2.1.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
Tabel 2.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan
Sekarang
No. Nama
Judul Variabel
Alat Uji Hipotesis
Objek Penelitian
1
Variabel X:
Profitabilitas perusahaan,
ukuran perusahaan, jenis
industri, opini auditor, dan
ukuran auditor.
Variabel Y:
Imam Subekti dan
Novi Wulandari
Widiyanti Simposium
Nasional Akuntansi
Denpasar Bali, 2004
“Faktor-faktor yang
Berpengaruh Terhadap Audit
delay di Indonesia.”
Audit delay. Analisis
regresi linier berganda
Profitabilitas perusahaan, ukuran
perusahaan, jenis industri, opini auditor,
dan ukuran auditor berpengaruh signifikan
terhadap audit delay. Perusahaan
manufaktur dan finansial yang terdaftar
di BEJ selama tahun 2001.
2
Variabel X:
Ukuran perusahaan, Debt
to equity ratio, profitability.Insid
er ownership concentration
dan Outsider ownership
concentration
Variabel Y:
Novita Weningtyas
Respati Jurnal
MAKSI Vol. 4, Januari
2004 “Faktor-faktor
yang berpengaruh
terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan : Studi
empiris di Bursa Efek Jakarta”
Audit delay. Analisis
regresi logistik
Ukuran perusahaan, Debt to equity ratio,
profitability.Insider ownership
concentration dan
Outsider ownership concentration
berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Perusahaan go
publicyang terdaftar di BEJ pada tahun 1999
3
Variabel X: Faktor internal
profitabilitas, solvabilitas,
internal auditor dan
size perusahaan dan
Faktor eksternal ukuran KAP.
Variabel Y: Audit delay,
Timeliness
Sistya Rachmawati
Jurnal Akuntansi
dan Keuangan,
Vol. 10, No. 1, 2008
“Pengaruh Faktor Internal dan
Eksternal Perusahaan
Terhadap Audit delay dan
Timeliness.” Analisis
regresi linier berganda.
a. Terdapat pengaruh faktor internal
profitabilitas, solvabilitas, internal
auditor dan size perusahaan dan faktor
eksternal ukuran KAP terhadap Audit
delay. b. Terda[at pengaruh
factor internal profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor dan size
perusahaan dan factor eksternal ukuran
KAP terhadap timeliness
Perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI selama tahun 2003-2005.
4
Variabel X:
Ukuran perusahaan,
Insider Ownership dan
Outsider Ownership
Variabel Y:
Yusrizal Nurdiansyah
Penelitian sekarang,
2012 Analisis
Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Insider Ownership
dan Outsider
Ownership terhadap
Audit delay pada
perusahaan manufaktur di
bursa efek Indonesia.
Audit Delay. Analisis
regresi linier berganda
Diduga bahwa terdapat pengaruh. Ukuran
perusahaan, Insider
Ownership dan Outsider Ownership
terhadap audit delay. Perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI selama tahun 2009-2010
Sumber : Data Olahan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasarkan tabel perbedaan dan persamaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian sekarang memiliki beberapa perbedaan
dan persamaan dari penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut terdapat pada variabel dan data yang digunakan. Dalam penelitian ini
digunakan data sekunder berupa data laporan keuangan periode 2009 dan periode 2010.
Persamaan penelitian sekarang dan penelitian terdahulu terletak pada pemilihan populasi yaitu sama-sama menggunakan perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu produk akhir yang paling penting dari fungsi dan ilmu akuntansi. Beberapa pengertian tentang
laporan keuangan adalah sebagai berikut : Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
paragrap 7 menyatakan bahwa : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan posisi dana, catatan dan laporan lain serta
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
laporan keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga IAI, 2009:1.
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 12 dan paragraph 14 IAI, 2009:3 tujuan laporan
keuangan adalah : 1.
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi laporan keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan Keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen stewardship, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin
menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan
ekonomi.
