Gambaran Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang

53 2.2 Lingk. Mater Dei Bedono 46 46 92 2.3 Lingk. Alfonsus Bedono 28 39 67 2.4 Lingk. Sang Timur Bedono 44 34 78 3 Wilayah Ignatius 3.1 Lingk. Gregorius Agung Bedono 45 39 84 3.2 Lingk. Cicilia Bedono 33 45 78 3.3 Lingk. Wawar Kidul 20 24 44 4 Wilayah Mikael 4.1 Lingk. Aloysius Wawar Lor 62 61 123 4.2 Lingk. Yohanes Pembaptis Wawar Lor 27 36 63 4.3 Lingk. Fransisikus Tempuran 37 43 80 5 Wilayah Santa Maria 5.1 Lingk. Yoakhim Sadang 44 52 96 5.2 Lingk. Agnes Rejosari 25 17 42 5.3 Lingk. Emmanuel Gitungan 25 19 44 5.4 Lingk. Antonius Sedono 14 11 25 5.5 Lingk. Amos Kalipucung 22 24 46 5.6 Lingk. Herman Yosef Sodong 52 60 112 5.7 Lingk. Daniel GTG 31 29 60 5.8 Lingk. Mikael Dlimas 35 41 76 6 Wilayah Santa Anna 6.1 Lingk. Ignatius Rosari 30 31 61 54 6.2 Lingk. Petrus Rosari 21 23 44 6.3 Lingk. Margaretha Nawangsari 24 27 51 6.4 Lingk. Theresia Kragan 26 27 53 Jumlah 818 863 1681 Keterangan: L: laki-laki; P: Perempuan; N: jumlah total

4. Situasi Paroki Santo Thomas Rasul Bedono

Berdasarkan lustrum paroki tahun 2014, dapat dipahami pula keberadaan dan budaya yang berkembang di sekitar paroki. Untuk memperjelas hal tersebut, penulis akan memaparkan lebih terperinci sebagai berikut: a. Berada di daerah pedesaan dan pegunungan. Pada umumnya daerah ini adalah titik hulu sungai dengan banyak mata air, tetapi ada juga beberapa daerah yang kesulitan air, misalnya di Dlimas dan Sodong. Sebagian besar umat hidup dengan mengandalkan pertanian tetapi dengan kepemilikan lahan yang rata-rata sangat kecil, sementara sebagian lahan yang ada merupakan milik PTPN yang sekarang menjadi kebun karet. Oleh karena itu, pastoral khas daerah agraris menjadi prioritas di paroki ini. Dalam kaitannya dengan Arah Dasar ARDAS Keuskupan Agung Semarang, yang salah satu temanya berisikan tentang melestariakan keutuhan alam ciptaan, maka tema ini digarap secara khusus. b. Lapisan kebudayaan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. 55 Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Bedono sangat kental dengan berbagai kebudayaan. Tercatat ada tiga lapis kebudayaan yang pernah berkembang di Bedono, yakni: 1 Lapisan kebudayaan Hindu dapat dilihat dari jejaknya dalam beberapa situs sejarah, seperti situs Batu Tapak, Yoni Bedono dan Candi Asu Losari. 2 Lapisan kebudayaan Islam masuk ke Bedono terlacak jejaknya dalam bangunan makam dan beberapa cerita legenda yang masih hidup subur di tengah masyarakat sehingga lapisan kebudayaan ini terus berkembang pesat dan menjadi warna utama masyarakat Bedono hingga saat ini. 3 Lapisan kebudayaan Hindia Belanda tampak dalam peninggalan stasiun kereta dan kehadiran perkebunan PTPN. Lapisan-lapisan kebudayaan tersebut menandai keterbukaan masyarakat setempat terhadap pengaruh-pengaruh baru. Sampai saat ini sangat tampak keterbukaan masyarakat terhadap pengaruh luar. Pada periode 1930an Gereja Katolik hadir dengan pengaruh kuat dalam dunia pendidikan dan itu disambut baik oleh masyarakat. Tetapi sangat disayangkan dalam dasawarsa terakhir lebih banyak pengaruh negatif yang mendominasi, ditandai dengan terjadinya kasus yang meresahkan diakibatkan gerakan fundamentalisme dan tindakan intoleransi. Jalur kebudayaan yang masih terus berkembang di daerah ini menjadi jalur yang ditempuh Gereja untuk menjadikan Gereja yang relevan dan signifikan. Jalur kebudayaan masih menjadi jalur yang strategis yang dipilih Gereja untuk menghadirkan pengaruh baik dalam upaya perubahan dalam kehidupan bermasyarakat melalui nilai-nilai budaya warga. 56 c. Paroki Santo Thomas Rasul Bedono adalah paroki baru. Paroki ini berdiri 7 tahun lalu. Salah satu perjuangannya adalah untuk membangun kemandirian sebagai paguyuban iman dan membangun identitas diri yang baik di antara Gereja sekitar maupun yang utama di tengah masyarakat setempat. Dengan melihat catatan di atas, gambar Gereja yang tidak kaku dan sibuk mengurus dirinya sendiri tetapi mengutamakan pengembangan iman dan paguyuban untuk mengahadirkan pengaruh positif bagi masyarakat sekitar, merupakan gambaran yang lebih menarik untuk diperjuangkan.

