Penyelesaian Perselisihan Di PT Gunung Garuda Group Menyangkut

bersaing perusahaan memerlukan pekerja yang profesional. Pekerja profesional yang dimaksud disini adalah pekerja yang memiliki pengalaman di bidang pekerjaannya, sehingga dengan pengalaman tersebut PT Gunung Garuda Group selaku pengguna jasa pekerja dapat langsung menggunakan keahlian dari pekerja yang sudah berpengalaman tersebut. Berdasarkan uraian diatas yang menyatakan terkadang PT Gunung Garuda Group menggunakan jasa perusahaan penyedia jasa pekerja untuk melakukan pekerjaan yang merupakan pekerjaan utama tersebut, sesungguhnya itu hanya sebagian saja permasalahan yang dapat dilihat dalam suatu pelaksanaan undang-undang.

D. Penyelesaian Perselisihan Di PT Gunung Garuda Group Menyangkut

Perjanjian Kerjasama Penyelesaian perselisihan yang terjadi di PT Gunung Garuda Group dapat digolongkan kedalam dua aspek hukum yaitu penyelesaian perselisihan antara pekerja dengan pengusaha PT Gunung Garuda Group yang menyangkut masalah perjanjian kerja, atau yang dikenal dengan perselisihan hubungan industrial maka penyelesaiannya mengacu kepada Undang-Undang No.2 Tahun 2004, sedangkan penyelesaian perselisihan yang menyangkut masalah perjanjian kerja sama antara PT Gunung Garuda Group dengan perusahaan pemborong pekerjaan atau penyedia jasa tenaga kerja, mengacu kepada KUHPerdata, oleh karena itu penyelesaian perselisihan di PT Gunung Garuda Group ditangani berdasarkan mekanisme sebagai berikut: 1. Undang-Undang No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Jenis perselisihan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.2 Tahun 2004 adalah meliputi: a. perselisihan hak; b. perselisihan kepentingan; c. perselisihan pemutusan hubungan kerja; dan d. perselisihan antar serikat pekerja buruh hanya dalam satu perusahaan. Mekanisme penyelesaian perselisihaan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No.2 tahun 2004 adalah mengutamakan penyelesaian melalui musyawarah secara Bipartit di perusahaan, apabila penyelesaian secara Bipartit tidak mencapai kata sepakat, maka salah satu pihak atau keduabelah pihak dapat memilih penyelesaian melalui Mediasi, atau Konsiliasi dan atau Arbirtrase. Dalam hal penanganan melalui Mediasi atau Konsiliator tidak selesai maka kepada para pihak yang berselisih diberikan Anjuran oleh Meditator atau Konsiliator atau putusan Arbiter dan apabila para pihak dapat menerima Anjuran atau putusan maka kasus perselisihan telah selesai dan dibuatkan Perjanjian Bersama yang didaftarkan ke Pengadilan, akan tetapi apabila salah satu pihak menolak Anjuran maka pihak yang menolak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri setempat, kecuali putusan Arbiter tidak dapat diajukan gugatan karena putusan Arbiter bersifat final. Selanjutnya apabila putusan Pengadilan Hubungan Industrial ditolak oleh salah satu atau kedua belah pihak yang berselisih, maka pihak yang merasa dirugkan dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung untuk jenis perselisihan hak dan perselisihan PHK, sedangkan jenis perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerjaburuh dalam satu perusahaan tidak dapat diajukan kasasi karena sudah final ditingkat pengadilan hubungan Industrial. Proses penyelesaian perselisihan pada tingkat Pengadilan Hubungan Industrial dan Mahkamah Agung sampai dengan Peninjauan Kembali PK berlaku hukum acara perdata Hasil penelitian penulis di PT.Gunung Garuda, menunjukkan bahwa selama tahun 2010 tidak terdapat kasus perselisihan atau dengan kata lain tercapai zero konflik di PT.Gunung Garuda Group, sedangkan pada tahun 2009 terdapat 1 kasus PHK anggota Satpam yang terdapat tidur pada saat melaksanakan tugas, oleh perusahaan tidur pada saat bertugas jelas telah melanggar perjanjian kerja bersama yang berakibat PHK, sedangkan oleh pengurus unit kerja serikat pekerja Gunung Garuda selaku kuasa hukum pekerja, tidak menerima sanksi PHK, sehingga kasus ini sampai pada Mahkamah Agung walaupun akhirnya bisa diselesaikan kembali melalui jalan musyawarah, dan kasusnya dicabut dari Mahkamah Agung. Kasus-kasus yang menyangkut PKWT pada umumnya diselesaikan secara Bipartit dan belum ada satupun kasus perselisihan atas perjanjian kerja masuk ke mediasi apalagi sampai ke Pengaadilan Hubungan Industrial dan Mahkamah Agung. 2. KUHPerdata Suatu sengketa timbul jika dipandang dari sudut KUH Perdata bisa disebabkan karena perbuatan ingkar janji wan prestasi dan atau karena perbuatan melawan hukum. Apabila ada salah satu pihak yang dirugikan karena perbuatan ingkar janji dan atau perbuatan melawan hukum tersebut maka terhadap pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan. Namun apabila dilihat pada pengalaman PT.Gunung Garuda Group selama ini yang telah mengadakan kerjasama dengan perusahaan lain terkait dengan kepentingan bisnis seperti levransir, jasa angkutan barang, jasa pelayanan hukum dan lain-lain, termasuk diantaranya penyerahan sebagian pekerjaan keamanan security dan outsourcing. Selama ini belum pernah terjadi perselisihan antara PT.Gunung Garuda Group dengan perusahaan jasa security maupun dengan perusahaan outsourcing, karena dalam pelaksanaan kerjasama tersebut saling menguntungkan. Pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 perusahaan jasa security di area Gunung Garuda ditangani oleh PT.Titan, akan tetapi karena sering terjadi kehilangan barang dan pencurian maka dianggap PT.Titan kurang profesional walaupun dalam klausul perjanjian kerjasama disebutkan bahwa setiap kehilangan barang menjadi tanggung jawab PT.Titan dan akibat hukumnya PT.Titan mempunyai kewjiban untuk mengganti rugi senilai barang yang hilang kepada pihak Gunung Garuda. Pada umumnya perselisihan yang menyangkut perjanjian kerja sama antara PT.Gunung Garuda Group dengan perusahaan pemborong pekerjaan maupun perusahaan penyedia jasa pekerja belum pernah terjadi, dan perselisihan terjdi biasanya disebabkan salah satu pihak yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dituangkan dalam perjanjian kerja sama, sedangkan di PT.Gunung Garuda Group, apabila pihak perusahaan pemborong pekerjaan ataupun perusahaan jasa tenaga kerja tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah diperjanjikan sehingga dapat menimbulkan potensi perselisihan, maka PT.Gunung Garuda Group tidak lagi melanjutkan perjanjian kerjasama untuk berikutnya atau tidak diperpanjang setelah berakhirnya masa waktu perjanjian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Hukum Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Property One Dan Pemilik Rumah/Tanah (Studi Pada Perusahaan Property One Medan Kota)

