62
Industri baja sempat mengalami penurunan yang besar pada tahun 2009, karena pasar dalam negeri yang menyusut akibat menurunnya sektor
konstruksi dan properti, juga karena kalah bersaing dengan produk impor. Sementara itu harga baja juga turun akibat turunnya permintaan baja dunia.
Namun pada tahun 2010 industri baja mulai bangkit kembali sejalan dengan bergairahnya sektor insutri kostruksi dan properti dan juga meningkatnya
permintaan baja dunia semenjak ekonomi dunia beranjak pulih. Akibatnya harga baja pada tahun 2010 telah meningkat kembali.
Secara umum pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan menunjukkan kondisi yang membaik pada tahun 2010. Ekonomi dunia yang
mulai pulih dari krisis sudah mulai mendorong peningkatan permintaan. Demikian juga ekonomi nasional yang membaik membantu
mempertahankan daya beli di pasar domestik. Walaupun persaingan tetap tinggi dengan produk impor tetapi berbagai industri seperti tekstil dan alas
kaki ternyata mampu berkembang. Indonesian Commercial Newsletter, Outlook Manufaktur Indonesia 2011, Desember 2010, hal 1
4.2. Deskripsi Data Penelitian 4.2.1.
Audit Delay Y
Audit Delay yaitu lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit
tanggal opini. Variabel ini diukur dengan skala ukur rasio menggunakan satuan harian. Data audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
63
di Bursa Efek Indonesia BEI dari tahun 2009 – 2010 selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1.
Berikut ini
deskriptif data
audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dari tahun 2009 – 2010 :
Tabel 4.1 : Deskriptif Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun 2009 –
2010 Variabel Thn
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation 2009 33
111 73.30 13.99 audit delay
2010 31 119 75.23 13.20
Sumber : Lampiran 1
Dari 90
sampel perusahaan manufaktur pada tahun 2009-2010 yang
digunakan dalam penelitian ini, menunjukkan rata-rata audit delay sebesar 74,3 hari. Perusahaan yang memiliki audit delay tercepat adalah PT. Holcim
Indonesia Tbk SMCB sebesar 33 hari di tahun 2009 dan 31 hari di tahun 2010. Sedangkan perusahaan yang mempunyai audit delay terlama adalah
PT. Apac Citra Centertex Tbk MYTX sebesar 111 hari di tahun 2009 dan PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk AISA sebesar 119 hari di tahun 2010.
Nilai rata-rata
audit delay tahun 2009 sebesar 73,30 dan tahun 2010
sebesar 75,23. Berdasarkan deskriptif data audit delay tersebut, menyimpulkan bahwa rata-rata audit delay perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun 2009 – 2010 cenderung lebih pendek jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian
yang dilakukan di Indonesia oleh Imam Subekti Novi Wulandari 2004
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
64
menunjukkan bahwa rata-rata audit delay pada tahun 2007 sebanyak 98,38 hari.
4.2.2. Ukuran Perusahaan X
1
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang diukur dengan menggunakan indikator total asset. Total asset merupakan
penjumlahan aktiva lancar dan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dalam jangka waktu satu tahun buku. Data ukuran perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dari tahun 2009 – 2010 selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Berikut ini deskriptif data ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dari tahun 2009 –
2010 :
Tabel 4.2 : Deskriptif Ukuran Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun 2009 – 2010 Variabel Thn
Minimum Maximum Mean Std. Deviation
2009 901 88938000
3455969 10522309.35
Ukuran Perusahaan
2010 22043 112857000
4067212 13101683.32
Sumber : Lampiran 1
Dari 90
sampel perusahaan manufaktur pada tahun 2009-2010 yang
digunakan dalam penelitian ini mempunyai rata-rata total asset sebesar Rp. 3.761.590.000.000. Perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan terendah
adalah PT. Hanson International Tbk MYRX sebesar Rp. 901.000.000,- di tahun 2009 dan PT. Allbond Makmur Usaha Tbk SQMI sebesar Rp.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
65
22.043.000.000,- di tahun 2010. Sedangkan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan tertinggi adalah PT. Astra International Tbk ASII
sebesar Rp.88.938.000.000.000,- di tahun 2009 dan Rp.112.857.000.000.000,- di tahun 2010.
Nilai rata-rata ukuran perusahaan tahun 2009 sebesar Rp.3.455.969.000.000,- dan tahun 2010 sebesar Rp. 4.067.212.000.000.
Dilihat dari nilai rata-rata ukuran perusahaan tersebut, terdapat peningkatan ukuran perusahaan di tahun 2010 sebesar 17,69 dari
Rp.3.455.969.000.000,- naik menjadi Rp. 4.067.212.000.000.
4.2.3. Insider Ownership D
2
Insider ownership dalam penelitian ini merupakan variabel dummy. Untuk Perusahaan yang mempunyai struktur kepemilikan oleh pihak dalam
diberi kode dummy 1, dan untuk perusahaan yang tidak memiliki struktur kepemilikan oleh pihak dalam diberi kode dummy 0. Data insider ownership
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dari tahun 2009 – 2010 selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Berikut ini
frekuensi insider
ownership pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dari tahun 2009 – 2010 :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
66
Tabel 4.3 : Frekuensi Insider Ownership Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun 2009 – 2010
Uraian Tahun Jumlah
Prosentase tidak memiliki struktur
kepemilikan pihak dalam skor 0 47 52.22
memiliki struktur kepemilikan pihak dalam skor 1
2009 43 47.78
tidak memiliki struktur kepemilikan pihak dalam skor 0
51 56.67 memiliki struktur kepemilikan
pihak dalam skor 1 2010
39 43.33 Sumber : Lampiran 1
Dari 90 perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa tahun 2009 terdapat 52,22 perusahaan yang tidak
memiliki struktur kepemilikan oleh pihak dalam dan 47,78 perusahaan memiliki struktur kepemilikan oleh pihak dalam. Sedangkan tahun 2010,
terdapat 56,67 perusahaan yang tidak memiliki struktur kepemilikan oleh pihak dalam dan 43,33 perusahaan memiliki struktur kepemilikan oleh
pihak dalam.
4.2.4. Outsider Ownership
X
2
Outsider ownership Kepemilikan pihak luar dalam penelitian ini diukur dengan prosentase kepemilikan saham terbesar yang dimiliki oleh
pihak luar perusahaan Outsider Ownership. Data Outsider Ownership pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dari
tahun 2009 – 2010 selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
67
Berikut ini
deskriptif data
Outsider Ownership pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dari tahun 2009 –
2010 :
Tabel 4.4 : Deskriptif Outsider Ownership Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun 2009 –
2010 Variabel Thn
Minimum Maximum Mean Std. Deviation
2009 10.17 99.74
53.06233 23.36536475
Outsider Ownership
2010 10.17 99.14
52.98822 24.09704451
Sumber : Lampiran 1 Dari 90 perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini,
menjelaskan bahwa Outsider Ownership terendah adalah 10,17 dan tertinggi sebanyak 99,74 di tahun 2009. Sedangkan Outsider Ownership di
tahun 2010, terendah sebanyak 10,17 dan tertinggi sebanyak 99,14. Nilai rata-rata Outsider Ownership tahun 2009 sebesar 53,06 dan tahun
2010 sebesar 52,99. Dilihat dari nilai rata-rata Outsider Ownership tersebut, terdapat penurunan di tahun 2010 sebesar 0,14 dari 53,06233
turun menjadi 52,98822.
4.3. Analisis Regresi Linier Berganda 4.3.1.