Dinamika Sistem Hubungan Kerja Antara Pengguna Jasa Dengan Buruh Tani Harian di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

(1)

DINAMI DENG IKA SISTE GAN BURU KECAM D DEPART FAKUL U EM HUBUN UH TANI H MATAN KA iajukan unt mendapa Unive YAND TEMEN IL LTAS ILM UNIVERSI NGAN KE HARIAN D ABANJAH SKRIP tuk memenu atkan gelar ersitas Sum Oleh DO PRANA (0909020 LMU KESE MU SOSIAL ITAS SUM MEDA 2014 ERJA ANTA I KELUR HE KABUP

PSI

uhi salah sat Sarjana So atera Utara : ATA PURB 033) EJAHTER L DAN ILM MATERA U AN 4 ARA PENG AHAN PA PATEN KA tu syarat osial a BA RAAN SOSI MU POLIT UTARA GGUNA JA ADANG MA ARO IAL TIK ASA AS


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “DINAMIKA SISTEM HUBUNGAN KERJA ANTARA PENGGUNA JASA DENGAN BURUH TANI HARIAN DI KELURAHAN PADANG MAS KECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN KARO”. Masalah yang dibahas di skripsi ini adalah menggambarkan tentang faktor-faktor yang menyebabkan buruh tani harian ini melakukan migrasi dan dinamika sistem hubungan kerja antara pengguna jasa dengan buruh tani harian serta kondisi kehidupan sosial ekonomi. Faktor-faktor migrasi sirkuler dalam penelitian ini dilihat dari indikator faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor) dan sistem hubungan kerja antara pengguna jasa dengan buruh tani harian dilihat dari indikator interaksi sosial dan komunikasi serta kondisi sosial ekonomi buruh tani harian dilihat melalui indikator kondisi penghasilan, keadaan pangan dan kondisi perumahan.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh buruh tani harian (aron si ngemo) yang tinggal di Kelurahan Padang Mas yang berjumlah 130 Kepala Keluarga. Sampel diambil dengan menggunakan Teknik Penarikan Sampel Acak Sederhana. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Instrumen penyaringan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan kuisioner, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabulasi data tunggal.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka penulis dapat menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat migrasi di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo antara lain adalah faktor pendorong (push factor) yang meliputi penghasilan di daerah asal yang relatif rendah, terbatasnya lapangan kerja di daerah asal, tidak adanya kepemilikan lahan pertanian, dan terjadinya kegagalan panen dan faktor penarik (pull factor) meliputi penghsailan di daerah tujuan lebih besar, anggapan bahwa di daerah tujuan mudah mendapatkan pekerjaan, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas, keadaan lingkungan dan ajakan teman yang terlebih dahulu bermigrasi. Sistem hubungan kerja yang buruh tani harian hadapi dengan pengguna jasa mereka adalah simbiosis mutualisme, dimana buruh tani harian membutuhkan pekerjaan dan pengguna jasa juga membutuhkan tenaga mereka. Tingkat pendapatan yang diterima oleh buruh tani harian ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan jumlah jam kerja yang mereka lalui setiap harinya disamping untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti kebutuhan pangan, biaya pendidikan anak, biaya air/listrik dan sewa rumah serta kebutuhan lainnya.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “DINAMIKA SISTEM HUBUNGAN KERJA ANTARA PENGGUNA JASA DENGAN BURUH TANI HARIAN DI KELURAHAN PADANG MAS KECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN KARO”. Skripsi ini disusun dan untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu selama penyelesaian skripsi ini. Dengan kerendahan hati Penulis mengucapkan Banyak Terima Kasih secara khusus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, M.Si, selaku dosen pembimbing dan telah bersedia membimbing dan memberi dukungan serta membagikan ilmunya kepada Penulis dalam penyelesaian Skripsi ini. Terima Kasih Pak.

4. Bapak Kresna Ginting, SH, selaku Kepala Kelurahan Padang Mas dan Kak Hindun, SE selaku Sekretaris beserta seluruh Staff Pegawai Kelurahan Padang Mas yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini.

5. Kepada semua buruh tani harian dan para pengguna jasa yang telah bersedia membantu Penulis dalam hal pengumpulan data

6. Kedua Orangtua Japolan Purba dan Lermina br Saragih yang telah mendidik, memberi motivasi, bantuan moril dan materil selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini. Cucuran keringat dan air mata kalian tidak akan saya lupakan. Terima kasih buat semua doa ayah dan ibu yang senantiasa mengiringi langkahku. Maafkan anakmu yang tidak akan sanggup untuk membalas semua jasa ayah dan ibu. Terima kasih buat ayahku dan ibuku tersayang.

7. Kakak dan adik saya tercinta Sri Dewi br Purba dan Hari Pernando Purba yang telah memberikan dukungan dan memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Tetap semangat ya buat kalian!

8. Buat Sahabat-sahabat Kesos 2009: Josua (obok), Exo, Marmen (Seydou), Jerico Kiko, Octo, Prandani, Rizki, Budi, Evan, Jho Henro, Steady, Meychael, Brema (B’mohak), Jane, Udin, dan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.


(5)

9. Buat senior-senior Kesos 2005 (B’Agung, B’Kiel), Kesos 2006 (B’Arjun, B’Imanuel), Kesos 2007 (K’Castry, B’Lukas, B’Petrus, B’Dedy, B’Alex),

Kesos 2008 (B’Hendrick Nainggolan, B’Indra, K’Poppy, B’Jones, B’erwin Art) dan Senior-Senior yang lain yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu-persatu, Terima Kasih atas bantuan dan arahannya selama kuliah.

10.Buat kawan-kawan Kesos Stambuk 2010, 2011, 2012, dan 2013.

11.Buat sahabat-sahabat satu kost : B’Indra Panjaitan dan Ersidto Sidabutar, Terima kasih atas dukungannya.

12.Buat semua orang yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak tersebutkan namanya, saya ucapkan terima kasih dan sukses buat kalian semua.

Dengan segala kerendahan hati Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima Kasih.

Medan, Januari 2014 Penulis

(Yando Pranata Purba)


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 15

1.3 Pembatasan Masalah ... 15

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16

1.5 Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan ... 19

2.2 Migrasi ... 25

2.3 Dinamika ... 31

2.4 Sistem Hubungan Kerja antara Pengguna Jasa dengan Buruh Tani Harian... 37

2.5 Buruh Tani Harian ... 45

2.6 Sistem Pengupahan ... 48

2.7 Kehidupan Sosial Ekonomi ... 50

2.8 Kerangka Pemikiran ... 52

2.9 Defenisi Konsep dan Operasional ... 55

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 59

3.2 Lokasi Penelitian ... 59

3.3 Populasi dan Sampel ... 59


(7)

3.5 Teknik Analisa Data ... 62

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Buruh Tani Harian di Kelurahan Padang Mas ... 64

4.2 Letak Kelurahan Padang Mas ... 68

4.3 Keadaan Demografis ... 70

4.4 Potensi Kelurahan Padang Mas ... 75

4.5 Sarana dan Prasarana ... 75

4.6 Sistem Pemerintahan ... 80

BAB V ANALISA DATA 5.1 Identitas Responden ... 82

5.2 Migrasi 5.2.1 Faktor Pendorong (push factor ) Untuk Bermigrasi ... 90

5.2.2 Faktor Penarik (pull factor) Untuk Bermigrasi ... 94

5.3 Sistem Hubungan Kerja Antara Pengguna Jasa dengan Buruh Tani harian 5.3.1 Responden (kuisioner) ... 98

5.3.2 Hasil wawancara dengan Pengguna Jasa Buruh Tani Harian ... 102

5.3.3 Hasil Observasi ... 111

5.4 Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Tani Harian 5.4.1 Kondisi Penghasilan ... 113

5.4.2 Kondisi Pangan ... 118

5.4.3 Kondisi Perumahan ... 127

5.4.4 Kondisi Pendidikan Anak ... 131

5.5 Live Story 5.5.1 Identitas Responden 1 ... 135

5.5.2 Identitas Responden 2 ... 138

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 141


(8)

6.2 Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 146


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumut ... 7

Tabel 2 Data Produktivitas (Kw/Ha) Komoditi Sayuran dan Buah-buahan Tahun 2008 – 2012 Kab. Karo ... 11

Tabel 3 Pemanfaatan Tanah di Kelurahan Padang Mas ... 69

Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 71

Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 72

Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 73

Tabel 8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 74

Tabel 9 Produksi Pertanian Per Tahun ... 75

Tabel 10 Sarana Produksi ... 75

Tabel 11 Sarana Jalan ... 76

Tabel 12 Sarana Lembaga Ekonomi ... 77

Tabel 13 Sarana Lembaga Pendidikan ... 78

Tabel 14 Sarana Perumahan ... 78

Tabel 15 Sarana Kesehatan ... 79

Tabel 16 Sarana Peribadatan ... 80

Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 82

Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 84

Tabel 19 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 84

Tabel 20 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 85

Tabel 21 Distribusi Responden Berdasarkan Asal Daerah ... 86

Tabel 22 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah dalam Keluarga .. 87

Tabel 23 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 88

Tabel 24 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 89

Tabel 25 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Kota Kabanjahe ... 90

Tabel 26 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Sebelum Bermigrasi ... 91

Tabel 27 Distribusi Responden Berdasarkan penyebab bermigrasi ... 92

Tabel 28 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Lahan Pertanian di Daerah Asal ... 93

Tabel 29 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan dari Pekerjaan Sebelumnya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga ... 93

Tabel 30 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan untuk Bermigrasi . 94 Tabel 31 Distribusi n Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Lebih Baik Setelah Bermigrasi ... 95

Tabel 32 Distribusi Responden Berdasarkan Hal yang Menarik Untuk Bermigrasi ... 96


(10)

Tabel 33 Distribusi Responden Berdasarkan Hal Lain yang Sangat

Penting dari Kota Kabanjahe ... 97 Tabel 34 Distribusi Responden Berdasarkan Mengenal Pengguna Jasa

yang mempekerjakan ... 98 Tabel 35 Distribusi Responden Berdasarkan cara Pengguna Jasa

Mengajak Untuk Bekerja ... 99 Tabel 36 Distribusi Responden Berdasarkan Selalu Bekerja di Ladang

Pengguna Jasa yang Sama ... 100 Tabel 37 Distribusi Responden Berdasarkan Tansportasi ke

Tempat Ladang Bekerja ... 100 Tabel 38 Distribusi Responden Berdasarkan Sistem Pekerjaan

di Tempat Bekerja ... 101 Tabel 39 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Upah yang

Diberikan Setiap Harinya ... 102 Tabel 40 Distribusi Responden Berdasarkan Transportasi

Pulang Setelah Selesai Bekerja ... 103 Tabel 41 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Mendapatkan

Perlakuan yang Kurang Menyenangkan dari Pemilik

Ladang (pengguna jasa) ... 104 Tabel 42 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Rata-Rata

PerBulan ... 113 Tabel 43 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Jumlah Hari

Kerja Dalam Seminggu ... 114 Tabel 44 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Jumlah Jam

Kerja PerHari ... 115 Tabel 45 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap

Upah yang Diterima ... 115 Tabel 46 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Upah Terhadap

Pemenuhan Kebutuhan Keluarga ... 116 Tabel 47 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Pendapatan

yang Diperoleh ... 117 Tabel 48 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan Setiap Hari 118 Tabel 49 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Makanan

Ditanggung Oleh yang Mempekerjakan ... 118 Tabel 50 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Keluarga

Terhadap Ikan ... 119 Tabel 51 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Keluarga

Terhadap Daging ... 120 Tabel 52 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Keluarga

Terhadap telur ... 121 Tabel 53 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Keluarga


(11)

Tabel 54 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Keluarga

Terhadap Sayur-Sayuran ... 122 Tabel 55 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Sayuran Untuk

Konsumsi Keluarga ... 124 Tabel 56 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Keluarga

Terhadap Buah-Buahan ... 125 Tabel 57 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Buah-

Buahan yang di Konsumsi Oleh Keluarga ... 126 Tabel 58 Distribusi Responden Berdasarkan Makanan yang di Konsumsi

Terhadap Pemenuhan Gizi ... 126 Tabel 59 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan

Rumah ... 127 Tabel 60 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Bangunan

Rumah yang Ditempati ... 128 Tabel 61 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih yang

di Konsumsi Keluarga ... 129 Tabel 62 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan

Fasilitas MCK ... 130 Tabel 63 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Responden

Berdasarkan Sumber Penerangan di Rumah ... 130 Tabel 64 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang

Bersekolah ... 131 Tabel 65 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Anak ... 132 Tabel 66 Distribusi Responden Berdasarkan Menyisihkan Sebagian

Penghasilan Untuk Biaya Pendidikan Anak ... 133 Tabel 67 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan

Anak yang Masih Bersekolah Untuk Menambah


(12)

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Alir Pemikiran ... 55 2. Bagan Struktur Pemerintahan Kelurahan Padang Mas ... 81


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner (Angket)

2. Pengajuan dan Persetujuan Judul Skripsi

3. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi

4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Proposal

5. Lembar kegiatan Bimbingan Penelitian/Penulisan Skripsi

6. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

7. Surat Izin Penelitian dari Lurahan Padang Mas 8. Peta Lokasi Kelurahan Padang Mas


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “DINAMIKA SISTEM HUBUNGAN KERJA ANTARA PENGGUNA JASA DENGAN BURUH TANI HARIAN DI KELURAHAN PADANG MAS KECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN KARO”. Masalah yang dibahas di skripsi ini adalah menggambarkan tentang faktor-faktor yang menyebabkan buruh tani harian ini melakukan migrasi dan dinamika sistem hubungan kerja antara pengguna jasa dengan buruh tani harian serta kondisi kehidupan sosial ekonomi. Faktor-faktor migrasi sirkuler dalam penelitian ini dilihat dari indikator faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor) dan sistem hubungan kerja antara pengguna jasa dengan buruh tani harian dilihat dari indikator interaksi sosial dan komunikasi serta kondisi sosial ekonomi buruh tani harian dilihat melalui indikator kondisi penghasilan, keadaan pangan dan kondisi perumahan.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh buruh tani harian (aron si ngemo) yang tinggal di Kelurahan Padang Mas yang berjumlah 130 Kepala Keluarga. Sampel diambil dengan menggunakan Teknik Penarikan Sampel Acak Sederhana. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Instrumen penyaringan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan kuisioner, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabulasi data tunggal.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka penulis dapat menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat migrasi di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo antara lain adalah faktor pendorong (push factor) yang meliputi penghasilan di daerah asal yang relatif rendah, terbatasnya lapangan kerja di daerah asal, tidak adanya kepemilikan lahan pertanian, dan terjadinya kegagalan panen dan faktor penarik (pull factor) meliputi penghsailan di daerah tujuan lebih besar, anggapan bahwa di daerah tujuan mudah mendapatkan pekerjaan, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas, keadaan lingkungan dan ajakan teman yang terlebih dahulu bermigrasi. Sistem hubungan kerja yang buruh tani harian hadapi dengan pengguna jasa mereka adalah simbiosis mutualisme, dimana buruh tani harian membutuhkan pekerjaan dan pengguna jasa juga membutuhkan tenaga mereka. Tingkat pendapatan yang diterima oleh buruh tani harian ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan jumlah jam kerja yang mereka lalui setiap harinya disamping untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti kebutuhan pangan, biaya pendidikan anak, biaya air/listrik dan sewa rumah serta kebutuhan lainnya.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap negara memiliki tugas untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi antar negara, yang bertepatan dengan ekonomi global akan memicu tumbuhnya persaingan ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan tidak lepas dari pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, mampu bersaing dengan tenaga kerja lainnya

(http://www.kppu.go.id/id/2011/08/pertumbuhan-ekonomi-dan-kebijakan-persaingan/ Diakses pada 26 juli 2013 pukul 16.13 WIB).

Pertumbuhan ekonomi adalah prasyarat untuk meningkatkan lapangan kerja produktif; ini merupakan hasil gabungan dari peningkatan dalam kesempatan kerja dan peningkatan dalam produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan ekonomi menetapkan batasan absolut dimana pertumbuhan dalam kesempatan kerja dan pertumbuhan dalam produktivitas tenaga kerja dapat terjadi (http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/documents/publication/wcms_177134.pdf Diakses pada tanggal 27 Juli 2013 pukul 16.43 WIB).

Persaingan tenaga kerja yang semakin hari semakin ketat dan sedikitnya lapangan kerja menyebabkan timbulnya banyak pengangguran. Pengangguran ini disebabkan oleh daya saing yang lebih ketat dan juga dalam sebuah persaingan tersebut yang diutamakan adalah sumber daya manusianya. Rendahnya tingkat


(16)

pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kita dalam kualitas pekerjaan dan sumber daya manusia. Untuk memenuhi kebutuhan setiap orang yang menganggur terpaksa bekerja di sektor informal.

Meluasnya fenomena sektor dan informalisasi tenaga kerja di Indonesia merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini dipandang positif dalam kerangka perekonomian sebagai unsur dinamis yang patut dipelihara dan ditumbuhkembangkan. Tetapi, dalam konteks perburuhan, selain dipandang positif hal ini juga dipandang negatif ketika menyangkut prospek jaminan sosial dan pengorganisasian buruh.

Struktur relasi buruh-majikan informal yang diwarnai oleh perjanjian lisan, ketergantungan usaha kecil terhadap usaha yang besar, kualitas sumber daya yang rendah dan ketidakadilan pada jalur perdagangan, telah memunculkan karakter sektor ekonomi informal yang tidak menguntungkan bagi perlindungan sosial-ekonomi buruhnya. Hal tersebut dapat diukur dari pertukaran sumber daya antara buruh dan majikan melalui besarnya pengupahan (Safaria dkk, 2003).

Relasi dan hubungan buruh-majikan di sektor informal biasanya merupakan relasi kerja berdasarkan perjanjian yang tidak tertulis. Jenis kontrak ini jelas dapat merugikan pihak-pihak yang memiliki posisi tawar yang rendah, yakni para buruh. Faktor yang terpenting dalam keadaan ini adalah surplus cadangan buruh dari kalangan penganggur dan setengah menganggur. Dalam kedudukan yang rawan karena banyak orang lain yang siap menggantikannya, buruh di berbagai sektor informal mau tak mau harus menerima kondisi kerja yang kurang memberikan jaminan ekonomi.


(17)

Kondisi dan syarat kerja yang dihadapi buruh di Indonesia masih buruk. Hal ini dapat dilihat dari upah yang rendah serta jam kerja yang panjang. Tingkat upah buruh baru sekitar 60 – 70 persen dari nilai Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), sementara itu mereka harus mencurahkan 10 – 14 jam kerja sehari. Permasalahan upah buruh merupakan penyebab utama terjadinya sengketa antar majikan dan buruh. Ekses kelebihan penawaran tenaga kerja menyebabkan posisi tawar-menawar buruh selalu berada pada posisi lemah dibandingkan dengan posisi pihak majikan pada setiap sengketa perburuhan. Dalam jangka panjang, rendahnya upah buruh dapat menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja dan dapat mengganggu stabilitas politik, yang pada akhirnya dapat menghambat kelangsungan pembangunan (Suhendar, 1995, 24).

Dewasa ini, kondisi kehidupan kaum buruh di Indonesia semakin mengalami proses pemiskinan dan semakin tidak diperhatikan hak sosial-ekonominya. Standard kesejahteraan sosial para buruh di Indonesia juga semakin melemah karena himpitan dampak kebijakan ekonomi pemerintah yang mengarah ke arah neo-liberalisme, seperti pencabutan produksi pada sektor non produktif (BBM, Pupuk, Pendidikan, Kesehatan, Listrik dll), privatisasi perusahaan milik negara, pembebasan pasar untuk barang-barang import dan penetapan Undang-undang SDA-SDM yang lebih berpihak kepada kekuasaan modal.

Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain seperti: Tingkat pendapatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, dan kondisi lingkungan. Kemiskinan terus menjadi masalah sosial yang fenomenal sepanjang sejarah Indonesia. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa


(18)

mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan sosial, menguatnya arus urbanisasi, dan yang lebih parah kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan pokok lainnya.

Dilihat dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia. PBB sendiri memiliki agenda khusus sehubungan dengan penanggulangan masalah kemiskinan. Dalam

Millenium Development Goals, institusi sejagat tersebut memiliki target tertentu sehubungan dengan upaya penyelesaian masalah kemiskinan di muka bumu ini.demikian halnya dengan negara, baik ditingkat pusat maupun daerah, melalui berbagai kementerian, dinas maupun badan yang memiliki berbgai program penanggulangan kemiskinan.

Masyarakat melalui berbagai lembaga juga tidak kalah dalam memberikan penanggulangan kemiskinan. Terlebih pribadi dan keluarga yang secara langsung merasakan pahitnya kemiskinan itu, tentu memiliki agenda tertentu dalam upaya mengakhiri penderitaan sebagai akibat dari kemiskinan. Namun, masalah kemiskinan justru menunjukkan peningkatan. Fakta juga menunjukkan anggaran pembangunan suatu negara juga tidak selalu signifikan dengan pengurangan angka kemiskinan (Siagian, 2012).

Seluruh upaya dan kebijakan alternatif untuk mempercepat dan memperluas upaya pengurangan kemiskinan di Indonesia sejak tahun 2012 diintegrasikan ke dalam MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan


(19)

Pengurangan Kemiskinan Indonesia). Kebijakan ini mencakup seluruh program penanggulangan kemiskinan yang selama ini telah ada, meliputi : Bantuan dan Perlindungan Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan Usaha Kecil dan Mikro, dan yang terakhir Program Pro Rakyat Melalui Penyediaan Prasarana/Sarana Murah. Untuk mendukung berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan pada MP3KI, dalam RAPBN 2013 direncanakan alokasi anggaran Rp 106,8 Triliun, meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding anggaran tahun 2007 Rp 53,1 Triliun (http://www.anggaran.depkeu.go.id/RAPBN diakses pada tanggal 26 Juli 2013 pukul 16.55 WIB).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta (16,58 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,13 juta. Penduduk miskin di daerah pedesaan berkurang 1,20 juta, sementara di daerah perkotaan 0,93 juta orang. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Bulan Maret 2007, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 74,38 persen.

Data BPS menginformasikan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebanyak 37,17 juta (16,58 persen dari umlah penduduk) turun menjadi 34,96 juta (15,42 persen) pada tahun 2008 (BPS; 2009). Kemudian pada tahun 2009, jumlah penduduk miskin menurut BPS tercatat sebanyak 32,5 juta jiwa (14,15 persen). Jumlah tersebut menurun pada maret 2010 yang mencapai 31,02 juta (13,33


(20)

persen dari total jumlah penduduk). Penurunan jumlah penduduk miskin di tahun 2010 dikarenakan oleh rata-rata upah buruh tani dan upah buruh bangunan yang naik sebesar 3,2 persen dan 3,86 persen selama periode 2009 – 2010. Penurunan jumlah penduduk miskin kembali terjadi pada periode September 2011 sebesar 29,89 juta (12,36 persen). Hal ini dikarenakan pada periode tersebut terjadi inflasi umum yang relatif rendah yaitu sebesar 2,25 persen. Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar Petani) sebesar 1,79 persen juga menjadi faktor pengurang jumlah penduduk miskin yang sangat signifikan (Menkokesra.go.id/02/01/2012 diakses pada tanggal 26 Juli 2013 pukul 19.00 WIB).

Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen). Selama periode September 2012–Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang (dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013). Selama periode September 2012–Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2012 sebesar 8,60 persen, turun menjadi 8,39 persen pada Maret 2013. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan


(21)

menurun dari 14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen pada Maret 2013 (Berita Resmi Statistik No. 47/07/Th. XVI, 1 Juli 2013).

Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sumatera Utara pada periode Mei 2006 sampai dengan September 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun Jumlah (ribu jiwa) Persentase (%) Mei 2006

1 979,7 15,66 Maret 2007

1 768,4 13,90 Maret 2008

1 613,8 12,55 Maret 2009

1 499,7 11,51 Maret 2010

1 490,9 11,31 Maret 2011

1 481,3 11,33 Maret 2012

1 407,2 10,67 September 2012

1 378,4 10,41 Maret 2013

1 339,2 10,06 September 2013

1 390,8 10,39 Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

(http://sumut.bps.go.id/?qw=brs&no=91 Nomor Release: No. 32/08/12/Th. X diakses pada tanggal 15 Januari 2014 pukul 15.17 WIB).

Sementara itu, keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Agustus 2011 menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan adanya penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja mencapai 117,4 juta orang, turun sekitar 2,0 juta orang dibanding keadaan Februari 2011. Penduduk


(22)

yang bekerja pada Agustus 2011 berkurang sebesar 1,6 juta orang dibanding keadaan Februari 2011, terutama disebabkan penurunan pada sektor pertanian. Jumlah pengangguran pada Agustus 2011 mengalami penurunan sekitar 420 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2011. Selama periode satu tahun terakhir terjadi kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,62 persen.

Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 mengalami kenaikan terutama di Sektor Industri sebesar 840ribu orang (6,13 persen) dan Sektor Konstruksi sebesar 750 ribu orang (13,42 persen). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian sebesar 3,1 juta orang (7,42 persen) dan Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi sekitar 500 ribu orang (8,96 persen), dan Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 370 ribu orang (2,17 persen). Jika dibandingkan dengan Agustus 2010 hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali Sektor Pertanian dan Sektor Transportasi , Pergudangan dan Komunikasi, masing-masing mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar 5,21 persen dan 9,61 persen. Sektor Pertanian, perdagangan, Jasa Kemasyarakatan dan Sektor Industri secara berurutan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja pada Bulan Agustus 2011 (http;//www.bps.go.id/brs_file/naker_07nov11 diakses pada tanggal 26 Juli 2013 pukul 4.20 WIB).

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2011 sekitar 41,5 juta orang (37,83 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 68,2 juta orang (62,17 persen) bekerja pada kegiatan


(23)

informal. Dari 109,7 juta orang yang bekerja pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 37,8 juta orang (34,44 persen), diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 19,7 juta orang (17,93 persen), dan berusaha sendiri sejumlah 19,4 juta orang (17,70 persen). Sedangkan status pekerjaan utama yang terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap sebesar 3,7 juta orang (3,39 persen) (http://www.bps.go.id/brs_file/naker_07nov1 diakses pada tanggal 26 Juli 2013 pukul 16.34 WIB).

Jumlah angkatan kerja di Sumatera Utara pada Februari 2012 sebanyak 6,56 juta orang, terdiri dari 6,14 juta orang bekerja, dan 0,41 juta orang penganggur. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2012 sebesar 74,55 persen atau meningkat sebesar 1,02 persen bila dibandingkan dengan kondisi Februari 2011. Penduduk Sumatera Utara yang bekerja pada Februari 2012 sebagian besar (51,13%) bekerja di sektor Pertanian, sedangkan pada Februari 2011 penduduk Sumatera Utara yang bekerja di sektor ini sebesar 50,90 persen. Angkatan kerja pada Agustus 2013 mencapai 6,31 juta orang atau bertambah sekitar 180 ribu orang bila dibanding angkatan kerja Agustus 2012, yaitu sebesar 6,13 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Sumatera Utara pada Agustus 2013 mencapai 5,90 juta orang atau bertambah sekitar 148 ribu orang bila dibanding keadaan pada Agustus 2012 sebesar 5,75 juta orang (http://sumut.bps.go.id/?qw=brs&no=337 No. 33/05/12/Thn. XV, 07 Mei 2012 diakses tanggal 15 Januari 2014 pukul 15.54 WIB).

Dalam perekonomian Indonesia, pertanian mempunyai peranan yang sangat cukup penting. Kondisi ini bukan saja disebabkan besarnya jumlah penduduk yang hidup dan bekerja disektor ini tetapi juga karena sektor ini


(24)

merupakan salah satu sumber devisa negara. Pertanian merupakan sektor yang telah digeluti masyarakat Indonesia sejak dahulu sehingga dikenal sebagai negara agraris, walaupun perkembangannya tidak merata di setiap daerah. Hal ini mendorong pencari kerja untuk mencari kerja ke daerah yang memerlukan tenaga kerja untuk bidang pertanian. Dalam hal ini mereka bekerja sebagai buruh tani. Para pencari keja tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan dan keterampilan khusus dan mereka bekerja hanya mengandalkan kemampuan fisik. Proses kerja yang dijalankan dalam kegiatan usaha ini meliputi aktivitas pertanian yang diisi oleh angkatan kerja dan mengikuti irama musim pertanian. Kesempatan kerja buruh-tani ditentukan oleh siklus pertanian.

Pertumbuhan penduduk perkotaan di negara sedang berkembang akan berkembang pesat menjadi 2,5 – 4,0 persen pada tahun 2005 – 2010. Dampaknya, berbagai masalah sosial perkotaan seperti kekerasan fisik, perampasan hak atas harta, jiwa, seksual, kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan makin kerasnya kehidupan di kota-kota besar. Meskipun demikian, kebijakan mengisolasi atau menutup kota besar bagi migran dari desa atau kota kecil bukan merupakan kebijakan yang efektif (BKKBN 2007).

Peningkatan mobilitas tenaga kerja dari desa dengan sendirinya dihubungkan dengan pola migrasi ke kota, dengan harapan lapangan pekerjaan dan upah yang lebih besar. Kata migrasi sangat erat kaitannya dengan perkembangan suatu daerah. Secara umum, migrasi dapat diartikan sebagai perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan menetap. Apabila tidak terkontrol dengan baik, migrasi dapat menyebabkan penumpukan


(25)

penduduk di suatu wilayah yang menjadi tujuan para migran yang dalam hal ini umumnya adalah daerah perkotaan.

Bagi para migran, keputusan untuk melakukan migrasi tentu disebabkan oleh berbagai faktor. Keseluruhan faktor ini sering dikelompokkan atas dua bagian, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong dan faktor penarik ini tidaklah sama untuk setiap migran dan setiap daerah.

Tanah Karo merupakan yang menjadi salah satu tujuan bagi para migran, khususnya di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe. Dengan berkembangnya sektor petanian di Kabupaten Karo, terutama sayur-sayuran dan buah-buahan memungkinkan untuk membutuhkan tenaga kerja yang lebih. Hal ini menimbulkan permintaan tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan pertanian tersebut, baik bagi penduduk setempat maupun pendatang dari daerah lain atau yang sering disebut sebagai buruh tani migran.

Berikut ini adalah Data Produktivitas (Kw/Ha) Berbagai Komoditi Sayuran dan Buah-buahan di Kabupaten Karo Tahun 2008 – 2012.

Tabel 2

Data Produktivitas (Kw/Ha) Berbagai Komoditi Sayuran dan Buah-buahan di Kabupaten Karo Tahun 2008 – 2012

Komoditi Sayuran

Tahun 2008 2009 2010 2011 2013

Bawang daun

150,03 149,49 149,34 98,76 92,55 Kentang

157,64 156,66 156,17 171,69 164,91 Sawi

248,84 225,52 212,46 126,18 133,63 Wortel


(26)

Lobak

312,99 312,47 253,95 211,72 208,56 Kol bunga

189,51 189,48 157,81 156,39 135,71

Komoditi Buah-buahan

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Jeruk 420,48 420,42 422,41 594,34 335,70

Alpokat 236,01 236,01 94,00 121,61 110,58

Mangga 250,64 251,92 129,08 195,57 123,36

Sawo 72,18 72,27 72,11 193,74 66,01

Jambu Air 165,84 165,89 53,85 145,16 36,92

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Karo, 2012

Geliat kehidupan masyarakat petani Tanah Karo setiap harinya sebenarnya tidaklah bisa hanya dilihat dari kegiatan dan pemandangan pagi hari di kota Kabanjahe itu. Sebab, umumnya desa-desa di Kabupaten Karo, begitu mentari mulai menampakkan sinarnya ke bumi, petani karo bahkan sudah mulai melakukan pekerjaannya di ladang, terutama kegiatan menyemprot (mompa) tanaman dengan pupuk cair.

Oleh karena itu, banyak para Petani Karo membutuhkan tenaga kerja untuk membantu proses kegiatan pertanian mereka. Permintaan Tenaga Kerja yang tinggi disini menyebabkan banyaknya buruh tani migran dari daerah lain seperti dari daerah Pakpak, Toba Samosir, Dairi, Nias dan Daerah lainnya di


(27)

Sumatera Utara. Hal yang menyebabkan buruh tani migran bermigrasi ke Tanah Karo adalah karena perkembangan kemajuan pertanian di daerah yang dituju.

Pagi-pagi rombongan atau sekelompok aron si ngemo ini dijemput pihak pengusaha atau pemilik ladang dengan truk ataupun mobil jenis lainnya dan sore harinya diantar kembali ke kota Kabanjahe. Mereka tidak perlu membawa bekal untuk makan siang, karena makan siang biasanya ditanggung pemilik ladang. Mereka harus siap melakukan pekerjaan apa saja yang kepadanya. Kadang-kadang mereka tidak setiap hari mendapatkan pekerjaannya. Hal ini disebabkan oleh terlalu banyaknya mereka sedangkan beberapa petani hanya membutuhkan beberapa dari mereka. Untuk menghindari hal yang seperti ini, mereka membentuk komunitas tertentu di Simpang Laudah tersebut.

Jenis pekerjaan di ladang yang mereka lakukan terbilang cukup beragam, sebagaimana beragamnya jenis tanaman di ladang. Seperti memanen (mengutip) jeruk, mengangkat (itu istilah setempat, artinya sama dengan memanen) kol, panen jagung, kentang dan komoditi lainnya kadang membersihkan rumput yang tumbuh di sekitar tanaman, menanam benih atau bibit tanaman, atau bahkan sekedar mengangkat tanah/pupuk kandang dari sekitar ladang ke pohon jeruk (abdiprocel.blogspot.com/2012/12/aron-ku-juma.html/m=1Diakses tanggal 14 Juni 2013 pukul 16.23 WIB).

Para aron si ngemo ini bekerja di ladang rata- rata mulai pukul 10.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB. Mereka yang bekerja ada yang sudah berkeluarga dan ada juga yang masih lajang. Dalam seminggu mereka bisa mendapatkan sampai 5 hari kerja. Tetapi ada juga yang sekali, dua kali dan tiga


(28)

kali. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka yang diperlukan.

Mereka diberikan upah perharinya berkisar rata–rata Rp 60.000 sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Namun untuk jenis pekerjaan tertentu seperti mengutip jeruk atau mengangkat kol upahnya menjadi Rp 70.000 – Rp Rp 100.000. Upah yang berbeda ini terjadi karena untuk ngutip buah jeruk dan

mengangkat buah kol tadi dibutuhkan tenaga yang relatif lebih besar dan waktu yang lebih lama dibanding jenis pekerjaan lainnya.

Awal buruh aron si ngemo ini mulai beroperasi tidak diketahui secara pasti. Namun, dapat dikatakan kehadiran buruh migran ini karena seiring dengan perkembangan pertanian di Kabupaten Karo. Menurut Lurah Padang Mas mengatakan bahwa kehadiran para buruh tani atau aron si ngemo ini seiring dengan berkembang pesatnya sektor pertanian di Kabupaten Karo terutama buah-buahan dan sayuran. Relasi aron si ngemo dengan pengguna jasa (pemilik lahan) sudah layaknya simbiosis mutualisme.

Dalam pemenuhan kebutuhannya, apa yang dilakukan oleh para buruh

aron si ngemo tidak memberikan hasil yang maksimum hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan primer mereka yang belum terpenuhi dan kondisi perumahan yang masih seadanya. Dengan bekerja mereka mengharapkan adanya peningkatan kesejahteraan kehidupan keluarganya, tetapi kadang kala muncul kesenjangan dari apa yang diharapkan. Untuk memenuhi kebutuhannya mereka melakukan pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi mereka jika tidak mendapat kesempatan bekerja di ladang pertanian.


(29)

Salah satu fenomena sosial yang dialami oleh masyarakat petani adalah golongan masyarakat yang berprofesi sebagai buruh pertanian atau buruh harian lepas atau dalam bahasa Masyarakat Karo adalah aron si ngemo. Termasuk didalamnya adalah sistem hubungan kerja antara pengguna jasa dengan aron si ngemo yang berada di Simpang Laudah Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas maka penulis merasa tertarik untuk melihat faktor-faktor apa saja yang menyebabkan buruh tani migrasi dan bagaimana sistem hubungan kerja antara pengguna jasa dengan buruh tani harian di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

a. Apa sajakah faktor-faktor pendorong (push factor) dan penarik (pull factor) yang menyebabkan migrasi sirkuler buruh tani harian (aron si ngemo) di Kelurahan Padang Mas Kota Kabupaten Karo ?

b. Bagaimana sistem hubungan kerja antara pengguna jasa dan buruh tani harian (aron si ngemo)?

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka peneliti perlu untuk pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut :


(30)

a. Faktor-faktor pendorong (push factor) dan penarik (pull factor) yang menyebabkan proses migrasi sirkuler di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe.

b. Penelitian terbatas pada sistem hubungan kerja antara pengguna jasa (pemilik ladang) dengan buruh tani harian (aron si ngemo) dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.

c. Kondisi sosial ekonomi buruh tani harian (aron si ngemo) yang dilihat dari kondisi pendapatan, perumahan, kondisi pangan sehari-hari dan pendidikan anak.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor pendorong (push factor) dan penarik (pull factor ) yang menyebabkan proses migrasi sirkuler dan sistem hubungan kerja antara pengguna jasa dan buruh tani harian (aron si ngemo) dan di Kelurahan Padang Mas Kota Kabupaten Karo.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

a. Menjadi pengembangan konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan migrasi buruh tani harian dan masalah-masalahnya.

b. Menjadi masukan bagi instansi terkait dalam mengambil kebijakan dan perhatian terhadap masalah perburuhan terutama dalam rangka memperhatikan masalah hubungan kerja buruh tani harian dengan para


(31)

pengguna jasa terutama buruh tani harian yang ada di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

c. Dapat menjadi pertimbangan dan referensi bagi pengguna jasa di Kabupaten Karo khususnya yang menggunakan jasa para buruh tani harian (aron si ngemo) untuk memperhatikan masalah yang dihadapi buruh tani harian.