2.2.1.3. Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 09 IAI, 2009: 2-3, pemakai dan kebutuhan informasi
terdiri dari :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a Investor
Investor membutuhkan informasi untuk menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi yang mereka tanamkan.
b Karyawan
Karyawan membutuhkan informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, serta informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, kesempatan kerja.
c Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman membutuhkan informasi yang membantu mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dilunasi saat
jatuh tempo. d
Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
membantu untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan terbayar saat jatuh tempo.
e Pelanggan
Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai keberlangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat
dalam perjanjian jangka panjang, dengan atau tergantung pada perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
f Pemerintah
Pemerintah berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas perusahaan, sehingga pemerintah dapat mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan tentang pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional.
g Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi kecenderungan trend dan perkembangan terakhir dari
kondisi perusahaan. Namun, menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan, pemakai utama laporan keuangan adalah investor. Hal ini tercantum pada paragraf 10 yang menyebutkan bahwa :
Informasi yang disajikan dilaporan keuangan adalah bersifat umum.Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan
informasi setiap pemakai. Berhubungan dengan para investor merupakan penanam modal berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan
yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain.
2.2.1.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik informasi yang membuatnya dapat menjadi komoditas yang diinginkan, dipandang sebagai hierarki kualitas yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sangat berguna untuk pembuatan keputusan. Tanpa manfaat ini, keuntungan dari informasi tidak dapat diperoleh. Berikut ini adalah empat
karakteristik utama yang sebaiknya ada pada informasi akuntansi agar bermanfaat seoptimal mungkin untuk penggunaanya, berdasar Kerangka
Kerja Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 25-42 IAI, 2007 :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh
pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
mempunyai kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
3. Andal reliable
Laporan keuangan harus bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penyajian yang tulus dan jujur faithfull representation dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan. 4.
Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan trend posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan secara relatif.
Informasi mengenai perusahaan tertentu dapat memberikan keuntungan yang besar jika dapat dibandingkan dengan informasi yang
sama mengenai perusahaan lainnya dan dengan informasi yang sama mengenai perusahaan yang sama selama periode tertentu.
2.2.1.5. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM
Undang-undang Pasar Modal mengharuskan perusahaan yang go public untuk memberikan dan mempublikasikan laporan periodik kepada
Bapepam. Perusahaan-perusahaan tersebut dimintai agar laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik tersertifikasi yang terdaftar dan
menyerahkan laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik tersertifikasi yang terdaftar dan menyerahkan laporan keuangan tahunan
yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM mengeluarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No. KEP-36PM2003, No. Peraturan X.K.2
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala menyatakan bahwa laporan keuangan berkala disertai dengan laporan Akuntan
disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
2.2.2. Auditing
2.2.2.1. Definisi Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan Arens dan Loebbeck, 1996:9. Auditing secara umum adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kejadian dan kejadian ekonomi, dengan tujuan menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan Mulyadi, 2002:9. Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen
adalah untuk menyatakan pendapat kewajaran atas dalam semua hal yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum Arens dan Loebbecke, 1996:114.
Terdapat 4 tahap audit Arens dan Loebbecke, 1996:132-134, yaitu sebagai berikut :
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
2. Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
2.2.2.2. Jenis Audit
Tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi audit Boynton, dan Kell; 2003. Tiga
jenis audit tersebut antara lain : 1.
Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan
tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.
Audit laporan keuangan adalah cara yang umum ditempuh untuk mengurangi risiko informasi dan mendapatkan informasi yang dapat
diandalkan. Informasi yang diaudit kemungkinan digunakan dalam
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa informasi tersebut lengkap, akurat, dan tidak bias. Jusup, 2001:45.
2. Audit kepatuhan
Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatn memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan atau operasi
suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu.
Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.
Hasil audit kepatuhan umunya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam
pemerintahan Mulyadi, 2002:31. 3.
Audit operasional Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu .
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan
tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan membuat
rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang memerlukan audit operasional diserahkan kepada pihak ketiga yang
meminta dilaksanakannya audit tersebut Mulyadi, 2002:32.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.2.3. Jenis Auditor
Menurut Mulyadi 2002, para profesional yang digunakan untuk melakukan audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi bagi perorangan dari
entitas resmi, pada umumnya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Auditor independen
Auditor independen disebut juga auditor eksternal. Auditor independen adalah akuntan publik bersertifikat yang mempunyai
akuntan publik sendiri dan menawarkan audit serta jasa lain kepada klien suatu perusahaan yang menugaskan akuntan publik yang
bersertifikat ini untuk melaksanakan audit yang independen atas laporan keuangannya. Klien lalu membayar honor audit biaya jasa
audit, tapi auditor pada umunya dianggap independen dari kliennya karena auditor melayani berbagai macam klien.