5. Menjadi Gereja yang Semakin Membumi di Tengah-tengah Masyarakat

a. Iman yang Semakin Mendalam Gereja adalah persekutuan orang-orang yang beriman kepada Kristus. Iman akan Kristus merupakan dasar hidup Gereja, maka “semakin membumi” pertama- tama berarti “iman yang semakin mendalam dan tangguh” sesuai dengan “ARDAS KAS 2011-2015” dalam diri kita masing-masing dan iman itu kemudian melandasi hidup bersama sebagai paguyuban. Dalam hal ini, beberapa kegiatan menggereja sudah dilakukan untuk semakin menghidupi iman mereka: 1 Umat semakin menghidupi tradisi iman Katolik dalam liturgi, devosi dan tradisi harian. 2 Kesediaan untuk ambil bagian dalam tata pelayanan hidup menggereja khususnya dimulai dari anak-anak, kaum muda dan keluarga muda. 57 b. Iman yang Melestarikan Bumi Keprihatinan terhadap kerusakan alam telah diangkat oleh Gereja menjadi keprihatinan iman. Dalam ARDAS KAS 2011-2015 ditegaskan dan dicita-citakan bahwa Gereja menjadi semakin signifikan dan relevan. Maka, paroki ini memulai cita-cita itu dengan melaksanakan beberapa gerakan yang signifikan dan relevan dengan keberadaan paroki ini. Adapaun beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan untuk menuju cita-cita tersebut adalah sebagai berikut: 1 Gerakan menanam pisang, pecutan, manggis, sayur dan tanaman hias pengganti bunga. 2 Membangun lingkungan Gereja yang hijau. 3 Misa alam lestari bagi kaum muda, jalan salib alam bagi anak-anak, juga jalan salib peduli sumber air. c. Iman yang Membudaya Mengembangkan tata perayaan iman umat yang semakin selaras dengan budaya setempat. Secara riil mengusahakan agar nuansa budaya Jawa semakin memperkaya pengungkapan iman umat, sekaligus mendorong umat untuk mencintai dan mengembangkan kebudayaan Jawa sehingga dapat mempelopori berkembangnya seni kebudayaan di masyarakat. Dengan demikian, citra Gereja Katolik yang identik dengan “Agamane Landa” yang terkesan asing di mata masyarakat menjadi “Agamane Jawa Pribumi”. Dengan kata lain Gereja semakin menjadi dekat dengan pergumulan umat dalam keseharian. 58 d. Iman yang Peduli Membumi juga berarti semakin terlibat menanggapi keprihatinan- kerihatinan sosial kemasyarakatan. Wujud dari iman yang peduli terlihat dalam tindakan nyata yang sudah dilakukan oleh umat, seperti: 1 Peduli keselamatan jalan: menyadari bahwa ruas jalan Jambu-Pringsurat yang rawan kecelakaan berada dalam wilayah Paroki Bedono. Umat semestinya semakin terpanggil untuk mengupayakan keselamatan jalan tersebut. 2 Peduli pendidikan: Jalan Salib peduli pendidikan adalah bentuk kepedulian Gereja terhadap sekolah Katolik agar tetap berkembang dan dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap murid. Kegiatan jalan salib yang dilakukan dalam masa prapaskah 2013 menjadi awalan bagi paroki untuk menyadari keberadaan sekolah-sekolah Katolik di paroki ini serta tanggungjawab bersama untuk mengembannya. Sanggar anak yang dimiliki paroki juga sebagai wujud kepedulian terhadap pendidikan bagi putera-puteri Gereja. 3 Peduli masalah sampah: di beberapa RT sekitar paroki permasalahan sampah sudah cukup mengganggu, oleh karena itu umat paroki berusaha mendampingi salah satu RT agar dapat menjadi percontohan dalam hal pengolahan sampah. e. Gereja sebagai Pelopor Perubahan dalam Masyarakat Dalam tatanan dewan paroki, bidang kemasyarakatan bertanggungJawab mengemban tema “Menjadi Gereja yang Semakin Membumi”. Kehadiran Gereja 59 diharapkan semakin menjadi signifikan dan relevan bagi masyarakat sekitarnya, yakni dengan menegaskan peran Gereja menjadi pelopor gerakan perubahan dalam masyarakat. Dua tema dalam ARDAS KAS 2011-2015 mendapat perhatian yang khusus dalam bidang ini, yakni “melestarikan keutuhan ciptaan dan memberdayakan kaum awam”. Kedua tema tesebut digarap secara khusus dikarenakan letak geografis dan kebudayaan umat serta keperihatinan terhadap alam ciptaan yang mengalami kerusakan. Beberapa gerakan yang sudah dimulai oleh Gereja dan kemudian berpengaruh terhadap masyarakat sebagai berikut: 1 Gerakan penanaman manggis Oktober 2012. PSE paroki mensubsidi pengadaan bibit buah manggis hingga setiap keluarga dapat menanam minimal 2 batang 2 Gerakan penanaman kimpul plocot Oktober 2012. PSE Mengangkat komoditas lokal menjadi produk unggulan. Perayaan Hari Pangan Sedunia HPS 2013 dilakukan untuk meneguhkan gerakan ini melalui seminar umum di balai desa Genting, lomba masak menu olahan kimpul antar ibu PKK desa Genting, serta perayan Ekaristi sebagai penutup acara bersama rayon Bagusto. 3 Gerakan menanam sayur di polibak tempat menanam sayuran pada bulan Mei 2013. Gerakan ini mendapat perhatian dari umat sehingga gerakan sayur mandiri mini bekembang begitu cepat dan luas. 60 4 Gerakan menanam mawar tabur Maret 2013. Gerakan ini merupakan tindak lanjut dari PSE paroki agar umat dapat menanam bunga tabur di rumahnya masing-masing. 5 Lahan sayur organik Sodong Lestari. Lahan ini digunakan sebagai sarana belajar seluruh umat Sodong. Dalam kegiatannya umat melakukan gerakan menanam sayur secara mandiri sebagai buah dari belajar di lahan dengan menanam sayuran di rumah mereka masing- masing. 6 Pada awal tahun 2015 umat mulai mengembangkan pembudidayaan berbagai tanaman obat-obatan. Hal ini dilakukan sebagai wujud kepedulian umat akan kesehatan.

