Psikotropika Pemilihan, efek samping, dan gambaran efek kombinasi psikotropika dalam usaha detoksifikasi ketergantungan napza di panti rehabilitasi Puri Nurani periode September-Desember 2003.

Cara kerja kokain yaitu dengan mempengaruhi susunan saraf pusat, menimbulkan gangguan pada otak, timbul pengaruh pada kesadaran, akan timbul waspada berlebihan, perubahan elektrisitas atau listrik di otak. Timbul semacam reaksi pada hormon yang akan mengakibatkan ada kelainan pada manusia, kemudian menimbulkan euforia Sudirman, 2000.

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. a. Stimulansia Dalam dosis rendah stimulantia menimbulkan peninggian kewaspadaan increased alertness, perasaan segar-nyaman well being, dan penekanan nafsu makan anorexic. Toleransi terhadap efek-efeknya yang timbul cepat menyebabkan ketergantungan efeknya juga timbul dengan cepat, dan tidak jarang menimbulkan episode psikotik sesudah pemakaian dosis tinggi yang lama. Dalam bidang kedokteran digunakan dalam pengobatan narkolepsi, obesitas karena efek penekanan nafsu makan, dan pengobatan keadaan depresi Sudirman, 2000. Gejala kelebihan dosis ditunjukkan dengan adanya perasaan panik, delirium, agitasi, euforia, dan sibuk seperti ingin perang. Bila belum ada toleransi dapat terjadi pula hyperpyrexia, arrhytmia, hipertensi, dan pelebaran pupil. Pada klien-klien dengan riwayat pemakaian yang lama dan dosis tinggi, tidak jarang terjadi halusinasi dan kecurigaan paranoid idenation. Pemakaian secara intravena dapat disertai dengan kerusakan arteriole ginjal. Kelebihan dosis biasanya dapat menimbulkan kejang-kejang, kolaps sirkulatoir, perdarahan otak dan koma, juga dapat berakibat kematian. Gejala putus obat ditunjukkan dengan terjadinya keadaan depresi yang berat sesudah toksik akut, berkurangnya nafsu makan, combativeness, kecenderungan suicidal dan tidur untuk waktu yang lama Wresniwiro, 2000. b. Amfetamin Nama lain dari zat adiktif ini adalah : speed, uppers, whizz, billy dan sulphate. Jenis ini merangsang rasa gelisah dan membuat si pemakai susah tidur, bernafas cepat seperti habis lari dan jantung berdebar-debar. Juga membuat si pemakai merasa sangat energik terkadang membuat rasa kelelahan yang berlebihan dan menimbulkan rasa percaya diri. Pemakaian dalam dosis kecil jenis ini dapat mempengaruhi suasana hati secara drastis, apatis, temperamental, mengakibatkan iritasi pada kulit dan tidak dapat beristirahat dengan tenang, karena jenis ini memberikan energi ekstra yang sesaat tetapi pada hari berikutnya setelah efek rasanya hilang si pemakai akan mengalami gangguan daya ingat untuk sementara waktu Sudirman, 2000. Ciri-ciri orang yang keracunan zat ini, seperti: rasa gembira, rasa harga diri meningkat, banyak bicara, waspada berlebihan, denyut jantung cepat, pupil mata melebar, tekanan darah naik, berkeringat atau rasa dingin, mual hingga muntah, emosi yang tidak stabil, gangguan daya nilai realita Sudirman,2000 Pemakaian terus-menerus dalam jangka yang panjang akan menyebabkan si pemakai insomnia, timbul rasa ketakutan yang berlebihan dan gangguan ringan pada kejiwaan. Fisik si pemakai akan berangsur-angsur memburuk karena kurang tidur dan kurang makan, pemakaian yang sangat berat akan menimbulkan depresi. Ada yang berbentuk bubuk berwarna putih dan keabu-abuan, digunakan dengan cara dihirup atau disuntikkan. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air. Penggunaan dengan cara menyuntik jika jarum suntiknya digunakan secara bersama-sama akan mengakibatkan tertularnya virus HIV, Hepatitis A, B, C dan infeksi lainnya. Efek yang timbul karena zat ini menyerang saraf pusat dan juga dapat menyerang jantung, mengakibatkan rasa berdebar dan nyeri di dada juga pada pernafasan akan menimbulkangangguan pada pencernaan, seperti kram perut dan rasa mual Sudirman, 2000. Pada fase pemutusan obat si pemakai akan mengalami suatu kondisi yang sangat mengganggu karena keinginan yang kuat akan pemakaian obat tersebut. Pada saat ini perlu ada dukungan yang kuat atau treatment dalam bentuk psikoterapi terapi kejiwaan, diperlukan suatu bimbingan yang cukup panjang agar si pemakai tidak memakai kembali Sudirman, 2000. c. Metamfetamine Metamphetamine atau lebih dikenal dengan nama shabu-shabu menyerang saraf dan menimbulkan efek rasa gelisah, sulit tidur pernafasan pendek, jantung berdebar, si pemakai akan merasa enerjik dan kehilangan nafsu makan Sudirman, 2000. Efek farmakodinamik metamfetamin serupa dengan amfetamin, bedenya pada perbandingan antara efek sentral dan efek perifer Setiawati,1995. d. Sedativa Hipnotika Di dunia kedokteran terdapat jenis obat yang berkhasiat sebagi obat tidur sedativahipnotika yang mengandung zat aktif nitrazepam atau barbiturat atau senyawa lain yang khasiatnya sama. Golongan ini tidak termasuk narkotika melainkan termasuk psikotropika golongan IV Hawari, 2001. Golongan sedativahipnotika ini sangat membantu bagi pengobatan mereka klien yang menderita stress dengan gejala-gejala kecemasan dan gangguan tidur insomnia. Penggunaan obat jenis ini harus di bawah pengawasan dokter dan hanya dibeli dengan resep dokter di apotik golongan daftar G Hawari, 2001. Penggunaan sedativahipnotika izin yang seharusnya sebagai pengobatan medicine bila disalahgunakan dapat juga menimbulkan adiksi ketagihan dan dependensi ketergantungan, apalagi bila dosisnya melampaui batas overdosis Hawari, 2001. Penyalahgunaan napza jenis ini dapat menimbulkan gangguan mental bagi pemakainya dengan gejala-gejala sebagai berikut : 1 Gejala Psikologik: Emosi labil, hilangnya hambatan dorongan atau impulse seksual dan agresif. Yang bersangkutan kehilangan pengendalian diri sehinggan sering terlibat tindak kekerasan dan hubungan seks bebas sampai pada pemerkosaan. mudah tersinggung dan marah, banyak bicara melantur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Gejala Neurologik saraf : Pembicaraan cadel slurred speech, gangguan koordinasi, cara jalan yang tidak mantap, dan gangguan perhatian dan daya ingat. 3 Efek perilaku maladaptif Perilaku maladaptif adalah perilaku tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya gangguan daya nilai realitas, perkelahian, halanganhendaya impairment dalam fungsi sosial atau pekerjaannya dan gagal bertanggungjawab Hawari, 2001. Bagi mereka yang sudah ketagihan napza jenis ini, bila pemakaiannya dihentikan akan timbul gejala-gejala putus sedativahipnotika yaitu berupa gejala- gejala ketagihan dan ketergantungan sebagai berikut : mual dan muntah, kelelahan umum atau keletihan, hiperaktivitas saraf otonom, misalnya berdebar-debar, tekanan darah naik dan berkeringat, kecemasan rasa takut dan gelisah, gangguan alam perasaan afektifmood atau iritabilitas, misalnya murung, sedih atau mudah tersinggung dan marah, hipotensi ortostatik tekanan darah rendah bila yang bersangkutan berdiri, dan tremor kasar gemetar pada tangan, lidah dan kelopak mata Hawari, 2001 Sindrom putus sedativahipnotika merupakan gejala yang tidak mengenakkan baik secara psikis maupun fisik, untuk mengatasinya yang bersangkutan harus menelan tablet sedativahipnotika dengan dosis semakin bertambah dan semakin sering Hawari, 2001. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Zat Adiktif