2. Auditor internal
Auditor internal adalah karyawan tetap yang dipekerjakan oleh suatu entitas untuk melaksanakan audit dalam organisasi tersebut.
Mereka sangat berkepentingan dengan ketentuan apakah kebijakan dan prosedur telah diikuti atau tidak serta berkepentingan dengan
pengamanan aktiva organisasi.Mereka mungkin juga terlibat dengan penelaahan review efektivitas dan efisiensi prosedur operasi serta
dalam penentuan kehandalan informasi yang dihasilkan oleh organisasi tersebut. Tugas utama auditor internal adalah melaksanakan audit
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ketaatan compliance audit dan audit operasional operational audit. Auditor internal biasanya melaporkan kepadan dewan direktur
organisasi, yaitu pengguna utama hasil kerja auditor internal. 3.
Auditor pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor professional yang bekerja di
instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun banyak auditor yang bekerja
di instansi pemerintah, namun umunya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Keuangan
Pemerintah dan Pembangunan BPKP dan Badan Pemeriksa Keuangan BPK, serta instansi pajak.
2.2.2.4. Tahap-tahap Audit
Menurut Jusup 2001, dalam setiap audit baik pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil, selalu terdapat empat tahapan
kegiatan, yaitu: 1.
Penerimaan penugasan audit Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil
keputusan untuk menerima atau menolak suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atas untuk melanjutkan sebagai auditor bagi
klien yang sudah ada. Pada umumnya, keputusan untuk menerima atau
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menolak ini sudah dilakukan sejak enam bulan hingga Sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.
2. Perencanaan audit
Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan
merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Pada tahap ini perlu diterapkan standar umum dan
standar pekerjaan lapangan dari standar audit. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan akhir tahun buku
klien. 3.
Pelaksanaan pengujian audit Tahap ketiga dalam suatu audit laporan keuangan adalah
mengadakan pengujian audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan.Tujuan utama tahap ini adalah
mendapatkan bukti mengenai efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangannya.Pada tahap ini juga harus
diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari suatu audit. Pengujian audit ini pada umumnya dilakukan antara tiga sampai
empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesudah akhir tahun buku klien. Tahap pelaksanaan pengujian audit ini
mencakup sebagian besar audit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Pelaporan temuan
Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan. Laporan audit bisa berupa laporan audit dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian, atau bisa juga menyimpang dari laporan standar. Pada tahap ini harus dilaksanakan oleh auditor dalam
pelaporan audit ini, antara lain menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik simpulan serta menerbitkan laporan
audit. Laporan audit biasanya diterbitkan antara satu sampai tiga minggu setelah berakhirnya pekerjaan lapangan.
2.2.2.5. Standar Audit
Suatu audit dilaksanakan bercdasarkan standar yang diterapkan oleh badan penyusun standar. Di Indonesia, badan yang berwenang
menyusun standar auditing adalah Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntansi Indonesia.
Standar auditing mengatur syarat-syarat diri auditor, pekerjaan lapangan, dan penyusunan laporan audit Mulyadi, 2002:15.
Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan semua Pernyataan Standar Auditing yang berlaku. Sepuluh standar auditing dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum mengatur syarat-syarat diri auditor,
standar pekerjaan lapangan mengatur mutu pelaksanaan auditing dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
standar pelaporan memberikan panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil auditnya melalui audit kepada pamakai laporan
keuangan. Standar auditing disajikan sebagai berikut : a
Standar umum 1.
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama. b
Standar Pekerjaan Lapangan 1.
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.
3. Bukti audit yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan pengajuan pernyataan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit. c
Standar Pelaporan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2.
Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan pada periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain adalah laporan audit. 4.
Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat dibenarkan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.2.6. Tipe Pendapat Auditor
Tujuan utama suatu audit adalah pernyataan pendapat dari auditor atas laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Mulyadi 2002,
pendapat auditor diklasifikasikan menjadi lima, antara lain : 1.
Pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia.
Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan audit bentuk baku.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan audit baku unqualified with explanatory language.
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan yang lain dalam
laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelasan ini
dicantumkan setelah paragraf pendapat. 3.
Pendapat wajar dengan pengecualian Melalui pendapat wajar dengan pengecualian, auditor menyatakan
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.
4. Pendapat tidak wajar Adverse
Dengan pendapat tidak wajar, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secar wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat disclousure
Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup
memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat
diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. Jika auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat, dalam laporan auditnya, auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan
tersebut, yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat.
2.2.2.7. Laporan Audit
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya, dimana di dalam
laporannya tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan Mulyadi, 2002:12.
Laporan audit merupakan hal yang penting dalam suatu audit karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi mengenai
apa yang dilakukan auditor dan kesimpulannya yang diperolehnya. Standar Profesional Akuntan Publik SPAP mengharuskan dibuatnya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
laporan setiap kali Kantor Akuntan Publik dikaitkan dengan laporan keuangan.
Bentuk baku laporan audit menurut Arens dan Loebbecke 1996:37 adalah sebagai berikut :
1. Judul laporan
2. Alamat yang dituju laporan keuangan audit
3. Paragraf pendahuluan
Dalam pargraf pendahuluan terdapat tiga pernyataan ini, yaitu pernyataan sederhana bahwa auditor telah melakukan audit atas
laporan keuangan, pernyataan tentang laporan keuangan termasuk tanggal neraca dan periode periode akuntansi laporan rugilaba, serta
pernyataan tentang tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor.
4. Paragraf lingkup audit
Paragraf lingkup audit adalah pernyataan pernyataan aktual mengenai apa yang telah dilakukan auditor dalam proses auditnya.
5. Paragraf pendapat
Paragraf pendapat memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya.
6. Tanda tangan dan nama akuntan publik yang melakukan audit
7. Tanggal laporan audit
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.3. Audit Delay
2.2.3.1. Definisi Audit Delay
Definisi audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit atas suatu laporan keuangan perusahaan yang diukur dari tanggal tahun buku
sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan Ashton et.al.,1987; Carslaw dan Kaplan, 1991. Jangka waktu tersebutlah yang
menjadi pembahasan yang disebut dengan audit delay. Audit delay adalah perbedaan antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit
diterbitkan, yang mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor Subekti Wulandari, 2004. Semakin
panjang audit delay maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Jika audit delay semakin panjang, maka kemungkinan
keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar. Menurut Dyer dan McHugh 1975 dalam Novita 2004 terdapat
tiga kriteria keterlambatan : 1.
Preleminary Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary.
2. Auditor’s Report Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. 3.
Total Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Di Indonesia batas terbitnya laporan keuangan perusahaan yang go public diatur oleh BAPEPAM, seperti yang telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya. Perusahaan go public harus menyerahkan laporan keuangan
tahunannya yang disertai dengan opini akuntan kepada BAPEPAM. Dalam mengumumkannya kepada publik paling lambat akhir bulan ketiga
setelah tanggal laporan keuangan.
2.2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Dalam penelitian terdahulu telah dikaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay. Beberapa dari penelitian terebut adalah
penelitian Ashton, dkk. 1987, penelitian Respati 2004, penelitian Rachmawati 2008, penelitian Subekti dan Wulandari 2004.
Tidak semua faktor dari penelitian yang pernah dilakukan dimasukkan sebagai variabel pada penelitian ini. Dalam penelitian ini
diteliti empat faktor yang berpengaruh terhadap lamanya audit delay. Faktor-faktor yang diteliti didasarkan pada penelitian-penelitan yang
pernah dilakukan sebelumnya dan saran dari peneliti yang terdahulu. Hal tersebut dimasukkan untuk menguji lebih lanjut, apakah benar penelitian
tersebut berpengaruh dan apakah dengan adanya perbedaan waktu daya pengaruh dari faktor-faktor berubah atau tidak. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap lamanya audit delay dalam penelitian ini adalah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.3.2.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dan dapat dinilai dari beberapa segi. Ukuran perusahaan dapat diukur
berdasarkan pada total penjualan, total nilai buku asset, nilai bersih kekayaan, dan jumlah tenaga kerja Soegeng Soetedjo, 2006. Ukuran
perusahaan dapat dinilai dari total asset yang dimilikinya Arens dan Loebbecke, 1996:227.
