Singkatan Teks Kitab Suci Singkatan Lain
4 Keraf 2014: 151 mengungkapkan sebuah gagasan, yaitu “Ada kesalahan
pemahaman paradigmatik yang sudah sangat lama terjadi sepanjang perkembangan ilmu ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi dan ekologi”.
Keraf menegaskan bahwa ada kesalahan dalam memahami ilmu ekonomi dan ekologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Keraf juga menegaskan bahwa kedua
ilmu pengetahuan ini menjadi satu kesatuan yang memiliki objek yang sama yakni rumah tangga oikos, yang mana kedua ilmu pengetahuan tersebut tidak dapat
dipisahkan. Ilmu ekonomi tidak dapat dipisahkan dari ekologi dan sebaliknya. Kesalahan pemahaman kedua ilmu ini masih terjadi sampai saat ini, di mana
manusia sebagai makhluk yang berkuasa atas kekayaan alam ciptaan selalu memikirkan ekomomi yang dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan
tidak memikirkan ilmu ekologi dengan pemahaman tempat tinggal keluarga saat ini dan pemahaman ekologi pada masa yang akan datang.
Dari semua peristiwa alam yang berupa bencana bagi manusia tersebut, maka dapat dilihat bagaimana manusia memperlakukan alam ciptaan. Andang
Binawan 2012: 21 mengungkapkan “tiga ciri kelemahan naluriah manusia, yaitu pelupa, malas atau tidak mau repot, dan egosentris atau hanya memperhatikan
kepentingan atau keselamatan diri sendiri”. Dari ungkapan Binawan dapat dipahami bahwa kelemahan naluri manusia perlu mendapat perhatian yang khusus
dengan membuat gerakan habitus baru, yakni dengan disiplin diri dengan pemaksaan. Dengan disiplin diri dan pemaksaan diharapkan manusia semakin
menyadari dirinya untuk menjadi manusia yang disiplin terhadap segala sesuatu, terlebih disiplin diri terhadap alam ciptaan. Pemaksaan untuk membentuk habitus
5 baru dengan kegiatan-kegiatan penyadaran seperti membuat gerakan peduli
lingkungan dengan memberikan perhatian pada sampah yang dibuang di sungai dan memperhatikan keadaan hutan sebagai kegiatan sederhana akan
meminimalisir bencana banjir yang sering dialami oleh masyarakat saat ini. Allah menciptakan manusia dengan kemampuan lebih dibandingkankan
dengan ciptaan lain ditugaskan untuk merawat alam ciptaan dengan segala aspeknya yang mengagumkan seperti langit, bumi, dan laut. Demikian yang
tertulis dalam Kitab Kejadian. Kardinal Angelo Sodano dalam intervensi tentang lingkungan hidup dan pengembangan di Rio Jeneiro, Brazil Dokumen KWI
2014: 53 menegaskan bahwa ”manusia yang menduduki tempat sentral dalam dunia diperintahnya untuk berprilaku bijaksana, tanggung jawab dan respek
terhadap tatanan yang ditetapkan Allah dalam ciptaan-Nya”. Penegasan dari Kardinal Angelo Sodano tersebut semakin jelas bahwa
manusia sebagai raja haruslah bersikap bijaksana dan hormat terhadap seluruh ciptaan Allah. Berkuasa sebagai raja bukan semata-mata menghabiskan apa yang
sudah diberikan tanpa memikirkan yang lain. Kenyataan yang terjadi adalah saat krisis moral yang ditandai dengan semakin menderitanya bumi karena sifat egois
manusia. Keempat Injil dengan gamblang mengisahkan beberapa peristiwa Yesus
yang sungguh berkaitan dengan alam ciptaan. Kisah yang ada dalam keempat Injil begitu jelas menggambarkan bagaimana situasi alam pada waktu itu, keadaan
danau yang masih terjaga dengan ditandai banyaknya ikan Luk 5:4, pegunungan yang masih terjaga yang ditandai dengan keheningan yang sangat baik untuk
6 membangun sikap doa Mat 14:23, taman yang nyaman untuk berdoa Mat
26:36. Begitu juga dengan kedamaian yang tercipta oleh keindahan alam tempat Yesus mengajar Luk 5:3. Jelas bahwa keberadaan alam tidak dapat dilepaskan
dari kehidupan manusia. Sejak semula keberadaan manusia dan alam memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan sebagai sebuah ekosistem.
Dari inspirasi Kitab Suci terlebih keempat Injil Tuhan dan seruan dari Tahta Suci hendaknya ditanggapi dengan serius dan dilaksanakan secara nyata untuk
sebuah perubahan pada masa sekarang dan masa depan. Perwujudan iman tidak terhenti pada membaca dan mengerti pesan-pesan dalam Kitab Suci maupun
pemahaman pada seruan-seruan dari Tahta Suci Vatikan belaka. Perwujudan iman memerlukan tindakan nyata. Tindakan yang membawa manusia memiliki
hubungan yang lebih intim dengan Allah yang tercermin dengan saling menghargai segala ciptaan Allah, bumi beserta isinya.
Paroki Santo Thomas Rasul Bedono merupakan salah satu dari beberapa Paroki yang ada di bawah naungan Keuskupan Agung Semarang yang menyadari
pentingnya memperhatikan lingkungan hidup demi masa yang akan datang. Paroki ini telah memulai gerakan hijau sejak tahun 2013 berdasarkan arah dasar
Keuskupan Agung Semarang KAS yang berisikan empat pilar utama yang salah satunya berisikan tentang pelestarian lingkungan. Dengan keadaan lingkungan
yang sudah banyak dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia, paroki mengembangkan gerakan ini dengan visinya, yaitu “Gereja yang Semakin Membumi 2013,
Membumi dan Membudaya 2014 dan Mengembangkan Budaya Hidup 2015”.