11 89 157

Strategi Komunikasi Customer Service Dalam Melayani Pengguna Jasa Bandara (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Customer Service Bandara Internasional Kualanamu Dalam Melayani Wisatawan Asing Dan Wisatawan Domestik)

31 229 196

Implementasi Hukum Terhadap Perjanjian Penyedia Jasa Pekerja Yang Dilakukan PT. PLN (Persero) Dengan PT. SENTRA (Studi Pada PT. PLN (Persero) Wil. Area Binjai).

0 40 106

Dinamika Sistem Hubungan Kerja Antara Pengguna Jasa Dengan Buruh Tani Harian di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

0 46 170

Pengawasan Pemerintah Terhadap Pemberian Izin Penyedia Jasa Tenaga Kerja Berdasarkan Permenkertrans No 19 tahun 2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

1 114 66

Analisis Hukum Perjanjian Kerja Outsourcing Studi Pada Perjanjian Kerja Antara PT. Mahkota Grup Dengan PT. ISS Indonesia

5 58 122

Tinjauan Hukum Pembatalan Akta Perjanjian Kerjasama Pengadaan Barang Atas Dasar Wanprestasi (Studi PT.TNC)

3 102 129

Valuasi Ekonomi Hutan Sebagai Penyedia Jasa Wisata Alam di DAS Deli

10 68 42

Peranan Perjanjian Antara Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) Dengan Tenaga Kerja...

1 44 5

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING 2.1 Hubungan Hukum Antara Perusahaan Penyedia Jasa Dengan PekerjaBuruh - LEGALITAS PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA

0 0 19