F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistimatika penulisan sebagai berikut;
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang maslah, rumusan dan permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penulisan dan
sistimatika penulisan BAB II
: TINJAUAN UMUM SUATU PERJANJIAN Dalam pengertian umum dijelaskan tentang perjanjian, syarat
sahnya perjanjian, asas-asas tentang perjanjian, dan tentang hapusnya perjanjian.
BAB III : PERJANJIAN KERJA SEBAGAI DASAR LAHIRNYA HUBUNGAN KERJA
Dalam BAB ini dijelaskan tentang perjanjian kerjasama, hak dan kewajiban masing-masing pihak, keuntungan dan kerugian
perjanjian kerjasama BAB IV :
ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PERUSAHAAN PENGGUNA JASA TENAGA KERJA
DENGAN PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA STUDY PENELITIAN PT.GUNUNG GARUDA GROUP
BAB V : KESIMPULAN dan SARAN Dalam BAB ini merupakan kesimpulan dan saran dari penulis,
dengan segala lampiran-lampirannya
BAB II TINJAUAN UMUM SUATU PERJANJIAN
A. Pengertian Perjanjian
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai perjanjian kerjasama maka perlu dipahami terlebih dahulu mengenai perngertian dari suatu perjanjian.
Suatu perjanjian pada umumnya telah diketahui oleh masyarakat luas karena pada dasarnya setiap perbuatan dan aktifitas yang dilakukan manusia tidak
terlepas dari suatu perjanjian. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya manusia yang membuat perjanjian setiap hari dalam kehidupannya, namun banyak
pula manusia yang tidak menyadarinya. Sebagai contoh sederhana dapat terlihat pada waktu kita membeli barang, atau membayar suatu jasa yang
sebenarnya setiap manusia telah melakukan suatu perjanjian. Suatu perjanjian adalah semata-mata suatu persetujuan yang diakui
oleh hukum. Persetujuan yang dimaksud disini adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih.
7
7
Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Suatu perbuatan dapat berupa kesepakatan antara para pihak yang artinya semenjak adanya kesepakatan itu maka perjanjian itu berlaku sebagai
hukum bagi para pihak. Dengan kata lain perjanjian pada hakekatnya merupakan hasil kesepakatan para pihak,jadi sumbernya kebebasan pihak-
pihak yang ada untuk diikat dengan perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata
13
Definisi perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata ini, hanya menyebutkan tentang pihak yang atau lebih mengikatkan dirinya pada pihak
lainnya, dan sama sekali tidak menentukan untuk tujuan apa suatu perjanjian itu dibuat. Karena itu suatu perjanjian akan lebih luas juga tegas artinya, jika
pengertian mengenai perjanjian tersebut diartikan sebagai suatu persetujuan dengan mana 2 dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk
melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.
8
Dari definisi perjanjian tersebut maka dapat diketahui bahwa suatu perjanjian menimbulkan dan berisi ketentuan-ketentuan hak dan kewajiban antara dua
pihak, atau dengan perkataan lain, suatu perjanjian itu melahirkan perikatan. Menurut Yahya Harahap suatu perjanjian adalah
“ Suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan
sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi”
9
Kata perjanjian dan kata perikatan merupakan istilah yang telah dikenal dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata KUHPerdata. Pada
dasarnya KUHPerdata tidak secara tegas memberikan definisi dari perikatan, akan tetapi pendekatan terhadap pengertian perikatan dapat diketahui dari
pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang didefinisikan sebagai suatu perbuatan hukum dengan mana salah satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Suatu perjanjian tidak hanya menimbulkan satu perikatan saja tetapi dalam satu perjanjian
8
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Penerbit Alumni, Bandung, 1982, hal 78
9
J Satrio, Hukum Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal 5
dapat menimbulkan banyak perikatan. Sebenarnya suatu perjanjian adalah sekelompok sekumpulan perikatan-perikatan yang mengikat para pihak
dalam perjanjian yang bersangkutan.
10
10
Ibid, hal 7
Sekalipun dalam KUHPerdata definisi dari perikatan tidak dipaparkan secara tegas, akan tetapi dalam Pasal 1233 KUHPerdata ditegaskan bahwa
perikatan selain dari Undang-undang, perikatan dapat juga dilahirkan dari perjanjian. Dengan demikian suatu perikatan belum tentu merupakan
perjanjian sedangkan perjanjian merupakan perikatan. Dengan kalimat lain, bila definisi dari Pasal 1313 KUHPerdata tersebut dihubungkan dengan
maksud dari pasal 1233 KUHPerdata, maka terlihat bahwa pengertian dari perikatan, karena perikatan tersebut dapat lahir dari perjanjian itu sendiri.
Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian memberikan penjelasan mengenai perbedaan pengertian dari perikatan dengan perjanjian. Beliau memberikan
definisi dari perikatan sebagai berikut: “Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.”
Sedangkan perjanjian didefinisikan sebagai berikut: “Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada
seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.”
Suatu perjanjian baru dapat diketahui jenisnya, bahkan kadang-kadang dikenal dengan sebutan tertentu, setelah melihat perikatan-perikatan yang
dilahirkan olehnya. Disamping itu, perikatan-perikatan tersebut juga membedakan dari perjanjian lain dari jenis yang sama.
Adapun istilah lain yang sering dipersamakan dengan perjanjian adalah kontrak. Hukum kontrak merupakan terjemahan dari bahasa inggris,
yaitu contract of law. Hukum kontrak adalah perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu.
11
1. Syarat Sahnya Perjanjian Menurut KUH Perdata: