6. Aspek Pengendalian Emosi
Hurlock 1973 menyatakan bahwa pengendalian emosi memiliki dua aspek, sebagai berikut:
a. Mengendalikan interpretasi stimulus-stimulus yang menimbulkan
emosi. Individu mengatur dan menguasai pikiran dengan cara mengetahui penyebab terjadinya emosi, mengakui perasaan, dan
berpikir positif. b.
Mengendalikan ekspresi dari emosi yang muncul. Individu menguasai dan mengatur ekspresi emosi yang meliputi ekspresi
verbal ekspresi melalui kata-kata dan ekspresi motoris ekspresi melalui tindakan dan gerakan.
B. Letak Tempat Tinggal
1. Desa
a. Pengertian Desa
Desa adalah wilayah yang didominasi oleh area pertanian. Masyarakat desa mengurus kepentingan berdasarkan adat-istiadat
setempat Undang-undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999, dalam Rahayu Maryadi, 2009. Desa merupakan wilayah yang
terletak jauh dari keramaian, tidak padat penduduk, dan memegang
teguh sistem kekeluargaan Soekanto, 2006.
Peneliti menyimpulkan bahwa desa adalah wilayah yang didominasi oleh area pertanian, jauh dari keramaian kota, dan tidak
padat penduduk. Masyarakat desa memegang teguh sistem kekeluargaan dan mengurus kepentingan berdasarkan adat-istiadat
setempat.
b. Karakteristik Masyarakat Desa Iskandar 2013 menyatakan bahwa desa memiliki beberapa
karakteristik, antara lain: 1
Frekuensi interaksi antar tetangga masih tinggi dan saling mengenal satu sama lain.
2 Aktivitas masyarakat desa didominasi oleh kegiatan pertanian.
3 Masyarakat desa menjunjung tinggi adat-istiadat dan keagamaan.
4 Perilaku tolong-menolong masih terlihat.
5 Sarana dan fasilitas sudah berkembang di desa meskipun tidak
sebaik di kota. 6
Kepadatan penduduk rendah
2. Kota
a. Pengertian Kota
Kota merupakan kawasan yang memiliki kegiatan utama dalam hal pelayanan jasa, pemerintahan, dan sosial Undang-Undang No.22
Tahun 1999, dalam Rahayu, Lestari, Maryadi, 2009. Kota merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
dengan padatnya bangunan-bangunan Bisri, 2015. Kota adalah pusat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemukiman dan kegiatan penduduk dengan batasan wilayah administrasi yang diatur oleh peraturan perundangan Pemendagri
No.2 1987, dalam Bisri, 2015.
Peneliti menyimpulkan bahwa kota adalah wilayah yang secara administrasi telah ditentukan peraturan perundangan serta memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi dan banyaknya bangunan-bangunan. Masyarakat kota memiliki kegiatan utama dalam pelayanan jasa sosial,
dan pemerintahan.
b. Karakteristik Masyarakat Kota Iskandar 2013 menyatakan bahwa kota memiliki beberapa
karakteristik, antara lain: 1
Masyarakat menonjolkan sikap individualis, jarang berinteraksi
dengan tetangga, dan saling tidak mengenal.
2 Aktivitas masyarakat didominasi oleh kegiatan ekonomi,
pendidikan, rekreasi, dan kesehatan. 3
Kepadatan penduduk sangat tinggi. 4
Heterogen dalam berbagai aspek seperti pekerjaan, pendidikan, dan strata sosial ekonomi.
5 Adat-istiadat dan sikap saling menolong mulai luntur.
6 Kompetisi dan tuntutan hidup tinggi .
7 Perkembangan teknologi sangat pesat.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari bahasa Latin yaitu adolescene yang memiliki arti to grow maturity Golinko, dalam Jahja, 2011. Remaja adalah transisi
dari anak-anak menuju dewasa Santrock, 2003. Remaja mengalami perubahan fisik, kognitif, emosi, dan harga diri Papalia Feldman,
2014. Remaja mengalami puncak perkembangan emosi pada usia 15-21
tahun. Remaja sangat memikirkan perkataan dan tindakan orang lain terhadap dirinya Rousseau, dalam Sarwono, 2008. Monks, Knoers, dan
Hadinoto 2002 memberikan batasan usia remaja yaitu antara 12 sampai 21 tahun. Batasan tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu masa remaja awal
12 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 21 tahun.
Peneliti menyimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak dan dewasa yang dimulai dari usia 11 sampai 21 tahun yang
ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, emosi, dan harga diri.
2. Perkembangan Emosi Remaja
Remaja merupakan masa badai emosional Hall, dalam Santrock, 2007 dengan fluktuasi emosi yang berlangsung lebih sering Rosenblum
Lewia, dalam Santrock 2003. Remaja memiliki emosi yang tidak stabil dan sulit diprediksi Stanley Hall, dalam Hurlock, 1967.
D. Dinamika Perbedaan Tingkat Pengendalian Emosi Remaja di Desa dan
di Kota
Desa dan kota memiliki perbedaan situasi, kepadatan penduduk, dan pola interaksi antar individu. Perbedaan interaksi, kepadatan penduduk, dan
situasi yang berbeda menimbulkan perbedaan tingkat pengendalian emosi antara remaja yang tinggal di desa dan di kota,
Kota memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Kepadatan penduduk yang tinggi menimbulkan perasaan sesak dan stres pada penghuni kota. Stres
menimbulkan reaksi emosi yang berlebihan, kemarahan, kriminalitas, dan kenakalan remaja Sarwono,1992. Desa memiliki kepadatan penduduk yang
rendah. Lingkungan yang tidak padat penduduk menyebabkan remaja desa tidak dibebani permasalahan berkaitan dengan kemacetan dan perasaan sesak.
Keadaan desa tersebut dapat memberikan suasana yang tenang sehingga tidak mudah tersulut emosi Sarwono, 1992.
Remaja desa sering berinteraksi dengan tetangga dan saling mengenal satu sama lain serta mengutamakan kebersamaan Iskandar, 2013. Interaksi
dengan teman dan kerabat mengurangi stres serta meningkatkan kemampuan mengelola emosi Boardman, Leventhal Brooks-Gunn, dalam Berk, 2012.
Remaja kota memiliki interaksi kurang dekat dengan tetangga, bahkan saling tidak mengenal satu sama lain. Remaja kota berdasarkan faktor kepentingan
seperti memiliki kesamaan hobi. Hal tersebut menyebabkan remaja kota PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurang memperdulikan orang lain dan kurang memiliki kepekaan emosi Iskandar, 2013.
Keaadan kota dengan kompetisi dan tuntutan hidup di kota sangat tinggi Iskandar, 2013 memicu konflik, kemarahan, dan permusuhan Lawrence,
2006; Orpinas, Frankowski, 2001 sebagai upaya pertahanan stimulus yang mengancam Dodge,Lochman, Harnish, Bates, Pettit dalam Anwar, 2015.
Broody dalam Berk, 2012 menyatakan bahwa taman dan area bermain di kota berantakan serta pusat-pusat kegiatan untuk mengisi waktu luang tidak
banyak tersedia. Keadaan kota tersebut menyebabkan munculnya kekerasan dalam keluarga, penganiayaan dan pengabaian terhadap anak, aktivitas
antisosial remaja, dan perilaku kenakalan remaja. Keadaan desa didominasi area pertanian, masyarakat saling bergotong-
royong dan menjunjung tinggi adat-istiadat. Keadaan desa tersebut menyebabkan remaja desa menjadi lebih peka dengan keadaan orang lain dan
mempengaruhi individu dalam mengelola emosi Dubos dalam Berk, 2012. Peneliti berasumsi perbedaan keadaan lingkungan, interaksi antar
masyarakat, dan kepadatan penduduk antara desa dan kota mempengaruhi perbedaan tingkat pengendalian emosi antara remaja yang tinggal di desa dan
yang tinggal di kota. Remaja yang tinggal di desa memiliki tingkat pengendalian emosi yang lebih tinggi daripada remaja yang tinggal di kota.