B. Penelitian tentang Partisipasi Umat Paroki Santo Thomas dalam Upaya

Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan

1. Desain Penelitian

a. Latar Belakang Penelitian Pandangan manusia terhadap alam ciptaan dan kerusakan-kerusakannya yang terjadi menjadi fokus penulis dalam melakukan penelitian ini. Telah dipahami bersama bahwa kerusakan alam ciptaan sebagian besar dikarenakan ulah manusia sendiri, baik karena masalah ekonomi sampai masalah moral. Begitu banyak seruan yang mengajak manusia memperhatikan alam ciptaan, tetapi penulis belum begitu merasakan pengaruh dari seruan-seruan itu. Dari apa yang penulis lihat dan rasakan lebih banyak kerusakan alam yang terjadi dari pada pemulihan atas kerusakan alam. 61 Katekese hijau yang sudah dilaksanakan di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono merupakan salah satu wujud kepedulian seluruh umat untuk mencintai alam atau lingkungannya sebagai rumahnya sendiri. Kesadaran pentingnya menjaga keutuhan alam ciptaan memerlukan waktu yang cukup lama untuk merubah cara pandang terhadap alam ciptaan. Pada mulanya, alam ciptaan dipandang sebagai tempat untuk mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Tetapi dengan melihat semakin hancurnya alam ciptaan itu sendiri, umat mulai sadar bahwa sikap yang tidak bermoral terhadap alam harus dihentikan. Berdasarkan dari hasil pengalaman dan pengamatan penulis yang pernah tinggal dan terlibat dalam kegiatan umat berkaitan dengan menjaga keutuhan alam ciptaan, penulis mengandaikan bahwa umat paroki ini sudah memahami katekese hijau yang dilaksanakan oleh paroki. Selain itu, penulis juga mengandaikan bahwa umat paroki ini sudah ikut aktif terlibat dalam kegiatan katekese hijau dan merasakan dampak dari kegiatan katekese hijau tersebut. Berdasarkan pengamatan dan persepsi penulis serta semangat perubahan yang ada di dalam diri umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono tersebut, penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai katekese hijau sebagai wujud keterlibatan umat dalam upaya menjaga keutuhan lam ciptaan di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang. Ketertarikan ini dikarenakan katekese hijau merupakan katekese yang baru dan sangat relevan untuk zaman sekarang. Selain itu, penulis juga ingin lebih mengenal katekese hijau sehingga model ketekese hijau dapat dilaksanakan dan dikembangkan di wilayah lainnya. 62 b. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Mengetahui seberapa dalam tingkat persepsi umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mengenai katekese hijau. 2 Mengetahui gambaran pelaksanaan katekese hijau umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono. 3 Mengetahui dampak pelaksanaan katekese hijau dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan di paroki Santo Thomas Rasul Bedono. c. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian kualitatif yang didukung oleh data-data kuantitatif. Sebab bukan data statistik atau sebagainya tetapi dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan gambaran data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Moleong, 2007: 6, yang benar-benar terjadi dan dialami oleh umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Dari hasil penelitian nantinya akan didapat data berupa angka dalam bentuk persentase, tetapi hal ini bukan berarti jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif. Hal serupa juga dikemukakan oleh Moleong melalui bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif bahwa pendekatan kuantitatif dan kualitatif dapat pula digunakan secara bersama apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigma lainnya hanya sebagai pelengkap saja Moleong, 1991: 22. Berdasarkan uraian di atas maka tidak ada salahnya apabila pada hasil 63 penelitian nantinya penulis menggunakan data berupa angka dalam bentuk persentase. d. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data menurut Suharsimi 2013: 101 adalah “alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Dalam rangka mengumpulkan data, peneliti menggunakan angket. Angket adalah “daftar pertayaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna” Suharsimi, 2012: 102. Peneliti memilih angket karena dalam penelitian ini yang diperlukan adalah data yang sesuai dengan keadaaan yang terjadi pada diri responden terkait katekese hijau yang ada di paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Adapaun angket tersebut akan ditujukan kepada kelompok paguyuban Biji Sesawi. Untuk memperkuat hasil penelitian yang diperoleh dari penyebaran angket, akan dilaksanakan juga wawancara sebagai cross check. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih oleh penulis, yakni penelitian kualitatif maka sangat tepat bila penulis memilih jenis wawancara terbuka. Dalam bukunya, Moleong 2012: 188 mengungkapkan wawancara terbuka sangat cocok untuk jenis penelitian kualitatif yang mana para subyeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu. 64 e. Responden Penelitian Dalam penelitian ini, responden yang akan dipilih oleh peneliti adalah kelompok paguyuban Biji Sesawi. Dari data yang peneliti dapatkan, jumlah kelompok paguyuban Biji Sesawi adalah 30 orang. Kelompok Biji Sesawi dipilih sebagai responden karena kelompok ini terdiri dari umat yang berasal lingkungan-lingkungan yang ada di paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Secara tidak langsung, kelompok paguyuban Biji Sesawi telah mewakili keseluruhan umat paroki ini. Dalam bukunya Suharsimi 2002: 112 mengungkapkan bahwa “jika subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Dari konsep inilah penulis mengambil semua responden yang berjumlah 30 orang dari kelompok paguyuban biji sesawi. f. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam rangka mendapatkan data, peneliti memilih paroki Santo Thomas Rasul Bedono sebagai tempat penelitian. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Juli 2015. Dalam rangka mendapatkan data yang lebih dapat dipertanggungjawabkan, peneliti akan melaksanakan wawancara pada akhir bulan Agustus 2015. g. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ialah tingkat persepsi umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mengenai katekese hijau, gamabaran pelaksanaan katekese hijau di paroki Santo Thomas Rasul Bedono dan dampak katekese hijau dalam 65 upaya menjaga keutuhan alam ciptaan. Variabel tersebut akan diperinci sebagai berikut. Tabel 2: Variabel Penelitian V V a a r r i i a a b b e e l l A A s s p p e e k k y y a a n n g g D D i i u u j j i i J J u u m m l l a a h h I I t t e e m m Identitas Responden A, B, C, D, E Tingkat persepsi umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mengenai katekese hijau. Arti dan tujuan katekese hijau 1, 2, 3 Isi katekese hijau 4, 5 Pelaku katekese hijau 6, 7 Urgensi katekese hijau 8, 9, 10, 11 Jumlah 16 Gambaran pelaksanaan katekese hijau di paroki Santo Thomas Rasul Bedono Menunjukkan proses pelaksanaan katekese hijau 12, 13 Menunjukkan tema-tema yang relevan yang didalami dalam katekese hijau 14, 15 Menunjukkan partisipasi umat dalam berkatekese 16, 17 Menunjukkan perananan katekis dalam pelaksanaan katekese hijau 18, 19 Menunjukkan tujuan katekese 20, 21

Dokumen yang terkait

Manfaat video siaran penyejuk imani katolik indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

3 19 178

Upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas, Sokaraja, Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur, Jawa Tengah melalui katekese umat model shared christian praxis.

29 354 137

Katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua.

0 6 125

Sumbangan katekese umat sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan.

2 16 158

Peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang.

0 6 225

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda.

6 40 156

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda

2 2 154

SKRIPSI POKOK PEWARTAAN PAULUS DALAM SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA UNTUK KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA PAROKI KALASAN YOGYAKARTA

0 5 171

KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA SKRIPSI

0 8 175

Upaya menumbuhkan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani umat lingkungan Santa Maria stasi Majenang paroki Santo Stefanus Cilacap melalui katekese umat - USD Repository

0 0 137