari majalah tempo, 14 Mei tahun 2006. Dwiyanto Indiahono, Kebijakan publik, Berbasis Dynamic Policy Analysis Yogyakarta; Gava Media, 2009. Fuad Mohd. Fachruddin, Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Mata Islam, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991, cet ke-2. Gregorius Sri Nurhartanto, Upaya Memerangi Diskriminasi hak Asasi Manusia. Dalam Ibid. Hamka, Membahas Tentang Soal-Soal Islam, Jakarta: Dhama Caraka, 1985. Huda Khattab, “Buku Pegangan Wanita Islam” Bandung: Al-Bayan, 1990, cet. Ke- 2. Husein Shabah, Jilbab Menurut al-quran dan as-Sunnah, Bandung: Mizan, 2000, cet, ke-10. Husein Shahab, Jilbab menurut Al- Qur’an dan As-sunnah Jakarta: Mizan, 1983, h.18, juga dalam Istadianta, Hikmah Jilbab dalam Pembinaan Ahklak Sala: Ramdhani, Tt, h.Baca juga Abu Abdillah Al Mansur, Wanita dalam Quran, Jakarta Gema Insani Prees, 1986. Ibit dan Lily Zakiyah munir, “Simbolisasi, Politisasi dan dan kontrol terhadap Perempuan di Aceh ” dalam Burhanudin Ed, Syariat Islam Pandangan Muslim Liberal, Jakarta: JIL, tahun 2003. Istadiyanto, Hikmah Jilbab dan Pembinaan Akhlak, Solo: Ramadhani, 1998. Labib Mz, Wanita dan Jilbab Gresik: CV. Bulan Bintang, 1999, cet. Ke-1. M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: Mizan 1998, cet. Ke-13. M. Thalik, Analisa dalam Bimbingan Islam, Surabaya: al-ikhlas, 1987. Masykuri Abdillah, Formalisasi Syariat Islam di Indonesia, Jakarta : Renaisan, 2005. Nina Surtiretna, “Anggun Berjilbab” Bandung: Al-Bayan, 1995, cet. Ke-2. Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama, ed. Yogyakarta: LkiS, 2000. Quraish Shihab, “Wawasan Al-Quran” Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke-4 Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta, PPM, 2004, cet. Ke-II. Sitoresmi Prabuningrat, “Gejolak Kebangkitan Busana Muslimah Di Indonesia”, dalam Aswab Machasin eds, Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa Konsep Estetika, Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1996. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1995, cet. Ke-4. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 2010. Subarsono, A.G. Analisis kebijakan Publik Konsep Teori dan Amplikasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005. Sukron Kamil, Syariah Islam dan HAM Dampak Perda Syariah Terhadap Kebebasan Sipil, hak-hak perempuan dan non-Muslim, Jakarta; CSRS, 2007. Syahrul Amin, Menuju Persaingan Pokok Islam. Yogyakarta: Salahuddin Press, 1983. Syaik Abdullah Shahih al-Fauzan, Kriteria Busana Muslimah Jakarta:Khazana Shun, 1995 cet, ke-1. Syamsul Bachrie, “Keberadaan Peraturan Daerah dan Permasalahannya”, Jurnal Clavia Fakultas Hukum Universitas 45 Makasar, Vol. 5, No. 2, 2004. Tachjan, Implementasi Kebijakan Publik dalam Konteks Indonesia, Lemlit UMPAD; 2006, cet.Ke-1. Tacjhan, Implementasi Kebijakan Publik, Lemlit UNPAD. 2006: cet. Ke-1. Thomas F.O Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal. Jakarta: CV. Rajawali, 1985.