Komik Gaya Eropa Komik Gaya Amerika Komik Gaya Asia

22 • Editor Proses selanjutnya adalah editor. Editor yang bertanggung jawab jika terdapat kesalahan dalam proses sebelumnya dan meyakinkan agar kualitas komik ini menjadi lebih bagus. • Produksi Penerbitan Ketika semua proses sudah dilakukan, komik siap dicetak. Komik dicetak dengan menggunakan mesin cetak offset, karena mesin ini mampu mencetak secara masal dengan jumlah yang banyak. Ada pula komik yang diproduksi dengan format digital. • Pemasaran Komik yang sudah dicetak merupakan komik yang sudah siap dijual. Pemasaran komik bisa dilakukan di media elektronik dan media cetak, seperti situs-situs internet, televisi, media masa, banner, dan lain sebagainya. Bisa juga melalui event-event yang ada, atau mengadakan sebuah event bertemakan komik sebagai media promosi. • Pendistribusian Setelah semuanya selesai, selanjutnya adalah pendistribusian komik yang akan dijual, bertujuan untuk membantu penjulan komik supaya banyak orang yang mengetahui dan mengenal komik tersebut. Proses ini bisa dilakukan melalui agen-agen, toko buku, situs internet, dan juga event. 2.1.9. Tinjauan tentang Gaya Besar Komik Berikut tinjauan tentang gaya besar komik menurut Agung Setyo Margono dalam situs dekogaki.com:

a. Komik Gaya Eropa

Komik Eropa mempunyai ciri khas gambar yang ringkas, karakter kartun cenderung tidak realis, beberapa contohnya: Asterix, smurf, gaston lagaffe dan tintin. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 23 Gambar 2.16 Komik Gaya Eropa Sumber: www.dekogaki.com, 6-3-2013

b. Komik Gaya Amerika

Komik Amerika mempunyai ciri khas kompleksitas yang tinggi dimulai dari karakter komik yang realis, kartun serta pewarnaan yang cukup rumit. Beberapa contohnya: Superman, Batman, looney tunes kartun, X men. Gambar 2.17 Komik Gaya Amerika Sumber: www.dekogaki.com, 6-3-2013

c. Komik Gaya Asia

Menurut Scott McCloud dalam buku Membuat Komik 2006; 216, manga adalah bahasa Jepang dari komik. Manga banyak sekali menggunakan teknik bercerita secara visual, yang tidak pernah ditemukan di komik Amerika. Ada delapan teknik bercerita dalam manga, diantaranya adalah : • Wajah dan figur, rancangan yang sederhana, emotif yang memancing identifikasi pembaca. • Kesan tempat yang kuat, rincian latar belakang yang dipicu dengan indera pengingat, dan ketika dipertemukan dengan karekter iconik memancing efek masking. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 24 • Seringnya menggunakan panel yang bisu, dipadukan dengan transisi aspek-ke aspek sehinga pembaca terdorong untuk menyusun kepingan informasi gambar dari setiap adegan. • Gerak subyek yang menggunakan latar tidak jelas sehingga membuat pembaca ikut bergerak bersama karakter dalam komik. • Kematangan genre, pemahaman dalam bercerita sangat unik dan mendorong terciptanya ratusan genre seperti olahraga, roman, fiksi ilmiah, fantasi, dan horror • Rancangan karakter yang beragam, menampilkan wajah dan tubuh yang berbeda, dan sering menggunakan arketip yang kita kenal. • Rincian dalam dunia nyata, hal sekecil apapun sebuah apresiasi untuk keindahan hal yang remeh dan kaitan terhadap nilai pengalaman sehari-hari kepada pembacanya, bahkan dalam cerita fantasi atau fiksi • Efek ekspresif emosional yang beragam, semua menyediakan jendela bagi pembaca untuk melihat yang dirasakan oleh karakter. Semua teknik tersebut membuat pembaca jadi terpancing untuk berpartisipasi, sebuah rasa menjadi bagian dalam cerita. Ciri – ciri itu yang mendorong keberhasilan komik Jepang baik di negaranya sendiri maupun di Amerika Utara. Shonen adalah manga yang ditujukan untuk pembaca laki – laki. Dalam shonen sangat terasa emosi yang memuncak dari karakter protagonist, sehingga pembaca selalu mengingatnya. Partisipasi pembaca dalam manga ini lebih dalam aksi yang disebabkan subyek dan pembingkaian sudut pandang yang membingungkan. Komposisi halaman dan bahasa tubuh tidak jauh beda dengan genre aksi komik Amerika, memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan sebuah ketegangan. Berkat teknik partisipasi tersebut, pembaca manga menemukan ketegangan yang tidak ditemukan komik Amerika. Meletakkan pembaca dalam cerita merupakan efek utama dam teknik manga, dan memahami efek adalah langkah pertama untuk mendapatkan kekuatan manga. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 25 Gambar 2.18 adegan dalam Shonen Sumber; Komik Fairy Tail, 6-3-2013 Shojo adalah komik yang dtiujukan kepada pembaca perempuan. Komik shojo memperlihatkan aksi yang terlihat montase wajah ekspresif memenuhi seluruh halaman, ketika emosi memuncak yang ditampilkan melalui efek ekspresionistis atau transformasi bentuk tubuh yang ekstrim. Pendekatan shojo untuk bertpartispasi dalam kehidupan emosional karakter. Jika dalam langkah pertama meniru komikus yang paling disukai sangat wajar dan tidak ada larangan.

2.2. Teori Desain Komunikasi Visual