9
2.1.4. Gerakan dalam Komik
Closure merupakan fenomena seseorang dalam mengamati bagian
tertentu, tetapi memandang sebagai keseluruhan. Panel dalam komik mematahkan ruang dan waktu sehingga dapat membentuk peristiwa yang kasar dengan irama
patah-patah. Closure memungkinkan penggabungan peristiwa tersebut menjadi susunan yang utuh dalam pikiran pembaca. Berdasarkan pemaparan Scott
McCloud 2007:9 beberapa pengelompokan transisi tiap panel dalam komik, diantaranya adalah :
a. Momen ke momen, peralihan yang memerlukan closure sangat sedikit b. Aksi ke aksi, peralihan satu obyek dalam proses aksi ke aksi
c. Subyek ke subyek, peralihan situasi pada subyek ke subyek tetapi masih dalam satu adegan.
d. Adegan ke adegan, transisi ini membawa pembaca melewati ruan dan waktu. Transisi ini memerlukan pemikiran yang deduktif
e. Aspek ke aspek, transisi ini pada umumnya tidak mengenal waktu dan mengatur pandangan yang mengembara pada aspek, tempat, adegan,
dan suasana hati yang berbeda. f. Non Squitur, peralihan yang tidak menunjukkan hubungan yang logis
antara panel.
2.1.5. Sejarah Perkembangan Komik di Indonesia
Komik di Indonesia pertama kali lahir pada periode prasejarah, pada periode ini ditemukannya media yang menggunakan bahasa visual yang unik,
media ini dapat bercerita dengan gambar yang bertumpuk, kemudian di tiap lapisan tersebut menceritakan sebagian cerita atau satu adegan dari sebuah cerita
tersebut. Media tersebut adalah Wayang Beber dan relief candi, salah satu relief candi adalah candi Borobudur. Didalam candi Borobudur menunjukan dalam satu
frame relief terdapat beberapa gambar yang menjelaskan sebuah kegiatan seseorang. Dalam relief tersebut menggambarkan sebuah cerita sang Budha
mengikuti sebuah perlombaan memanah, yang ditampilkan secara berurutan dari kanan ke kiri Maulana, 2006: 61.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
Gambar 2.2 Wayang Beber Sumber: http:www.skyscrapercity.com 5-3-2013
Komik modern generasi pertama lahir di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda, saat itu pengaruh komik luar mulai masuk di Indonesia.
Komik strip karya Kho Wang Gie yang berjudul Put On dalam surat kabar Sin Po sejak tahun 1931 yang mengawali munculnya Komik di Indonesia. Put On adalah
tokoh peranakan Tionghoa yang mempunyai sifat ceria dan jujur. Sedangkan pada tahun 1939, komik strip karya Nasroen A.S mengisi lembar – lembaran mingguan
Ratoe Timoer yang berjudul Mentjari Poetri Hidjaoe Gumira, 2011: 2.
Gambar 2.3 Komik Strip Put On Sumber: http:komik.scriptmania.comimagesput_on.gif, 5-3-2013
Komik modern generasi kedua diawali pada tahun 1960-1970. Berawal dari Medan, komikus dari Sumatera memiliki ciri gambar yang bersih, dan
berlandaskan sebuah dokumentasi kesejarahan yang tervisualisasikan dengan baik. Para komikus ini memberikan wawasan baru tentang komik Indonesia.
Periode ini merupakan masa keemasan bagi komik Indonesia, hal ini diungkapkan oleh Marcel Bonneff. Karena nilai dan visualisasinya yang diangkat menjadi
model atau patron bagi industri komik Indonesia. Genre komik pada periode ini berkembang sangat pesat, karena memiliki kekayaan genre mulai dari komik
wayang, komik fantasi dan kepahlawanan, komik hikayat dan legenda, komik anak dan remaja, dan tak kalah menarik dari lainnya yaitu komik nasionalis pada
tahun 1963 Maulana, 2006: 69.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
Dunia komik Indonesia sempat mengalami kemerosotan selama 20 tahun yang disebabkan karena pengaruh dari komik asing yang sangat banyak masuk ke
Indonesia, yang mendominasi pasar komik Indonesia adalah komik Eropa, diantaranya Tintin, Arad Maya Lucky Luke, Asterix, dan lain sebagainya.
Komik Eropa ini memiliki keistimewaan pada visual yang bersih, detail, berwarna, serta cerita yang menantang imajinasi mendapat banyak perhatian
pembaca dan menyingkirkan komik Indonesia yang berusaha untuk bertahan. Komik Indonesia yang berusaha bertahan tersebut seperti komik Petruk Gareng
yang terkadang ditemui di pedagang arum manis atau taman bacaan yang masih ada. Kemudian dilanjutkan dengan datangnya komik Jepang dan Hongkong yang
masuk pada awal ’90 an berhasil menguasai pasar komik Indonesia. Komik yang berhasil menyita perhatian dan memuak generasi pembaca saat itu adalah komik
Kungfu Boy dan Candy-Candy, kemerosotan ini disebabkan oleh tidak adanya
regenerasi dari para komikus Maulana, 2006:74.
Gambar 2.4 Komik Kungfu Boy Sumber: http:qcorner.netmediacover_20100324125149.jpg, 5-3-2013
Pada tahun 1995 komik Indonesia mengalami kebangkitan kembali. Pada saat itu ditandai dengan event komik yang diselenggarakan di Indonesia seperti
Pekan Komik Indonesia dan Pasar Seni ITB, event ini merupakan ajang penampilan komik yang diproduksi oleh Studio QN dengan komik yang berjudul
Caroq dan Kapten Bandung sebagai ujung tombak dan Studio Awatar dengan
komik yang berjudul Awatar. Begitu banyak yang komik-komik indie tersebar dengan sistem Xerografi yang dihasilkan oleh Mahasiswa Yogyakarta dan Solo.
Sekarang ini banyak perdebatan yang berkepanjangan dalam forum yang membahas tentang bagaimana komik Indonesia yang sebenarnya, ada yang
beranggapan bahwa komik yang memakai aliran gaya gambar berkiblatkan komik
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
Amerika, Jepang, dan Eropa itu bukan komik Indonesia. Menyebabkan terhambatnya perkembangan komik Indonesia. Dikatakan komik Indonesia jika
dibuat oleh orang Indonesia dan diterbitkan di Indonesia, walaupun dengan gaya gambar berkiblatkan komik Jepang sekalipun. Definisi ini mampu untuk
mengangkat kembaliperkembangan di Indonesia Maulana, 2006: 113.
2.1.5. Jenis Format Komik