Prinsip-Prinsip Berpakaian Muslim dan Muslimah

adalah penyakit yang tidak bisa diobati yang tertransfer ke dalam budaya kita sebagai konsekuensi dari ikut-ikutan gaya Barat. Hal ini merupakan hal yang dilarang agama. d Tidak Menyerupai Wanita Kafir Sekarang ini, banyak wanita muslimah yang merancang busananya dengan pola yang bertentangan dengan ketentuan syara dan norma-normanya dibidang busana. Berdasarkan realita yang muncul dewasa ini yang popular disebut dengan mode ” dimana ia mengalami perkembangan dan perubahan setiap hari dari yang buruk hingga yang lebih buruk. Bentuk-bentuk busana wanita dewasa ini sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran-ajaran Islam dan sama sekali tidak pernah dikenal dikalangan wanita-wanita muslimah. Hal ini terbukti dengan banyaknya pakaian-pakaian yang apabila dipakai wanita, maka aurat wanita si pemakai akan terlihat dengan jelas. Tujuan wanita dilarang menyerupai dengan orang-orang kafir, diantaranya adalah penyerupaan dengan mereka dalam berbusana. 2 Prinsip yang berhubungan dengan corak bentuk busana Adapun kriteria-kriteria corak busana muslimah antara lain sebagai berikut: 11 a Tidak menjadikan busana sebagai perhiasan pada dirinya Maksud dari busana tersebut adalah pakaian yang tampak. 11 Syaik Abdullah, Kriteria Busana,,, h. 21-25. Seorang wanita muslimah dilarang memakai pakaian dari sejumlah pakaian, bilamana pakaian-pakaian itu merupakan pakaian tembus pandang sebagaimana dalam pengertian secara umum. b Busana tidak tipis yang masih memperlihatkan bentuk aurat yang berada dibaliknya. Hal ini sesuai dengan tujuan berbusana yaitu menutup. Tujuan tersebut tidak akan tercapai kecuali dengan busana yang tebal. Karena busana yang tipis itu bukan merupakan busana menurut pandangan Islam. c Busana tidak bercorak glamour Dilarang bagi seorang wanita muslimah memilih berbagai corak pakaian yang hanya menuruti tuntutan kesenangannya dan sama sekali tidak ada relevansinya dengan prinsip-prinsip busana, tidak lain bertujuan untuk menghilangkan pandangan kaum laki-laki kepadanya. d Tidak diberi wewangian atau parfum yang menimbulkan syahwat Hal ini dilarang karena parfum dikhawatirkan membangkitkan nafsu birahi. Para ulama bahkan mengikut yang semakna dengannya sebagai pakaian indah, perhiasan yang tampak dan megah serta bercampur baru dengan laki-laki. 12 12 Abu al-Ghifari, Kudung Gaul. Berjilbablah Tapi Telanjang. Bandung: Mujahid, 2002cet. Ke2, h. 62-63.

D. Fungsi Berpakaian Muslim dan Muslimah

Fungsi utama pakaian adalah untuk menutupi aurat, yaitu bagian tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain kecuali yang dihalalkan dalam agama. Dan dianjurkan untuk berpakaian terbaik yang dimilikinya dengan tidak berlebihan. Semakin dinamisnya budaya peradaban manusia, maka terciptalah busana yang beraneka ragam motif dan mode. Busana dikenakan manusia tidak begitu saja tercipta dan terpakai tanpa adanya pemikiran tentang fungsi dan tujuan dari berbusana tersebut. Secara umum fungsi mengapa manusia menggunakan busana adalah : 13 1. Memenuhi syarat peradaban sehingga tidak menyinggung rasa kesusilaan. 2. Memenuhi syarat kesehatan, yaitu melindungi badan dari gangguan luar, seperti panas, hujan, angin dan lain-lain. 3. Memenuhi keindahan. 4. Menutupi segala kekurangan yang ada pada tubuh kita. Dari sudut sosiologis, busana muslimah berfungsi sebagai : 14 1. Menjauhkan wanita dari pergaulan laki-laki. 2. Membedakan wanita yang berakhlak mulia dengan wanita berakhlak hina. 3. Mencegah timbulnya fitnah dari laki-laki. 13 Labib Mz, Wanita dan Jilbab Gresik: CV. Bulan Bintang, 1999, cet. Ke 1, h. 115. 14 M. Thalik, Analisa dalam Bimbingan Islam, Surabaya: al-ikhlas, 1987 h. 23. 4. Memelihara kesucian agama wanita yang bersangkutan. Menurut Istadiyanto, fungsi busana muslimah Pertama membentuk pola sikap atau akhlak yang luhur dalam diri remaja sebagai pencegah terhadap dorongan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran syariat. Kedua mencegah orang lain untuk berbuat sewenang-wenang terhadap si pemakai. 15 Dalam Al-Qur ’an, Allah SWT menyebutkan beberapa fungsi busana yaitu: 16 1. Sebagai penutup aurat. 2. Sebagai perhiasan, yaitu untuk penambah rasa estetika dalam berbusana. 3. Sebagai perlindungan diri dari gangguan luar, seperti panas terik matahari, udara dingin dan sebagainya. Menurut M. Quraish Shihab, selain tiga hal diatas, busana juga mempunyai fungsi sebagai petunjuk identitas dan pembela antara seseorang dengan orang lain, 17 sebagian ulama bahkan menyatakan fungsi busana yang lainnya adalah fungsi takwa dalam arti busana dapat menghindarkan seseorang terjerumus dalam bencana dan kesulitan, baik bencana duniawi maupun ukhwawi. 18 15 lstadiyanto, Hikmah Jilbab dan Pembinaan Akhlak, Solo: Ramadhani, 1998, h. 23. 16 Nina Surtiretna, Anggun,,, h. 15. 17 M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: Mizan 1998, cet. Ke-13, h. 279. 18 Quraish, Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah, h. 161. Dari beberapa fungsi busana yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi busana muslimah adalah sebagai petunjuk identitas, penutup aurat, pelindung diri dan sebagai pakaian takwa. Oleh karena itu Allah SWT memerintahkan kepada kaum wanita untuk memakai busana sesuai dengan ajaran Islam, yakni menutup aurat berbusana muslimah. 25

BAB III PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2005 DI KABUPATEN PESISIR

SELATAN

A. Peraturan Daerah

Sistem Pemerintahan Daerah yang berlaku, menempatkan kepala daerah sekaligus sebagai pimpinan daerah otonom dan perwakilan pemerintah pusat di dalam lingkungan pemerintahan daerah dan disebut kepala wilayah. Maka pada tingkat daerah ini dikenal ada 2dua macam peraturan perundang-undangan yang mempunyai sifat mengatur, yaitu Peraturan Daerah selanjutnya disebut perda dan Keputusan Kepala Daerah. 1 Perda dan keputusan Kepala Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk menyelenggarakan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah adalah satuan Pemerintah teritorial tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus sebagian urusan pemerintah sebagai urusan-urusan rumah tangga daerah yang bersumber pada otonomi dan tugas pembantuan. 2 1 Abdul Latief, Hukum Dan Peraturan Kebijaksanaan Pada Pemerintahan Daerah, Yogyakarta : UII Pres, 2005. Cet. 1. h. 62 2 UUD 1945 pasal 18, ayat 2: “Pemerintah daerah Propinsi, daerah kabupaten, dan mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. M. Alfan Alfian M. Ed. Bagaimana memenangkan pilkada langsung?. Jakarta: Akbar Tanjung Institute, 2005, Cet. 1. h. 35-36