1.5Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan Sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi pebelitian BAB V : ANALISA DATA


(32)

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisanya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan

2.1.1 Defenisi Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain seperti: Tingkat pendapatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, dan kondisi lingkungan. Kemiskinan terus menjadi masalah sosial yang fenomenal sepanjang sejarah Indonesia.

World Bank (2002) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia baik fisik atau sosial sebagai akibat tidak tercapainya kehidupan yang layak karena penghasilannya tidak mencapai 1,00 Dollar AS perhari. Jika ditinjau dari standar kebutuhan hidup yang layak atau pemenuhan kebutuhan pokok, maka kemiskinan adalah suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok atau kebutuhan-kebutuhan dasar yang disebabkan kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan dalam upaya memenuhi standar hidup yang layak.

Kemiskinan dilihat dari dua aspek yaitu kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekolompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup


(34)

seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Konsep daya dukung dalam kaitannya dengan kehidupan manusia menunjukkan bahwa kondisi kehidupan yang dihadapi dan sedang dijalani manusia merupakan produk dari proses dimana dalam proses itu terlibat berbagai unsur.

2.1.2 Aspek-aspek Kemiskinan

Langkah pertama yang tepat dilakukan dalam upaya memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu :

a. Kemiskinan itu multi dimensi.

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep multi dimensi berakar dari kondisi kehidupan manusia yang beraneka ragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan asset-asset, organisasi-organisasi sosial, kelembagaan-kelembagaan sosial, berbagai pengetahuan serta berbagai keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekundernya antara lainnya miskinnya informasi, jaringan sosial, dan sumber-sumber keuangan yang kesemuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh sesuatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup.


(35)

b. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif. c. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.

Fenomena yang sering ditemukan adalah pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim ditempat yang sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Kondisi kehidupan manusia memiliki standar yang akuntabel. Kajian kesehatan memiliki kemampuan untuk mengukur kuantitas kalori yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup secara wajar. Lebih jauh lagi, setiap unsur makanan denga jumlah, jenis dan kualitas tertentu dapat diukur kuantitas kandungan kalorinya yang berguna bagi aktivitas kehidupan manusia. Dengan demikian terdapat standar kehidupan minimum yang semestinya dicapai dan dimiliki oleh manusia itu. Hal ini mengindikasikan kepada kita bahwa kemiskinan itu benar-benar fakta yang terukur. Demikian terukurnya kemiskinan itu sehingga dapat diklasifikasi ke dalam berbagai tingkat, seperti :

1. Miskin

2. Sangat miskin 3. Sangat miskin sekali


(36)

Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat, seperti :

1. Prasejahtera 2. Sejahtera 1 3. Sejahtera 2

Berbagai Klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa kemiskinan itu merupakan fakta yang terukur (Siagian, 2012). d. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun

kolektif.

Istilah kemiskinan perdesaan (Rural poverty) dan kemiskinan perkotaan (urban poverty) bukan lah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota. Kondisi desa atau kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individual maupaun kelompok, dan bukan wilayah.

2.1.3 Gejala-gejala Kemiskinan

Upaya memahami kemiskinan lebih sering dilakukan dengan cara atau pendekatan lain, seperti melalui gejala-gejala kemiskinan. Salah satu car a dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan, seperti :

a. Kondisi kepemilikan faktor produksi.

Kemiskinan tidak datang secara serta-merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak datang dengan serta-merta. Semuanya


(37)

melalui saluran, sumber dan proses tertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor produksi yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau tidak.

b. Angka ketergantungan penduduk.

Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Namun bagi mayoritas masyarakat, ada satu kalimat yang berlaku secara umum; Orang hanya akan memiliki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya, angka ketergantungan pada masyarakat atau keluarga sangat tinggi.

c. Kekurangan gizi.

Laporan dari berbagai institusi seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas maupun Rumah Sakit sering menggambarkan status masyarakat. berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan tersebut, antara lain adalah wilayah rawan gizi. Berbagai media massa sering menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskinnya seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya, berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling utama. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang atau


(38)

sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekelompok orang itu.

d. Pendidikan yang rendah.

Di era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat. oleh karena itu, wajar jika setiap orang berupaya meraih tingkat pendidikan, bahkan tidak sekedar pendidikan, melainkan pendidikan yang tinggi. Hal ini terjadi karena pendidikan dianggap sebagai alat memenangkan persaingan yang makin hari makin ketat (Siagian, 2012).

2.1.4 Ciri-ciri Kemiskinan

Pemahaman lebih mendalam dan komprehensif tentang kemiskinan oleh banyak ahli juga sering diupyakan melalui kajian tentang ciri-ciri kemiskinan. Namun demikian, studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan, yaitu :

a. Mereka yang hidup pada kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai ataupun, keterampilan yang memadai untuk melakukan sesuatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.

b. Mereka pada umumnya tidak memiliki kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.

c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah.

d. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang


(39)

sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat.

e. Banyak diantar mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang cukup deras. Artinya, laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi (Siagian, 2012; 20).

2.2 Migrasi

2.2.1 Konsep Migrasi

Kata migrasi sangat erat kaitannya dengan perkembangan suatu daerah. Secara umum, migrasi dapat diartikan sebagai perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan menetap. Apabila tidak terkontrol dengan baik, migrasi dapat menyebabkan penumpukan penduduk di suatu wilayah yang menjadi tujuan para migran yang dalam hal ini umumnya adalah daerah perkotaan.

Migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Ada dua dimensi penting yang perlu ditinjau dalam penelaahan migrasi, yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah. Untuk dimensi waktu, ukuran yang pasti tidak ada karena sulit untuk menentukan berapa lama seseorang pindah tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai seorang migran, tetapi biasanya digunakan definisi yang ditentukan dalam sensus penduduk.


(40)

Untuk dimensi daerah secara garis besarnya dibedakan perpindahan antar negara yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain yang disebut migrasi internasional dan perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu negara misalnya antar propinsi, kota atau kesatuan administratif lainnya yang dikenal dengan migrasi intern. Perpindahan lokal yaitu perpindahan dari satu alamt ke alamat lain atau dari satu kota ke kota lain tapi masih dalam batas bagian dalam suatu negara misalnya dalam satu Propinsi.

Dalam arti luas, definisi tentang migrasi adalah tempat tinggal mobilitas penduduk secara geografis yang meliputi semua gerakan (movement) penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode tertentu pula (Mantra, 1980: 20).

Definisi migran menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa : ”a migrant is a person who changes his place of residence from one political or an administrative area to another.” pengertian ini dikaitkan dengan pindah tempat tinggal secara permanen sebab selain itu dikenal pula ”mover” yaitu orang yang pindah dari satu alamat ke alamat lain dan dari saturumah ke rumah lain dalam batas satu daerah kesatuan politik atau administratif, misalnya pindah dalam satu Propinsi. Beberapa bentuk perpidahan tempat (mobilitas) :

a. Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja (Recurrent Movement).

b. Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara seperti perpidahan tempat tinggal bagi para pekerja musiman.

c. Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ke temapat semula (Non Recurrent Movement).


(41)

Dalam sosiologi menurut sifatnya mobilitas dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Mobilitas vertikal yaitu perubahan status sosial dengan melihat kedudukan

generasi, misalnya melihat status kedudukan ayah.

b. Mobilitas horisontal yaitu perpindahan penduduk secara teritorial, spasial atau geografis.

Migrasi sirkuler (sirkuler migration) yaitu migrasi yang terjadi jika seseorang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan, mungkin hanya mendekati tempat pekerjaan. Mobilitas penduduk sirkuler dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk yang melintas batas administrasi suatu daerah menuju ke daerah lain dalam jangka waktu kurang enam bulan.

Masalah migrasi membawa permasalahan tersendiri bagi daerah perkotaan, karena migrasi merupakan gerak alamiah yang mengikuti perkembangan ekonomi. Selama kesenjangan desa-kota makin parah, maka arus migrasi sulit untuk dihentikan.

Di negara berkembang, konsentrasi investasi dan sumber daya pada umumnya berada di dareah perkotaan. Karena konsentrasi investasi di beberapa pusat pertumbuhan biasanya terjadi sebagai akibat dari keuntungan lokasi dalam skala ekonomi, sehingga ketimpangan antar daerah semakin terakumulasi. Menurut Rondinelli dan Ruddle (Prijono Tjiptoherijanto, 1998) keuntungan komparatif dari pusat pertumbuhan menjadi seperti magnet bagi kegiatan industri, jasa, sosial dan kebudayaan. Daerah pedesaan tidak memberi insentif bagi warganya, kekurangan tanah akan mendorong masyarakat desa untuk meninggalkan desa dan berpindah ke kota. Ada dua faktor yang menjadi penyebab


(42)

terjadinya mobilitas desa-kota yaitu karena faktor daya tarik (pull factors) kota dan daya dorong (push factor) dari desa.

2.2.2 Teori Migrasi

Teori migrasi mula-mula diperkenalkan oleh Ravenstein dalam tahun 1985 dan kemudian digunakan sebagai dasar kajian bagi para peneliti lainnya (Lee, 1966; Zelinsky, 1971 dalam Waridin, 2002). Para peneliti tersebut mengatakan bahwa motif utama atau faktor primer yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi adalah karena alasan ekonomi.

Teori migrasi menurut Ravenstein (1985) mengungkapkan tentang perilaku mobilisasi penduduk (migrasi) yang disebut dengan hukum migrasi berkenaan sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Para migran cenderung memilih tempat tinggal terdekat dengan daerah tujuan.

b. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi adalah sulitnya memperoleh pendapatan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan.

c. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah pindah ke daerah lain merupakan informasi yang sangat penting.

d. Informasi yang negatif dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk untuk bermigrasi.

e. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besar tingkat mobilitas orang tersebut.