Setiap perusahaan memiliki skala usaha yang berbeda satu sama lain. Perbedaan skala ini dapat dilihat dari berbagai segi. Secara
umum semakin besar perusahaan klien akan semakin beragam penggunaan laporan keuangan. Keputusan ketua Bapepam No. Kep.
11PM1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva kekayaan adalah badan hukum yang memiliki
total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Suatu perusahaan yang memiki total asset yang besar akan mendorong perusahaan tersebut untuk memaksimalkan kinerjanya
maka pihak manajemen perusahaan harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan,
sehingga manajemen semakin tinggi kesadaran tentang pentingnya informasi dalam mempertahankan eksistensi perusahaan.
Di samping itu, perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga akan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
memudahkan auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya, dan karena dengan baiknya struktur pengendalian internal perusahaan,
maka semakin sedikit pengujian yang harus dilakukan oleh auditor.
2.2.3.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay
Ukuran peruasahaan merupakan variabel yang sering digunakan dalam penelitian mengenai audit delay. Dalam beberapa
penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang berbeda-beda antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain.
Menurut penelitian Ashton dan Elliot 1987 menunjukkan bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva
memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka
semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Penelitian yang telah dilakukan Imam Subekti dan Novi
Wulandari 2004 menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap Audit
Delay. Pengaruh ini ditunjukan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek nilai Audit Delay dan sebaliknya
jika semakin kecil nilai aktiva perusahaan maka semakin panjang Audit Delay.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan
pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
mengumumkan audit lebih awal. Hasil penelitian Sistya Rachmawati 2008:8, menunjukan
bahwa Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay yang berarti bahwa semakin besar Ukuran Perusahaan
maka semakin pendek Audit Delay dan sebaliknya semakin kecil Ukuran Perusahaan makan semakin panjang Audit Delay. Hal ini
disebabkan oleh semakin baiknya sistem pengendalian internal perusahaan besar sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.
Hasil penelitian dari Sistya Rachmawati berbeda dengan hasil penelitian Soegeng Soetedjo 2006. Ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap audit delay, dimana perusahaan yang berskala lebih kecil akan semakin cepat ARLnya dibandingkan dengan perusahaan
yang berskala besar. Berdasarkam ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap audit delay.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.3.2.3 Insider Ownership
Para manajer merupakan agen atau wakil dari pemilik, akan tetapi pada kenyataannya mereka mengendalikan perusahaan. Dengan
demikian bisa terjadi konflik kepentingan antara pemilik. Hal ini disebut ”masalah keagenan”, yaitu divergensi kepentingan yang timbul
antara pemilik dengan agennya. Teori keagenan mengimplikasikan adanya informasi asimetri
antara manajer sebagai agen dan pemilik sebagai prinsipal. Informasi asimetri muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal
dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Laporan keuangan
yang tepat waktu akan mengurangi informasi asimetri tersebut. Kesempatan manajemen yang sekaligus berfungsi sebagai
pemilik dapat mencegah kemungkinan munculnya masalah agency. Hal ini disebabkan oleh dua alasan : 1 kepemilikan manajemen
pihak dalam akan menyelaraskan kepentingan antara manajemen dan pihak lainnya, 2 kepemilikan perusahaan oleh manajemen pihak
dalam juga akan mengarahkan keleluasaan manajemen pada proses konsistensi dengan kepentingan pemilik Ukago, Imam ghozali,
Sugiyono, 2005.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.3.2.4 Pengaruh Insider Ownership dengan Audit Delay
Penelitian Respati 2004 menemukan bukti empiris bahwa konsentrasi kepemilikan pihak dalam tidak signifikan terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Ukago, Ghozali dan Sugiyono 2005 bahwa
variabel INSIDER secara positif signifikan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan ke Bapepam.
Hal ini dapat terjadi karena kepemilikan pihak dalam insider ownership pada suatu perusahaan biasanya mempunyai prosentase
kepemilikan lebih kecil dibanding kepemilikan pihak luar outsider ownership dan pada umumnya mempunyai prosentase kepemilikan
kurang dari 50. Kecilnya prosentase kepemilikan pihak dalam insider
ownership ini akan mempengaruhi hak suara yang dimilikinya. Hal ini mengakibatkan hak suara kewenagnan terhadap perusahaan juga
kecil, sehingga peranannya tidak terlalu besar dalam menentukan kebijakan perusahaan terutama yang menyangkut segi pelaporan
keuangan. Namun kepemilikan perusahaan oleh manajer merupakan suatu hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam perusahaan.
Kepemilikan perusahaan oleh manajemen akan mempengaruhi kinerja manajemen. Manajer akan lebih bertanggungjawab dalam
mengelola perusahaan karena adanya rasa memiliki perusahaan,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sehingga akan mempengaruhi kinerja manajemen menjadi semakin baik Respati, 2004. Manajemen dengan kinerja yang baik akan
mampu menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu sehingga masalah informasi asimetri dapat diminimalisir.
Hal ini tentunya cukup kontradiktif dengan pemikiran logika yang mendasari penelitian Respati 2004 dengan hasil penelitian
sehingga dapat ditarik suatu dugaan bahwa kepemilikan pihak dalam insider ownership diduga berpengaruh terhadap audit delay.
2.2.3.2.5 Outsider Ownership
Pemilik perusahaan dari pihak luar dianggap berbeda dengan pihak dalam, di mana kecil kemungkinan pemilik dari pihak luar
untuk terlibat dalam urusan bisnis sehari-hari. Pemilik perusahaan dari pihak luar atau pemegang saham harus mengetahui tingkat
kembalian rate of return atas investasi mereka. Oleh karena itu mereka membutuhkan informasi yang membantu mereka untuk
memutuskan tindakan mereka, apakah untuk membeli, menahan atau menjual saham-saham suatu perusahaan.
Disamping itu pemilik perusahaan dari pihak luar juga ingin mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar deviden,
sehingga informasi mengenai perkembangan dan kondisi perusahaan tercermin dalam laporan keuangan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kepemilikan perusahaan dari pihak dari luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan baik melalui
media massa maupun kritikan atau komentar yang merupakan semua kekuatan publik atau masyarakat. Dengan adanya konsentrasi
kepemilikan pihak luar maka akan mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan dengan sekehendak hati menjadi perusahaan
yang berjalan dalam pengawasan. Akibatnya, keleluasaan manajemen menjadi terbatas.
Dengan adanya pengawasan dari pihak luar maka pihak manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang
baik, karena jika kinerja pihak manajemen baik maka pemegang saham akan mendukung keberadaan manajemen. Dan sebaliknya jika pihak
manejemen tidak mampu menunjukkan kinerja yang baik maka pemegang saham akan mengadakan pemilihan manajemen baru atau
dengan kekuatannya merubah manajemen. Upaya pihak manajemen untuk menunjukkan kinerja yang baik
adalah dengan memberikan informasi perkembangan dan kondisi perusahaan. Manajemen sebagai penyedia informasi dituntut untuk
menyediakan informasi secara tepat waktu dan relevan. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka pihak manajemen
akan lebih mandapat tekanan dari pihak luar atau shareholder untuk lebih tepat waktu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.3.2.6 Pengaruh Outsider Ownership dengan Audit Delay
Respati 2004 menyatakan bahwa kepemilikan dari pihak luar berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan ke
Bapepam. Pemilik dari pihak luar sangat berkepentingan dengan laporan keuangan yang tepat waktu. Hal ini dikarenakan ketepatan
waktu pelaporan keuangan perusahaan sangat dibutuhkan oleh pihak luar untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya untuk membuat keputusan yang tepat dan akurat serta untuk mengurangi informasi asimetri.
Struktur kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak luar biasanya mempunyai prosentase kepemilikan lebih dari 50 sehingga
pemilik perusahaan dari pihak luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi kondisi dan hasil kinerja perusahaan khususnya
mengenai ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
diduga outsider ownership secara signifikan berpengaruh terhadap audit delay.
2.3. Kerangka Pikir