Muatan dan Mekanisme Penyusunan Perda
Otonomi daerah diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara pusat dan daerah dalam aspek politik, ekonomi, sosial-budaya. Tidak heran mengapa
sebagian besar masyarakat meresponnya secara positif sekaligus banyak berharap pada keputusan politik ini demi masa depan mereka yang lebih baik. Tentu ada
juga kelompok
masyarakat yang
menggunakan momen
ini untuk
memperjuangkan kepentingan dan aspirasi polotik mereka.
19
UU No. 22 Tahun 1999 menyerahkan setidaknya 11 kewenangan pusat kepada pemerintah daerah, yaitu bidang pertahanan, pertanian pendidikan dan
kebudayaan, tenaga kerja, kesehatan, lingkungan, pekerjaan umum, transportasi, perdagangan dan industri, investasi modal dan koperasi. Ada lima5 bidang yang
tetap menjadi wewenang pemerintah pusat, yaitu bidang politik luar negeri, pertanahan dan keamanan, peradilan dan kebijakan moneter dan fiscal, serta
Agama. Dalam Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa proses legislasi dalam bentuk perda tidak lagi disahkan oleh Pemerintah Pusat asal tidak
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 juga diadopsi kembali asas umum penyelenggaraan negara yaitu: asas kepastian hukum, asas tertib
penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, asas akuntabilitas, asas efisiensi dan asas
19
Sulis Syakhsiyah Annisa, Perda Wajib Berbusana Muslim di Sijunjung, website, http: Syakhsiyah.wordprees.com2009091864, tanggal 21 April 2001
efektivitas. Pencantuman kembali asas-asas umum penyelenggaraan Negara di dalam Undang-Undang ini tidak lain ingin mengadopsi konsep good governance
dalam kebijakan desentralisasi dan penyelenggaraan otonimi daerah.
20
Adapaun prinsip dan asas yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah adalah:
a. Prinsip otonomi daerah adalah menggunakan prinsip ekonomi seluas-
luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan Pemerintah diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang
ditetapkan dalam Undang-Undang. Sejalan dengan perinsip tersebut dilaksanakan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip
otonomi yang nyata adalah untuk menangani urusan Pemerintah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang telah ada
dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Adapun yang dimaksud otonomi yang
bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud otonomi, yang pada
dasarnya untuk meningkatkan kesejahterahan masyarakat. b.
Asas dari otonomi daerah adalah asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
20
Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber Daya, Jakarta : Djambatan, 2004, h. 107-110.
1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kepala Daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang Pemerintah oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal diwilayah tertentu.
3. Tugas pembantu adalah penugasan dari Pemerintah Kepada Daerah danatau desa dari Pemerintah Provinsi Kepada Desa untuk
melaksanakan tugas tertentu. Setelah
diterapkannya otonomi
daerah yang
ditandai dengan
diberlakukannya Undang-Undang No 20 Tahun 1999 sejak 1 Januari 2001 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang N0 32 Tahun 2004, setiap
Daerah Propinsi, KabupatenKota diberikan kewenangan yang sangat untuk mengatur dan memerintah daerahnya masing-masing.
Peluang yang diberikan oleh kebijakan otonomi daerah itu diterjemahkan beragam oleh daerah. Salah satu
“terjamah” yang dipakai adalah dengan membuat beragam peraturan daerah Perda. Dibeberapa daerah, termasuk
Kabupaten Pesisir Selatan terdapat fenomena yang menarik untuk dikaji secara akademik, khusususnya dari perspektif hukum Islam dan hukum. Fenomena
tersebut adalah munculnya perda yang mengatur persoalan-persoalan terkait dengan prilaku seseorang danatau kelompok di masyarakat, diantaranya adalah