(43)

f. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi mobilitas orang tersebut.

g. Para migran cenderung memilih daerah dimana telah terdapat teman atau sanak saudara yang bertempat tinggal di daerah tujuan.

h. Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit untuk diperkirakan.

i. Penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyak melakukan migrasi dibandingkan mereka yang berstatus menikah.

j. Penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi biasanya lebih banyak mobilitasnya dibandingkan yang berpendidikan rendah.

Untuk Indonesia sendiri, tanpa mempersoalkan jauh dekatnya perpindahan, mudah atau sulit, setiap migrasi mempunyai tempat asal, tempat tujuan, dan bermacam-macam rintangan yang menghambat. Faktor jarak merupakan faktor yang selalu ada dari beberapa faktor penghalang. Dalam setiap daerah banyak sekali faktor yang mempengaruhi orang untuk menetap di suatu tempat atau menarik orang untuk pindah ketempat itu (dwadesign.blogspot.com/2011/12/teori-dorong-tarik-push-pull-theory.html?m=1 diakses tanggal 29 Juli 2013 pukul 01.02 WIB).

2.2.3 Faktor-faktor Pendorong (push factor) dan Penarik (pull factor) Terjadinya Penduduk Bermigrasi

Rozy Munir dalam Dasar-dasar Demografi (1981), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi ada dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor penarik.


(44)

a. Faktor-faktor pendorong (push factor) yang menyebabkan penduduk bermigrasi, yaitu :

1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam.

2. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal, karena masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin.

3. Adanya tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku, di daerah asal. 4. Tidak cocok lagi dengan adat budaya/kepercayaan di daerah asal. 5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa

mengembangkan karier pribadi.

6. Bencana alam baik banjir, kebakaran musim kemarau atau adanya wabah penyakit.

b. Faktor-faktor penarik (pull factor) yang menyebabkan penduduk melakukan migrasi, yaitu :

1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok.

2. Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. 3. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. 4. Keadaan lingkungan dan keadaaan hidup yang menyenangkan. 5. Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung.

6. Adanya aktivitas kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan. Everest S. Lee (1976) mengungkapkan bahwa volume migrasi di satu wilayah berkembang sesuai dengan keanekaragaman daerah-daerah di dalam wilayah tersebut. Bila melukiskan di daerah asal dan daerah tujuan ada faktor-faktor positif, negatif dan adapula faktor-faktor-faktor-faktor netral. Faktor positif adalah faktor-faktor


(45)

yang memberi nilai yang menguntungkan kalau bertempat tinggal di daerah tersebut, misalnya di daerah tersebut terdapat sekolah, kesempatan kerja, dan iklim yang baik. Sedangkan faktor negatif adalah faktor yang memberi nilai negatif pada daerah yang bersangkutan sehingga seseorang ingin pindah dari tempat tersebut. Perbedaan nilai kumulatif antara kedua tempat cenderung menimbulkan arus migrasi penduduk.

Selanjutnya menurut Everest S. Lee menambahkan bahwa besar kecilnya arus migrasi juga dipengaruhi rintangan, misalnya ongkos pindah yang tinggi dan menurutnya terdapat 4 faktor yang perlu diperhatikan dalam proses migrasi penduduk antara lain :

a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal. b. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan. c. Faktor penghalang antara.

d. Faktor-faktor pribadi (individu).

2.3 Dinamika

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karen itu kelompok bersifat dinamis, artinya setiap kelompok yang bersangkutan dapat berubah


(46)

(detrimila.blogspot.com/2013/03/pkaitanengertian-dinamika-kelompok.html/m=1 Diakses Tanggal 7 Juni 2013 Pukul 16:19 WIB).

Dinamika tentu berkaitan dengan kelompok sosial. Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis. Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil daripada kelompok-kelompok sosial lainnya, atau dengan kata lain strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang mencolok. Ada pula kelompok sosial yang mengalami perubahan-perubahan dengan cepat, walaupun tidak ada pengaruh dari luar. Akan tetapi pada umumnya kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat proses formasi ataupun reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut karena pengaruh dari luar.

Perubahan struktur kelompok sosial karena sebab-sebab luar pertama-tama perlu diuraikan mengenai perubahan yang disebabkan karena perubahan situasi. Situasi yang dimaksud adalah keadaan dimana kelompok itu hidup. Perubahan pada situasi dapat pula mengubah struktur sosial kelompok sosial itu. Ancaman dari luar misalnya, seringkali merupakan faktor yang mendorong terjadinya perubahan struktur kelompok sosial. Situasi yang membahayakan yang berasal dari luar memperkuat rasa persatuan dan mengurangi keinginan-keingnan untuk mementingkan diri sendiri para anggota kelompok sosial.

Sebab kedua adalah pergantian-pergantian anggota kelompok. Pergantian anggota suatu kelompok sosial tidak perlu membawa perubahan struktur kelompok tersebut. Akan tetapi, ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami kegoncangan-kegoncangan apabila ditinggalkan salah satu


(47)

anggotanya, apalagi kalau anggota bersangkutan mempunyai kedudukan penting, misalnya dalam keluarga.

Penyebab lainnya adalah perubahan yang terjadi dalam situasi sosial ekonomi. Dalam keadaan depresi misalnya, suatu keluarga akan bersatu untuk menghadapinya, walaupun anggota-anggota keluarga tersebut mempunyai agama ataupun pandangan politik yang berbeda satu dengan lainnya.

Dalam dinamika kelompok sosial, setiap kelompok pasti mengalami perkembangan perubahan. Di dalam dinamika kelompok, mungkin terjadi antagonisme antar-kelompok. Apabila terjadi peristiwa tersebut, secara hipotesis prosesnya adalah sebagai berikut:

a. Bila dua kelompok bersaing, maka akan timbul stereotip.

b. Kontak antara dua kelompok yang bermusuhan tidak akan mengurangi sikap tidak bermusuhan tersebut.

c. Tujuan yang harus dicapai dengan kerja sama akan dapat menetralkan sikap tindak bermusuhan.

d. Di dalam kerja sama mencapai tujuan, stereotip yang semula negatif menjadi positif.

Masalah dinamika kelompok juga menyangkut gerak atau perilaku kolektif. Gejala tersebut merupakan suatu cara berpikir, merasa dan beraksi suatu kolektivitas yang serta merta dan tidak berstruktur. Sebab-sebab suatu kolektiva menjadi agresif antara lain adalah :

a. Frustasi dalam jangka waktu yang lama, b. Tersingung,


(48)

d. Ada ancaman dari luar, e. Diperlakukan tidak adil,

f. Terkena pada bidang-bidang kehidupan yang sangat sensitif (Soekanto, 2009; 147).

Dalam Bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin

socius yang berarti kawan. Masyarakat dapat diartikan sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah sering disebut dengan saling berinteraksi. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang atau dengan sendirinya berhubungan secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Masyarakat mengenal hidup yang tenang, teratur, dan aman yang disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian anggotanya.

Masyarakat Indonesia memiliki struktur masyarakat yang terbagi atas dua bagian, yaitu :

a. Struktur Horizontal

Dalam rangka memahami masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk ini perlu kiranya mengungkapkan tentang suku bangsa dan gambaran umum tentang kebudayaan, maupun agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia, yang dalam beberapa hal dapat membantu memahami suasana dari masyarakat Indonesia :

1. Suku Bangsa, di Indonesia terdapat 366 suku bangsa, dengan perincian : Sumatera 49 suku bangsa, Jawa 7 suku bangsa, Kalimanatan 73 suku bangsa, Sulawesi 117 suku bangsa, Nusa Tenggara 30 suku bangsa, Maluku 41 suku bangsa, dan Irian Jaya 49 suku bangsa. Selain suku bangsa tersebut sebagian


(49)

kecil orang Indonesia ialah orang – orang Thionghoa dan Timur Asing lainnya.

2. Kebudayaan, kebudayaan yang mencakup lonsep yang luas sehingga untuk kepentingan analisis, konsep kebudayaan ini perlu dipecah lagi dalam unsur-unsurnya. Unsur-unsur yang terbesar adalah yang terjadi karena pecahan tahap pertama disebut unsur-unsur kebudayaan yang universal dan merupakan unsur-unsur yang pasti bisa didapatkan di semua kebudayaan di dunia baik yang hidup dalam masuarakat perkotaan yang besar dan kompleks.

3. Agama, kenyataan memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia menganut agama yang beragam. Ada beberapa agama yang dianut di Indonesia. Pada agama umumnya agama yang dominan adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Namun masih ada beberapa agama yang belum disebutkan yang juga ditemui di Indonesia.

b. Struktur Vertikal

Dalam membicarakan struktur vertikal atau lebih dikenal dengan istilah pelapisan sosial, maka dimulai dari penghargaan, dalam arti bahwa terjadinya pelapisan sosial karena adanya sesustu yang dihargai. Sesuatu itu mungkin dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, keturunan dari keluarga yang terhormat, atau dengan kata lain adanya penghargaan terhadap sesuatu tersebut mengakibatkan anggota masyarakat mengidentifikasikan dan


(50)

menetapkan sesuatu dalam posisi yang tinggi atau rendah (Nasution, 2003; 89).

Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat, dapat digunakan empat kriteria yang saling berpautan, yaitu :

a. Jumlah penduduk.

b. Luas, kekayaan, kepadatan penduduk daerah pedalaman.

c. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat. d. Organisasi masyarakat setempat yang berkaitan (Soekanto, 2009; 135). Kelompok merupakan sebuah komunitas dari beberapa organisme yang umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Kelompok sosial adalah suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung didalamnya. Kelompok sosial adalah salah satu wujud dari struktur sosial (Sunarto, 2004; 125).

Sekumpulan manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memenuhi kondisi tertentu. Kondisi itu menurut Soerjono Soekanto adalah :

a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebahagian dari kelompok yang besangkutan.

b. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu.

c. Adanya faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok sehingga hubungan mereka tambah erat. Faktor tadi dapat berupa nasib yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. d. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku (Nasution, 2003;


(51)

2.4 Sistem Hubungan Kerja antara Pengguna Jasa dan Buruh Tani Harian 2.4.1 Sistem

Istilah sistem sering digunakan untuk menunjuk pengertian metode atau cara dan sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling berhubungan atau satu sama lain menjadi satu kesatuan yang utuh. Namun, sebenarnya penggunaan kata sistem lebih dari itu, tetapi kurang dikenal dan sebagai suatu himpunan, sistem didefenisikan bermacam-macam pula.

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani Systema yang mempunyai pengertian sebagai berikut :

a. Suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak bagian.

b. Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur.

Jadi, dengan kata lain istilah Systema itu mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan (a whole) (Amirin dalam Nasution, 2003; 1).

Shrode dan Voich mengemukakan bahwa “a system is a set of interrelated parts, working indepently and jointly, in pursuit of common objectives or the whole, within a complex environment”. Shrode dan Voich mengklasifikasikan unsur-unsur dari defenisi-defenisi sistem sebagai berikut :

a. Himpunan bagian-bagian.

b. Bagian-bagian itu saling berkaitan.

c. Masing-masing bagian bekerja secara mandiri dan bersama-sama, satu sama lain saling mendukung.


(52)

d. Semuanya ditujukan pada pencapaian tujuan bersama atau tujuan sistem.

e. Terjadi di dalam lingkungan yang rumit dan kompleks.

Dengan memperhatikan unsur-unsur sistem diatas, maka dapat dinyatakan suatu sistem merupakan suatu keseluruhan dari unsur-unsur atau bagian-bagian yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain dalam suatu kesatuan. Didalam pengertian sederhana ini, tercakup adanya hubungan timbal balik dari unsur-unsur atau bagian-bagian sistem (Nasution, 2003; 4).

Oleh karena itu, Talcott Parsons kemudian memberi arti sistem sebagai sebuah pengertian yang menunjuk pada adanya interdependensi antara bagian-bagian, komponen-komponen, dan proses-proses yang mengatur hubungan-hubungan tersebut. Pada pengertian tersebut memang tampak lebih spesifik, karena lebih menekankan pada interdependensi antar komponennya. Interdependensi dalam hal ini adalah tanpa keikutsertaan salah satu bagian atau komponennya saja, maka hubungan tersebut akan mengalami suatu goncangan. Oleh karena itu, untuk menjelaskan pengertian sistem kita harus menjelaskannya secara keseluruhan atau secara holistik (Narwoko dan Suyanto, 2004; 124).

2.4.2 Hubungan Kerja Pada Masyarakat Pertanian

Pengguna jasa dan buruh tani harian adalah dua pihak yang saling membutuhkan dan saling tergantung satu dengan yang lain. Majikan membutuhkan buruh untuk mengerjakan produksi dan menghasilkan barang untuk kepentingan usaha. Sementara buruh membutuhkan majikannya untuk mendapatkan upah atas tenaga yang diberikannya kepada kepentingan produksi


(53)

barang sang majikan. Jadi kedua pihak tersebut, baik buruh maupun majikan sebenarnya saling membutuhkan.

Namun, yang lebih sering terjadi pada hubungan antar kedua belah pihak tersebut adalah sang buruh seringkali berada pada posisi yang lebih lemah daripada sang majikan. Buruh dianggap bukanlah mitra yang sejajar bagi majikan. Buruh hanyalah sebuah obyek bagi majikan untuk melaksanakan kepentingan mereka. Buruh sering diperas majikan dengan upah yang relatif kecil. Secara sosiologis buruh itu tidak bebas sebagai orang yang tidak mempunyai bekal hidup yang lain kecuali tenaganya dan kadang-kadang terpaksa untuk menerima hubungan kerja dengan majikan meskipun memberatkan bagi buruh itu sendiri

(http://ekanuruls.blogspot.com/2012/09/dinamika-buruh-perkebunan-di-sumatera.html diakses tanggal 12 juni 2012 pukul 12:55).

Pada dasarnya hubungan kerja, yaitu hubungan antara pekerja dan pengusaha terjadi setelah diadakan perjanjian oleh pekerja dengan pengusaha di mana pekerja menyatakan kesanggupannya untuk menerima upah dan pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan pekerja dengan membayar upah. Di dalam Pasal 50 UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja.

Hubungan kerja antara buruh dan pengguna jasa (majikan) adalah sebagai berikut :

a. Secara yuridis buruh adalah memang bebas, oleh karena prinsip negara kita ialah bahwa tidak seorangpun boleh di perbudak atau diperhamba.


(54)

b. Secara sosiologis adalah tidak bebas, sebab sebagai orang yang tidak mempunyai bekal hidup selain daripada tenaganya itu, ia terpaksa untuk bekerja pada orang lain. Dan majikan inilah pada dasarnya menetukan syarat-syarat kerja.

Tenaga buruh yang terutama menjadi kepentingan majikan, merupakan sesuatu yang sedemikian melekatnya pada pribadi buruh, sehingga buruh itu selalu harus mengikuti tenaganya ke tempat dan pada saat majikan memerlukannya. Dengan demikian segala sesuatu mengenai hubungan buruh dan majikan itu diserahkan kepada kebijaksanaan kedua belah pihak yang langsung berkepentingan.

Hubungan kerja adalah hubungan antara buruh dan majikan, yang mana hubungan tersebut hendak menunjukkan kedudukan kedua belah pihak yang pada pokoknya menggambarkan hak-hak dan kewajiban buruh terhadap majikan, dan sebaliknya. Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara buruh dan majikan, yaitu suatu perjanjian dimana pihak kesatu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada piha lainnya, majikan, yang mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh itu dengan membayar upah. “Pada pihak lainnya” mengandung arti bahwa pihak buruh dalam melakukan pekerjaan itu berada dibawah pimpinan pihak majikan (Toha, 1987; 9).

Hukum ketenagakerjaan merupakan alat untuk memberi dukungan terhadap para tenaga kerja, yang menyangkut hubungan antara buruh dan majikan, upah, dan perselisihan yang akan mengakibatkan gejolak sosial. Hukum perburuhan ialah peraturan dari hukum yang berlaku, pokoknya mengatur hubungan buruh dengan buruh, buruh dan pengusaha


(55)

(pukspkepici.blogspot.com/2013/01/dasardasarhukumketenagakerjaan_27.html!m =1 Diakses tanggal 27 Juni 2013 pukul 11 57 WIB).

Adapun hubungan kerja pada dasarnya meliputi :

a. Pembuatan perjanjian-kerja karena merupakan titik tolak adanya suatu hubungan kerja.

b. Kewajiban buruh melakukan pekerjaan pada atau di bawah pimpinan majikan, yang sekaligus merupakan hak majikan atas pekerjaan dari buruh.

c. Kewajiban majkan membayar upah kepada buruh sekaligus merupakan hak buruh atas upah.

d. Berakhirnya hubungan-kerja.

e. Caranya perselisihan antara pihak-pihak diselesaikan dengan sebaik-baiknya (Toha, 1987).

Hubungan buruh dan majikan dalam proses produksi adalah hubungan yang mengesankan relasi saling membutuhkan. Namun hubungan majikan dan buruh sejatinya adalah hubungan konflik, karena secara hakiki memiliki kepentingan yang bertentangan. Kepentingan majikan/pengguna jasa adalah memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, sedangkan kepentingan buruh adalah upah layak yang mampu mendorongnya ke arah kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, jelaslah bahwa hubungan yang ada antara pengusaha dengan buruh bukan hanya hubungan yang saling membutuhkan, tetapi juga hubungan yang saling berbeda kepentingan (Suziani, 1999).


(56)

2.4.3 Pengguna Jasa dan Buruh

Jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari suatu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. MenurutPhilip Kotler (2003) jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan produk fisik (http://rimalrimaru.com/pengertian-jasa-menurut-para-ahli/ Diakses pada tanggal 5 Januari 2014 pukul 11.44 WIB).

Pengguna jasa adalah seorang yang menjalankan sesuatu perniagaan, perusahaan ladang atau perniagaan lain dan menggaji seorang pekerja atau lebih untuk menolongnya. Pengguna jasa merupakan pihak yang bertanggung jawab kepada modal dan segala pembayaran upah kepada pekerja. Dalam organisasi awam, majikan merupakan pihak atasan yang bertanggung jawab (www.statistics.gov.my/portal/images.com Diakses tanggal 7 Juni 2013 Pukul 15:57 WIB).

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 menetapkan bahwa penggunaan istilah pekerja selalu dibarengi dengan istilah buruh yang menandakan bahwa dalam UU ini dua istilah tersebut memiliki makna yang sama. Dalam Pasal 1 Angka 3 dapat dilihat pengertian dari Pekerja/buruh yaitu: “setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.

Dari pengertian tersebut dapat dilihat beberapa unsur yang melekat dari istilah pekerja/buruh yaitu:


(57)

a. Setiap orang yang bekerja (angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja tetapi harus bekerja).

b. Menerima upah atau imbalan sebagai balas jasa atas pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Dua unsur ini penting untuk membedakan apakah seseorang masuk dalam kategori pekerja/buruh yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan atau tidak, di mana dalam UU Ketenagakerjaan diatur segala hal yang berkaitan dengan hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha/majikan.

Pengertian lainnya, buruh adalah orang yang dengan senang hati melakukan usaha, kerja keras, berjerih payah untuk menghasilkan produk dan barang. Buruh adalah orang yang mengaktifkan diri, dan berjalan terus untuk memenuhi kegiatan produksi. Buruh memiliki sifat yang memberikan dan berunsur membangun, mencipta dan menghidupkan.

Di dalam masyarakat berkembang empat istilah yang kadang-kadang dikacaukan penggunaannya, yaitu buruh, pekerja, karyawan, dan pegawai. Kekakacauan penggunaan empat istilah tersebut disebabkan beberapa faktor yang berkembang dalam masyarakat. istilah buruh misalnya, jarang digunakan karena buruh selalu dihubungkan dengan pekerja kasar, pendidikan rendah dan penghasilan rendah pula. Oleh karena itu, seseorang yang bekerja di perusahaan bank tidak pernah menyebut dirinya buruh perusahaan bank, tetapi karyawan perusahaan bank. Keadaan ini memang tidak dapat dipisahkan dari sejarah masa lalu. Di zaman kolonial istilah buruh hanya digunakan untuk menunjuk orang-orang yang melakukan pekerjaan tangan atau pekerjaan kasar, misalnya kuli, tukang dan mandor. Sementara itu orang yang melakukan pekerjaan yang faktor


(58)

utamanyabukan tangan atau tenaga, misalnya juru tulis disebut sebagai pegawai. Di dunia Barat yang disebutkan pertama dinamakan Blue collar, sedangkan yang disebutkan kemudian dinamakan white collar (Budiono, 1995; 1).

2.4.4 Hukum Perburuhan

Perkembangan istilah dewasa ini menunjukkan bahwa penggunaan kata “Perburuhan”, “buruh”, “majikan” dan sebagainya yang dalam literatur lama masih sering ditemukan sudah digantikan dengan istilah “Ketenagakerjaan” sehingga dikenal istilah “Hukum Ketenagakerjaan” untuk menggantikan istilah Hukum Perburuhan, juga sejak tahun 1969 dengan disahkannya UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja istilah buruh digantikan dengan istilah “tenaga kerja” yang artinya adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Suatu perumusan yang luas karena meliputi siapa saja yang mampu bekerja baik dalam hubungan kerja (formal) maupun diluar hubungan kerja (informal) yang dicirikan dengan bekerja di bawah perintah orang lain dengan menerima upah.

Kini istilah Hukum Perburuhan semakin tidak populer dengan diundangkannya UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003) yang menjadi UU payung bagi masalah‐masalah yang terkait dengan Hukum Perburuhan/Hukum Ketenagakerjaan. Di beberapa perguruan tinggi di Indonesia mata kuliah Hukum Perburuhan juga telah banyak digantikan dengan istilah lain seperti Hukum Ketenagakerjaan dan Hukum Hubungan Industrial.


(1)

b. Cukup memenuhi c. Memenuhi

b. Faktor Penarik untuk Berpindah ke Kota Kabanjahe

20.Apakah alasan bapak/ibu datang ke kota ini? a. Untuk mencari pengalaman baru b. Untuk mencukupi kebutuhan c. Untuk mendapatkan pekerjaan

d. Lain-lain, sebutkan :

...

21.Apakah pemenuhan kebutuhan anda lebih baik setelah anda berpindah ke kota ini ?

a. Ya b. Tidak

22.Apakah hal lain yang menarik menurut anda sehingga anda berpindah ke kota ini ?

a. Ketersediaan pekerjaan b. Ingin bertemu sanak saudara c. Suasana perkotaan

d. pendidikan

e. Lain-lain sebutkan : ... 23.Adakah hal lain yang menurut anda sangat penting dari kota ini :

a. Ketersediaan sarana hiburan

b. Keadaan lingkungan yang menyenangkan c. Masyarakat yang ramah

d. Lain-lain, sebutkan :

...

III. Hubungan Kerja antara Pengguna Jasa dengan Buruh Tani

24.Apakah anda mengenal Pengguna Jasa yang mempekerjakan anda ?

a. Sangat mengenal b. Mengenal c. Tidak mengenal

25.Bagaimanakah cara Pengguna Jasa tersebut mengajak anda bekerja diladangnya ?

a. Dihubungi melalui telepon b. Diberitahu oleh teman

c. Lain-lain, sebutkan : ... 26.Apakah anda selalu bekerja di ladang Pengguna Jasa yang sama ?


(2)

b. Tidak

27.Dengan bagaimanakah anda pergi ke ladang tempat anda bekerja ? a. Dijemput pemilik ladang

b. Dengan angkutan umum

c. Lain-lain : ...

28.Berapakah jumlah upah yang diberikan pemilik ladang per harinya ?

Rp ...

29.Setelah selesai anda bekerja, dengan apakah anda pulang kerumah ?

a. Diantar pemilik ladang b. Dengan angkutan umum c. Lain-lain, sebutkan

:...

30.Selama anda bekerja sebagai buruh tani apakah anda pernah mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari pemilik ladang ?

a. Ya, sebutkan :... b. Tidak

IV. Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Tani Harian Keadaan Penghasilan :

31.Bagaimanakah sistem pekerjaan di tempat anda bekerja ? a. Sistem borongan b. Sistem harian 32.Berapa jumlah penghasilan rata-rata anda dalam seminggu ?

a. Per hari : ... b. Per minggu : ... c. Per bulan : ...

33.Berapa harikah rata-rata anda bekerja dalam seminggu ?

a. 2 hari d. 5 hari

b. 3 hari e. 6 hari

c. 4 hari f. 7 hari

34.Berapakah rata-rata jam kerja anda per hari ?

a. 5 – 6 jam c. 9 – 10 jam

b. 7 – 8 jam d. Diatas 10 jam

35.Menurut anda, apakah upah yang diberikan telah sesuai dengan jumlah jam kerja tersebut ?

a. Sudah puas, alasannya : ... ...


(3)

b. Agak puas, alasannya : ... ...

c. Belum puas, alasannya : ... ...

36.Apakah jumlah upah tesebut telah dapat mencukupi kebutuhan keluarga anda ?

a. Memenuhi b. Pas-pasan c. Tidak memenuhi d. Sangat tidak memebuhi

37.Digunakan untuk apa sajakah penghasilan yang anda peroleh selain untuk kebutuhan sehari hari ?

a. Keperluan rumah tangga lainnya b. Memperluas usaha

c. Membeli perhiasan d. Ditabung

e. Lain-lain, sebutkan : ... ...

Keadaan Pangan :

38.Berapa kali keluarga anda makan nasi dalam satu hari ? a. 2 ali

b. 3 kali

39.Jika bekerja, apakah makan anda ditanggung oleh yang mempekerjakan anda ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak / bawa sendiri

40.Bagaimanakah pola konsumsi keluarga anda terhadap ikan per minggunya ?

a. Sering b. Jarang

c. Sangat jarang

41.Bagaimanakah pola konsumsi keluarga anda terhadap daging per minggunya ?

a. Sering b. Jarang

c. Sangat jarang d. Tidak pernah

42.Bagaimanakah pola konsumsi keluarga anda terhadap telur per minggunya ?


(4)

b. Jarang

c. Sangat jarang

43.Bagaimanakah pola konsumsi keluarga anda terhadap tahu/tempe per minggunya ?

a. Sering b. Jarang

c. Sangat jarang

44.Bagaimanakah pola konsumsi keluarga anda terhadap sayur-sayuran ?

a. Tiap hari

b. Sering/ tidak tiap hari c. Jarang

d. Sangat jarang

45.Dengan bagaimanakah anda mendapatkan sayuran tersebut ? a. Membeli

b. Ditanam sendiri

c. Diberikan oleh saudara

d. Lain-lain, sebutkan : ...

46.Bagaimanakah pola konsumsi keluarga anda terhadap buah-buahan ?

a. Setiap hari/teratur b. Sering/tidak tiap hari c. Jarang

d. Sangat jarang

47.Dengan bagaimanakah anda memperoleh buah-buahan tersebut ? a. Membeli

b. Diambil dari ladang tempat bekerja

c. Lainnya, sebutkan :

...

48.Apakah makanan yang anda konsumsi telah memenuhi kebutuhan gizi keluarga anda ?

a. Memenuhi b. Kadang-kadang c. Tidak memenuhi

Kondisi Perumahan

49.Bagaimana ststus kepemilikan rumah yang anda tempati sekarang ? a. Milik sendiri

b. Menyewa c. Menumpang

50.Bagaimana kondisi bangunan yang anda tempati ? a. Permanen


(5)

b. Semi permanen c. Papan

d. Tepas

51.Apakah sumber air bersih di rumah anda ? a. PAM

b. Doorsmer c. Air hujan

d. Lain-lain, sebutkan : ... 52.Apakah dirumah anda sudah tersedia fasilitas MCK?

a. Tersedia

b. Hanya kamar mandi c. Tidak tersedia

53.Apakah sumber penerangan dirumah anda ? a. Listrik

b. Lampu teplok c. Lampu petromaks

Pendidikan Anak

54.Berapa jumlah anak anda yang bersekolah ? a. 1 orang

b. 2 orang c. 3 orang

d. Lebih tiga orang, sebutkan :... 55.Bagaimanakah tingkat pendidikan anak anda ?

No Usia Tingkat Pendidikan Negeri Swasta

56.Apakah anda menyisihkan sebagaian pendapatan untuk biaya pendidikan anak anda ?

a. Ya, b. Tidak

57.Apakah anak dalam keluarga ikut yang masih sekolah ikut membantu pendapatan keluarga ?

a. Ikut b. Tidak ikut


(6)

TERIMA KASIH ATAS KERJASAMANYA HORAS

MEJUAH-JUAH